Rupanya, saya memiliki sifat dan watak sama seperti anak kebanggaannya yang bekerja sebagai pengawal kepresidenan di Singapura.
"Kamu mirip dengan anak saya. Watakmu keras tapi pada hal yang benar," tutur sang suhu dalam bahasa Inggris bercampur Melayu yang membuat saya jadi senyum-senyum kege-eran.
Kali ke tiga saya diramal adalah ketika sedang meliput ramalan feng shui untuk edisi awal tahun 2007. Tugas ini membuat saya bertemu dengan seorang wanita ahli feng shui yang kemudian justru menawarkan diri untuk membaca garis hidup saya.
Setelah menghitung-hitung angka tanggal bulan tahun kelahiran hingga jam lahir saya, ketemulah sebuah nasib yang membuat saya senang bukan kepalang saat mendengarnya.Â
"Nanti suamimu itu sayang banget sama kamu. Hidup kamu mulia. Apalagi kalau nanti kamu punya anak perempuan, dia hoki lah buat kamu! Masa tuamu enak. Kamu bisa sering jalan-jalan ke mana-mana," ujarnya.
Namun ketika saya tanya kapan saya bisa menikah, justru jawaban yang keluar membuat saya jadi meringis waktu itu.Â
Betapa tidak, wanita tersebut mengatakan jika saya kelak akan bisa menikah di atas umur kepala tiga!Â
Padahal ketika diramal saat itu, umur saya baru saja dua bulan melewati angka 25. Waduh, masih lama lagi dong, batin saya.
"Tapi Bu, masa saya harus menikah di umur segitu Bu? Kalau misal kurang dari usia itu bagaimana?" protes saya tidak terima.Â
"Yah sekarang kamu pilih mana, nikah cepat tapi kamu kawin cerai?!" jawab wanita tersebut yang membuat saya jadi tersenyum masam!
Catatan: