Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Tips Merangkai Plot untuk Sebuah Cerita Fiksi

14 Mei 2022   11:03 Diperbarui: 14 Mei 2022   11:22 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Niko Shogol - Pixabay

Beberapa tahun yang lalu, saya sempat menyimak sebuah kultwit dari Windy Ariestanty. Saat itu beliau menjabarkan tips seputar bagaimana membuat peta menulis fiksi atau plot dalam sebuah cerita.

Menurutnya, sebuah cerita itu ibaratnya sebuah kota. Sehingga plot dalam sebuah cerita adalah sebagai petunjuk bagi para pendatang agar tidak tersesat dalam kota tersebut.

Plot sangat penting dalam sebuah fiksi. Dan menulis sebuah fiksi tidaklah sekedar membuat rangkaian kalimat yang memukau. Pun mengedit sebuah karya fiksi, menurutnya bukanlah sekedar mengolah diksi saja. walaupun sebagai seorang editor, saat mengedit fiksi, diksi memang menjadi poin yang harus diperhatikan.

Plot adalah bagian dari tujuh elemen dalam sebuah karya fiksi. Sebagai informasi pengingat, ketujuh elemen tersebut adalah plot, karakter, dialog, adegan, poin of view, latar belakang cerita atau tema, dan yang terakhir adalah pembuka yang menarik.

Diksi yang bagus tidak akan ada gunanya apabila elemen cerita yang dibangun tidak padu alias lepas. Untuk itu plot yang yang dibangun tidak boleh membuat pembaca tersesat dan membingungkan.

Jika pembaca sampai pensaran dengan pertanyaan mengapa begini dan mengapa begitu, nah, plot yang baik harus bisa menjawab itu semua.

Secara sederhana, plot atau alur cerita bisa didefinisikan sebagai sebuah proses untuk membangkitkan pertanyaan demi pertanyaan. Fungsinya adalah sebagai pengikat perhatian pembaca terhadap tujuan dramatik sebuah cerita, serta mempertahankan keingintahuan pembaca. Juga berfungsi menuntun pembaca ke arah penyelesaian yang meyakinkan.

Unsur dramatik dalam sebuah cerita sendiri terbentuk melalui 2 hal, tindakan dan kejadian. Apabila penulis berhasil mengurai dua hal tersebut, maka jalan cerita akan mengalir lancar.

Hubungan sebab akibatnya terlihat jelas. Perkembangan konflik bisa memengaruhi perkembangan tokoh dan tujuan yang tercapai. Dan yang paling penting semuanya masuk di akal.

Salah satu contoh plot yang bagus menurut Windy adalah Romeo dan Juliet karya Shakespeare. Ini salah satu plot klasik yang sukses diterapkan di zaman manapun.

Cinta yang tumbuh di tengah perseteruan antar keluarga merupakan konflik yang membawa cerita bergerak. Plot dari cerita itu sendiri bisa menggiring pembaca pada penyelesaian akhir yang dramatis.

Melalui cerita cinta sepasang kekasih, melalui peristiwa demi persitiwa dan serangkaian tindakan, pembaca diajak merasakan kekuatan cinta.

Bagaimana menelisik plot lewat karakter? Pastikan selalu ada tujuan. Caranya adalah sebagai berikut.

1. Kenali setiap karakter yang terlibat di dalam cerita tersebut.

2. Cari tahu bagaimana kita melibatkan secara langsung setiap karakter dalam berbagai situasi dan kejadian.

3. Dalam setiap cerita, masing-masing karakter melakukan tindakannya untuk mencapai tujuan.

Tindakan yang dilakukan setiap karakter harus membawa cerita ke arah penyelesaian. Tantangan dan hambatan bisa muncul karena setiap karakter bertindak menurut cara mereka dan mungkin saling menjegal sehingga muncul hambatan baru.

Tindakan mengatasi hambatan ini akan memberikan efek dramatis pada setiap langkah yang dilakukan karakter atau tokoh untuk mencapai tujuan.

Bagaimana membangun adegan untuk memperkuat plot? Apakah adegan menentukan perkembanan cerita? Tentu saja karena ia memiliki tujuan.

Setiap adegan pada cerita, bahkan di genre komedi sekalipun, adalah bukan sebuah panggung yang isinya hanya untuk mengobrol ngalor ngidul, sekedar bercanda, tanpa juntrungan.

Inilah menurut Windy yang sering jadi kelemahan tulisan komedi. Kebanyakan berpikir yang penting konyol. Alur cerita? Nanti dulu!

Untuk mengatasi hal tersebut, coba ajukan beberapa pertanyaan berikut untuk mengetahui apa yang menjadi tujuan dari adegan pada cerita.

