Ini sebetulnya bagian dari doa saya yang makin deras saya panjatkan ketika bulan Ramadan. Pinta saya waktu itu, hanya orang yang memang jodoh saya saja yang akan berani langsung ke rumah dan bertemu orang tua.Â
Dan pria itu benar-benar ada. Hanya dia orang yang berani datang ke rumah dan bertemu orang tua saya. Padahal, baru kali itu kami bertemu langsung. Sebelum-sebelumnya pun kami hanya berkirim sms tanpa ada obrolan penting sama sekali.
Usai lebaran, ia berjanji akan melamar saya. Saya akhirnya mengundurkan dari pekerjaan saya di rantau, pulang ke rumah, sebulan kemudian dilamar, dan tiga bulan kemudian menikah. Total jarak antara awal berkenalan hingga menikah pun hanya berlangsung kurang dari setahun.
Jika diingat-ingat, rasanya seperti sesuatu yang memang kun fayakun takdir Allah. Di bulan Ramadan waktu itu, saya hanya berdoa dan berdoa, dengan permintaan yang saya serahkan semuanya sesuai kehendak Allah.Â
Saya sudah pasrah dengan takdir kapan saya bisa menikah, saya menikah dengan siapa, dan sebagainya. Tapi justru di titik ketika kita sudah menyerahkan segalanya sesuai kehendak Allah, Ia benar-benar membalikkan waktu dengan takdir yang datang begitu cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H