Ia pun memilih mengakhiri profesinya meski saat itu ia sudah ahli di bidang cuci cetak foto.
3. Kreatif dan bertindak dengan strategi
Setelah melepas profesi cuci cetak foto dan sempat bingung tidak tahu apa yang harus ia lakukan, Sapto berkeinginan menjadi penulis.
Dalam bayangannya, penulis merupakan profesi dengan skill yang tak tergantikan.
Ia lalu melamar menjadi wartawan di Surabaya Pos. Saat itu ada posisi kosong di bagian peliputan olahraga.
Sementara itu, hampir 50 persen teman sekampusnya juga mengirimkan lamaran ke sana. Dan Sapto terpikir bahwa siapun yang melamar menjadi wartawan, bisa jadi belum tentu bisa menulis.
Karena itu dalam surat lamarannya ke Surabaya Post, Sapto menyertakan contoh tulisannya.
Kreativitas dan strategi Sapto memang tidak diajarkan di sekolah. Namun hal penting itulah yang membuat Sapto langsung dipanggil kerja dan bahkan tulisannya langsung dimuat.
Modal mental ini pun Sapto gunakan saat ia harus menguasai dunia periklanan di detik.com. Meski ia tidak menguasainya, namun Sapto terus mencari cara dan strategi agar perikalan detik.com sukses.
4. Kemampuan menulis terasah dari banyak media
Kiprah Sapto dalam dunia jurnalistik banyak terasah dari beberapa media.