1. Apakah ada konflik di setiap adegan? 

Ini berupa sesuatu yang akan memaksa tokoh melakukan suatu tindakan. Kalau tidak, apa yang akan terjadi? Bisakah kita membayangkan adegan yang relevan dengan plot?

2. Apakah setiap adegan mendukung perkembangan karakter dan evolusinya?

Amati bagian-bagian mana dari perubahan tokoh yang disebabkan oleh sebuah kejadian atau peristiwa.

Kalau tidak ada, maka cari tahu, apa yang bisa dilakukan oleh tokoh untuk bisa menarik minat pembaca.

3. Apakah tokoh-tokoh yang muncul dalam setiap kejadian itu memiliki peranan penting?

Atau, apakah akan terjadi sesuatu yang mengejutkan apabila pembaca tidak memberikan cukup perhatian pada tokoh tersebut?

Apabila tidak ada yang terjawab, artinya cerita tersebut tidak memiliki tujuan.

Potong adegan, atau tambakan sesuatu pada adegan sehingga bisa membuat perbedaan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi.

Lalu ini dia tips dari Windy tentang bagaimana menghadirkan adegan yang bisa mengembangkan cerita.

1. Mengamati adegan dari sudut pandang yang berbeda.

Sediakan waktu lebih untuk mengutak atik cara pandang terhadap sesuatu dari berbagai karakter.

Seorang editor fiksi sendiri biasanya akan membuat tabel karakter dari kejadian untuk merunut semuanya.

Nah, ada baiknya penulis melakukan persiapan yang lebih agar dia sendiri tidak tersesat di dalam ceritanya.

Pada tabel tersebut, buatlah segala kemungkinan yang bisa timbul jika seseorang dengan karakter A mengalami kejadian B.

Ini memang menghabiskan cukup banyak waktu, tetapi tidak ada tulisan yang hidup, bila penulis tidak mencoba masuk ke inti cerita.

Inception punya semua elemen cerita tadi. Karakter kuat, dialog membangun cerita, plot-nya rapih. Tak ada satu pun yang lolos dari akan kita.

Cerita yang baik memiliki elemen personal yang membantu terbentuknya cerita.

Pada titik tertentu, ini membuat cerita memiliki sesuatu yang bisa dikenali sebagai ciri si penulis.

Ingat, hanya mereka yang mengenal sesuatu dengan baik yang bisa menggali lebih dalam dan memperkaya apa yang sedang dikerjakannya.

2. Keterkaitan antar-adegan.

Karena adegan merupakan pondasi bagaimana sesuatu terjadi, maka setiap adegan tidak berdiri sendiri.

Satu kejadian memengaruhi kejadian yang lain. Misal, ada dua hal yang dilakukan di tempat yang berbeda dalam waktu bersamaan.

Apakah sudah sangat jelas bagi pembaca bahwa kita berada pada tempat dan waktu yang berbeda? Pada bagian mana ini saling terkait.

3. Jangan jadi 'Tuhan' yang Sok Tahu.

Penulis boleh merasa jadi 'Tuhan' dalam tulisannya. Tapi, pastikan semua yang terjadi memang  layak diterima para tokoh.

Apakah penulis menyelesaikan konflik yang dihadapi tokohnya terlalu cepat?

Jika iya, berarti penulis telah melakukan kesalahan menghancurkan rasa ingin tahu pembaca yang terlalu cepat.

Jadi 'Tuhan' bukan pekerjaan mudah. Setiap tokoh punya hak untuk berkembang. Penulis harus bisa menjadi 'Tuhan' yang bijak.

4. Hindari adegan atau tokoh yang muncul tiba-tiba

Dalam membangun cerita, jangan memasukkan adegan atau tokoh tiba-tiba. 

Seringkali di tengah-tengah cerita, kita menemukan adegan atau tokoh yang sifatnya tempelan. Apabila dalam naskah kita menemukannya, maka jangan ragu untuk memangkasnya.

Terutama kalau kamu sendiri pun bahkan tak memiliki penjelasan mengapa adegan dan tokoh itu harus ada.

Itu tadi serangkaian tips dari Windy yang mengingatkan saya pada proses penulisan yang dilakukan Dewi Lestari. Dari sebuah tulisan yang pernah saya baca, Dee, nama beken penulis ini, sampai membuat peta plot di atas kertas yang cukup luas saat dibentangkan. 

Proses ini sendiri bahan tidak dilakukan dalam sehari atau bahkan beberapa jam saja. Jadi, pantaslah jika karyanya pun bisa memuaskan banyak pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun