Sudah dua bulan anak saya akhirnya berhenti ke dokter lagi. Rasanya sampai membuat saya berkali-kali mengucap alhamdulillah sebagai wujud syukur.
Pasalnya terutama saat tahun 2022, hampir setiap bulan saya selalu membawa kedua anak saya pergi ke dokter. Bahkan sampai bergantian.
Sebetulnya penyakitnya tidaklah berat. Hampir semuanya berasal dari daya tahan tubuh yang lemah. Pilek dan batuk adalah penyakit yang paling sering anak-anak saya alami. Selain itu ada juga penyakit masuk angin, sariawan cukup banyak di mulut, atau sakit mata.
Anak saya yang ke dua sampai pernah mengalami sakit yang mirip dengan kasus gagal ginjal yang beberapa waktu lalu mencuat. Ia pernah lebih dari 12 jam tidak buang air kecil. Badannya panas, muntah-muntah, dan sulit makan.
Selain sering sakit, anak saya yang ke dua yang masih berumur 2 tahun itu pun sampai mengalami berat badan yang susah naik. Sampai-sampai saat ditimbang di Posyandu setiap bulannya, berat badannya ada di grafik warna hijau.
Berbagai cara pun sudah saya coba. Mulai dari memberi anak-anak madu, vitamin, sampai susu yang konon digunakan untuk anak-anak malnutrisi. Tapi nyatanya, semuanya tidak berhasil.
Hingga suatu ketika saya terinspirasi sebuah konten TikTok yang kerap berbagi informasi tentang manfaat kelor. Dari situlah akhirnya saya mencoba membuat bubuk kelor sendiri untuk stok konsumsi anak-anak di rumah.
Bagi yang ingin tahu bagaimana caranya, mungkin bisa melihat tulisan saya yang lain di Kompasiana ini, yang beberapa waktu lalu pernah saya tulis. Tulisannya masih di bulan Februari tahun ini.
Sekitar awal Januari, saya mulai memberikan bubuk kelor untuk campuran makanan anak-anak. Misalnya saat menggoreng telur, saya akan masukkan bubuk kelor ke kocokan telur dadar sebelum digoreng.
Atau jika memasak nasi dan mi goreng, saya juga membubuhkan bubuk kelor di waktu masakan hampir matang. Karena memang bagusnya, kelor itu tidak dimasak terlalu lama agar nutrisinya tidak banyak yang hilang.