Mohon tunggu...
Ika Maya Susanti
Ika Maya Susanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pemilik blog https://www.blogimsusanti.com

Lulusan Pendidikan Ekonomi. Pernah menjadi reporter, dosen, dan guru untuk tingkat PAUD, SD, dan SMA. Saat ini menekuni dunia kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Ibu, Saya Belajar Berbagai Bentuk Keberanian

6 Desember 2020   14:56 Diperbarui: 6 Desember 2020   15:17 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keterbatasan ibu dalam mengenal pendidikan sekolah formal tidak membuatnya lantas menjadi ibu yang tidak punya ilmu sehingga tidak bisa mengajari saya.

Bagaimana ibu mengajari saya belajar, kerap menunjukkan bahwa menjadi pintar itu didapat dari keberanian berusaha maksimal. Apapun keterbatasan yang ada.

Ibu Mengajari Keberanian Berkompetisi

Sejak kecil, saya suka sibuk sendiri dengan buku, alat tulis, dan alat menggambar. Itu yang ibu kenang dari masa kecil saya.

Saat tahu saya suka menggambar dan mewarnai, ibu lantas sering mengikutsertakan saya di beberapa lomba. Di manapun ada lomba, ibu selalu semangat mengantar saya. Dan sebelum lomba, biasanya ibu menyiapkan kemampuan yang harus saya miliki terlebih dahulu.

Di kemudian hari, tak hanya lomba mewarnai atau menggambar. Lomba baca puisi, lomba membaca Al Quran, atau bahkan lomba Agustusan sekalipun, ibu selalu mendorong saya untuk maju turut serta.

Anak yang berdiri berseragam putih abu-abu di antara Kak Seto dan Kak Heni adalah saya yang baru sajaikut lomba mewarnai antar TK  | dokpri
Anak yang berdiri berseragam putih abu-abu di antara Kak Seto dan Kak Heni adalah saya yang baru sajaikut lomba mewarnai antar TK  | dokpri

Buat saya, ikut lomba itu jadi seasyik berekreasi. Tentunya, siapapun termasuk saya, selalu berharap menang dalam lomba. Namun bagaimana proses menjadi menang atau kalah justru menjadi hiburan. Lewat berani berkompetisi, saya jadi mengenal banyak hal baru.

Ibu Mengajari, Bahwa Usaha Maksimal Harus Berani Dilakukan, Walau Apa dan Bagaimana Kondisinya

Ada suatu masa di mana ibu harus menjadi tulang punggung keluarga. Itu adalah saat di mana ayah tidak bisa memberi pemasukan keuangan untuk keluarga, ditambah kondisi ekonomi negara yang juga sedang kacau-kacaunya. Siapapun yang tahu bagaimana Indonesia di tahun 1998-1999, pasti tahu bagaimana sulitnya bertahan hidup akibat kondisi politik masa itu.

Di tahun-tahun itu, saya baru lulus SMA. Punya mimpi seperti kebanyakan anak lainnya, saya ingin kuliah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun