Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengevaluasi 2022 agar Lebih Berhasil di Tahun 2023

31 Desember 2022   15:48 Diperbarui: 31 Desember 2022   15:58 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2022 sudah hampir di penghujung tahun. Bagaimana nih kabar Kompasianers di tahun ini? Apakah merasa banyak hal sudah berhasil diraih, atau seperti saya yang malah merasa banyak mendapat kegagalan?

Ya, tahun 2022 ini benar-benar tidak saya sangka. Seperti biasa, di awal tahun, biasanya saya menghadapinya dengan begitu optimis. Banyak hal sudah saya rancang dengan matang. Tapi nyatanya, banyak sekali target yang tidak bisa saya raih.

Jadi, inilah catatan saya untuk tahun 2022 yang harapannya tidak ingin saya ulangi di tahun 2023.

  1. Terlalu banyak menoleh ke belakang

Apa yang terjadi jika seseorang terlalu banyak menoleh ke belakang saat berjalan? Kemungkinan besar ia akan jatuh tersandung. Pasalnya ia tidak memerhatikan jalan di depannya dengan baik. 

Jangankan ada batu atau jalan yang tidak rata. Orang berjalan di jalan yang rata dan bagus sekalipun bisa jatuh karena kurang keseimbangan dari gerak tubuhnya sendiri.

Begitu juga dalam perjalanan hidup dan inilah yang jadi pengalaman saya di tahun 2022. Saya sangat banyak dan sering kali menoleh ke belakang alias pengalaman di masa lampau. Kehidupan saya sebelumnya yang terasa menyenangkan, ekonomi yang jauh lebih mapan, bisa sering jalan-jalan, semua itulah yang sering ada dalam pikiran.

Akhirnya semua itu menjadi racun dalam kepala. Saya jadi banyak merasa hidup saya saat in tidak baik-baik saja. Dan akhirnya tentu saja, itulah yang kemudian terjadi sebagai hukum semesta. Saat keoptimisan menipis, hal negatif yang kita pikirkan lantas menjadi kenyataan.

  1. Menginginkan meraih banyak hal dan tidak terperinci

Di awal tahun 2022, seperti biasa, saya begitu ingin perekonomian saya membaik. Caranya yang kurang tepat. Berbagai cara ini itu saya coba.. Mirip prinsip palugada. Apa lu mau, gue ada.

Ya rajin isi TikTok dan Instagram dengan video. Rajin nulis di Kompasiana dan blog pribadi. Sesekali mengisi video di Youtube. Ikut-ikutan lomba foto dan video yang hadiahnya menggiurkan. Sesekali tergoda ikut lomba blog.

Hasilnya nggak sebanding dengan kerja keras mengerjakan banyak hal. Isi kepala, fisik, dan psikis saya jadi sering kelelahan. 

Nyatanya, prinsip "Asal obah, mamah", alias "Asal mau bergerak kita bisa mendapatkan hasil," tak selamanya tepat. Apalagi seperti saya yang obahnya alias bergeraknya kok serabutan. Semua-semua mau dikerjakan. 

Kesemua usaha serabutan saya tersebut banyak yang tidak berhasil karena saya tidak fokus dan maksimal saat mengerjakan. 

  1. Tidak menjaga kesehatan dengan baik

Tahun 2022 bisa dibilang saya sering sakit. Padahal sakitnya ya hanya seputar batuk pilek. Tapi kejadiannya ndilalah sering. Ini masih ditambah anak yang juga sering sakit-sakitan. 

Jadi memang lah ya, namanya jadi ibu apalagi yang berusaha mencari rezeki di rumah, menjaga kesehatan anak dan diri sendiri itu penting. 

Hal sepele yang sebetulnya penting tapi jarang saya lakukan adalah bangun pagi dan jalan-jalan pagi terutama dengan si bungsu yang masih berusia 2 tahun. Padahal, jalan-jalan pagi menghirup udara segar apalagi tanpa alas kaki ini sangat penting efeknya bagi tubuh. 

Ditambah lagi kerjaan saya yang sering begadang karena sulit mengerjakan tulisan saat anak-anak tidak sedang istirahat. Jadi PR saya di 2023 yang memang belum ketemu solusiany adalah bagaimana agar pekerjaan saya bisa selesai tanpa saya harus begadang untuk menyelesaikannya.

  1. Tidak konsisten menerapkan LoA

Sebetulnya saya sudah tahu Law of Attraction atau LoA ini sejak pertengahan tahun 2021. Dari berbagai ujaran mereka yang sudah berhasil menerapkannya, memang salah satu kuncinya adalah butuh konsistensi.

Dan itulah yang kurang saya lakukan. Membuat scripting, visualisasi, dan yang lainnya adalah bagian dari LoA yang tidak rutin saya lakukan.

  1. Terlalu ingin tahu sesuatu yang tidak penting

Sebetulnya ini hal sepele yang ternyata penting juga untuk diperhatikan. Misalnya yang terjadi pada saya adalah saat sedang scroll media sosial seperti Instagram atau Twitter, lalu sempat membaca ada berita yang sedang trending, biasanya saya sampai googling mencari tahu seluk beluk masalah tersebut.

Atau, jika sempat tahu ada drama korea bagus, saya mencoba mencari tahu lewat Google sinopsis ceritanya. Faktanya, baca sinopsis drama korea yang minim belasan episode itu bisa sampai berjam-jam, lho!

Tentunya sangat mubazir waktu kan? Padahal kalau saja waktunya dipakai untuk memerbaiki kinerja blog atau mencari bahan tambahan untuk tulisan, tentu jadinya lebih bermanfaat waktunya.

Jika dievaluasi, keempat hal itu tadi yang jadi sumber penyebab mengapa saya tidak berhasil meraih target yang saya inginkan. 

Bagaimana dengan rekan Kompasianers? Apalah ada yang sama dengan saya? Kalau ada, semoga tahun 2023 nanti kita berhasil meraih dan menebus berbagai kegagalan di tahun ini ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun