Nah, Fitri termasuk yang kelompok pertama tadi. Namun saat di sekolah, ia merasa rendah diri. Kebetulan memang banyak anak yang masuk kelompok pertama tapi juga masuk kelompok sosial atas.Â
Selain itu, Fitri yang memiliki tubuh mungil juga merasa rendah diri karena kondisi fisiknya. Semua akumulasi rasa rendah diri itu membuat Fitri sering tampak murung.Â
Sampai-sampai ia sering menangis sendiri. Padahal, anaknya sebetulnya tipe periang. Selain itu, sesungguhnya tak ada satu pun siswa di sekolah yang mempermasalahkan keberadaan Fitri.
Sejak mendengar cerita saya tentang sugesti positif tadi, ia lalu mencoba mempraktekkannya setiap pagi.Â
Saat masih berada di asrama, ia berkata di depan cermin yang ada di kamarnya, saya cantik, saya pintar, saya disuka banyak orang. Itu terus yang tekun ia lakukan setiap pagi.
Saya baru tahu cerita tersebut setelah suatu ketika Fitri dan Sinari temannya datang ke saya sambil tersenyum riang. Mereka cerita, Fitri sekarang lebih banyak disuka teman-temannya.Â
Dan saya lihat, memang demikian adanya. Fitri yang saya lihat kemudian adalah anak yang periang dan percaya diri. Kondisi prestasi akademiknya pun makin hari makin membaik.Â
Bahkan di kemudian hari, saya dengar kabar kalau beberapa cowok mulai mendekati Fitri dan mengaku tertarik dengannya.Â
Cerita Galih yang Rajin Membaca Catatan di DindingÂ
Lain halnya dengan versi cerita Galih. Sebelum saya menjadi wali kelasnya, saya amati kondisi prestasi akademik Galih berada di barisan bawah alias siswa tidak berprestasi.Â