Seminggu yang lalu saat sedang membuka Twitter, saya menemukan tweet tentang cara mengecek apakah NIK kita digunakan orang lain untuk registrasi nomor hpnya. Iseng, saya pun mengeceknya.
Karena saya menggunakan Telkomsel, maka saya mengeceknya di *444#. Mohon maaf bagi pembaca tulisan ini yang berbeda operator jaringan seluler, mungkin bisa mengecek di Google cara untuk mengecek hal seperti ini. Pasalnya tiap operator seluler berbeda-beda.
Ternyata, nomor saya sudah digunakan oleh nomor lain yang bukan nomor hp saya. Melalui SMS yang terkirim ke saya, terlihat kalau pada Februari 2023 kemarin, nomor NIK saya sudah dipakai untuk registrasi nomor lain.Â
Jadi ada dua nomor yang menggunakan NIK saya. Satu nomor saya sendiri, dan satunya lagi nomor yang bukan milik saya. Saat saya browsing di Google, rupanya nomor asing tersebut berasal dari Telkomsel daerah Lampung.
Mengurus Pemblokiran Nomor ke GraPARI
Karena saya takut disalahgunakan, akhirnya Sabtu kemarin saya berangkat ke GraPARI untuk mengurus pemblokiran nomor asing tersebut.Â
Karena sebelumnya saya sempat mencari tahu apa saja yang perlu dibawa untuk urusan pemblokiran, jadi waktu itu saya sudah menyiapkan KK dan KTP asli serta materai Rp10.000.
Sampai di GraPARI, proses pemblokiran pun dilakukan oleh customer service. Saat dicek, nomor NIK saya memang benar telah digunakan oleh sebuah nomor lain.Â
KTP asli yang saya bawa digunakan untuk pengecekan dengan sebuah alat yang bentuknya mirip mesin EDC.Â
Jadi KTP hanya tinggal ditempel lalu keluarlah data yang diperlukan. Pada meski tersebut, saya juga diminta untuk menempelkan jari telunjuk kanan dan kiri untuk pengecekan.
Selain itu, saya disodori selembar kertas yang berisi pernyataan bahwa nomor saya yang asli adalah yang saya tuliskan di kertas tersebut dan memang sesuai dengan NIK saya sendiri. Materai ditempel dan dibubuhkan tanda tangan saya di atas kertas pernyataan tersebut.Â
Jika dirunut, proses pemblokiran ini memang tidak membutuhkan waktu lama. Tidak sampai 30 menit, urusan saya pun beres.
Kelemahan dalam Proses Pengecekan NIK untuk Nomor Hp
Sejujurnya, saya cukup kesal dengan kasus NIK yang sampai dipakai oleh nomor yang bukan milik saya. Apalagi, kasus ini juga tidak terjadi pada saya, tapi juga pada kedua orang tua saya.
Jadi sepulangnya dari GraPARI, saya lantas mengecek NIK kedua orang tua saya. Benar saja, NIK kedua orang tua saya juga ternyata sudah digunakan nomor asing lain. Bahkan, di masing-masing NIK ada dua nomor asing.Â
Dari hasil browsing, NIK ayah saya dipakai oleh nomor asing Telkomsel lain yang juga berasal dari Lampung. Waktunya pun sama, bulan Februari 2023.Â
Sedangkan nomor asing Telkomsel lainnya adalah nomor Balikpapan yang sudah menggunakan NIK ayah saya sejak tahun Desember 2020.
Sementara NIK ibu saya juga sama-sama digunakan nomor asing Telkomsel lain yang berasal dari Lampung. Waktunya juga sama, di tanggal dan bulan yang sama di Februari 2023. Sedangkan nomor asing Telkomsel lainnya adalah nomor Samarinda yang sudah dipakai sejak November 2021.
Yang saya kesal dari proses pengecekan ini saja, adalah sebagai berikut.
1. Pengecekan NIK hanya bisa dilakukan secara mandiri di hp kita masing-masing.Â
Jadi seandainya saya ingin mengecek NIK ayah ibu saya di hp saya sendiri, hal itu tidak bisa dilakukan. Saya harus memakai hp milik ayah untuk mengecek NIK-nya, begitu juga untuk NIK yang lain.
2. Tidak bisa mengecek operator lain
Karena nomor saya Telkomsel, saya hanya bisa mengecek nomor yang operatornya sama. Saya tidak bisa mengecek apakah NIK saya juga dipakai di nomor operator lain seperti Xl, Indosat, atau yang lainnya.
Hal ini sudah saya browsing di Google, juga saya tanyakan ke customer service saat ke GraPARI. Hasilnya, ya memang hanya bisa seperti itu. Sungguh mengecewakan kan!
Dugaan Kebocoran NIK
Saat meneliti apakah NIK saya dan kedua orang tua saya apakah sudah dipakai nomor lain, saya mendapat fakta yang rasanya kok unik. Salah satunya fakta NIK saya dan orang tua yang dipakai untuk registrasi nomor Telkomsel Lampung di waktu yang sama tanggal bulan dan tahunnya.
Dugaan saya, penjual nomor ini sudah meregistrasikan nomor hp yang ia jual secara langsung. Jadi kalau ada orang yang datang untuk membeli nomor, tinggal diberikan saya. Nomor itu sudah aktif dan bisa langsung digunakan.
Dugaan operator yang punya data NIK di Lampung ini, saya curigai juga dilakukan dengan modus yang sama oleh penjual nomor hp di Kalimantan Timur. Pasalnya, NIK ayah dan ibu saya dipakai oleh nomor hp asal Balikpapan dan Samarinda.
Lantas, dari mana mereka bisa mendapatkan NIK ini? Nah, saya sempat berdiskusi dengan beberapa teman. Menurut mereka, asal tahu caranya, sebetulnya memang ada situs yang memuat daftar nomor NIK masyarakat Indonesia. Bukan lagi bisa dibeli, tapi ini bisa diakses secara gratis.
Teman saya pun mengungkapkan, kebocoran data NIK ini bisa juga berasal dari proses pendataan. Karena faktanya, memang masih banyak masyarakat di Indonesia yang menganggap lembar Kartu Keluarga atau daftar NIK adalah data yang sepele.Â
Seandainya kumpulan lembar foto kopian KK dibuang begitu saja, tidak dibakar setelah proses pendataan, ya tidak apa-apa.Â
Sehingga mungkin kita pernah tahu sebuah foto yang beredar, ada seseorang yang makan nasi bungkus, dan kertas yang dipakai adalah fotokopian kartu keluarga! Miris bukan!
Jadi saat menghadapi masalah ini, saya merasa kesal karena tidak tahu harus protes kepada siapa terkait kebocoran data pribadi saya.Â
Meski saya ataupun yang lain sudah berhati-hati, nyatanya, ada saja orang ceroboh yang membuat data NIK orang lain jadi bocor ke mana-mana.Â
Nah, bagaimana dengan Anda. Apakah sudah pernah melakukan pengecekan NIK seperti saya? Apa juga mengalami kasus seperti yang saya alami?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H