Mohon tunggu...
Ika Luthfiyyah Nurmawati
Ika Luthfiyyah Nurmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka sekali dengan kucing dan makanan manis. Sesekali juga suka baking.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Kampus Mengajar: Ikut dengan Modal Percaya Diri

3 Juli 2022   19:40 Diperbarui: 3 Juli 2022   19:48 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selamat datang di tulisan pertamaku mengenai program Kampus Mengajar yang aku ikuti di periode ketiga program ini berjalan. Oiya, kenalin, namaku Ika, kuliah di Universitas Sebelas Maret, jurusan Pendidikan Sosiologi Antropologi. Aku mengikuti program ini di semester 6. Aku bakal cerita soal pengalamanku terutama kesulitan aku sebagai orang yang belum pernah ada pengalaman mengajar. Kalo kalian cari bagaimana cara mendaftarnya, silahkan kunjungi website resminya ya, disini. 

Awal Mengajar

Tidak ada clue, itu kalimat yang paling menggambarkan situasi di awal mengajar. Berikut beberapa kebingungan dan kesulitan di awal-awal mengajar:

1. Aku canggung dengan anak kecil, jadi ketika berkomunikasi dengan murid itu rasanya awkward. Untuk sekadar bertanya soal personalnya seperti makanan kesukaannya saja, aku banyak mikir.

2. Tidak tahu anak SD itu belajar materi apa saja.

3. Tidak tahu bagaimana cara mengajarkan materi tersebut dengan metode belajar seperti apa.

4. Tidak tahu permainan belajar atau kegiatan kreatif untuk para murid.

Sebenarnya masih ada lagi kesulitan lainnya, tapi keempat hal ini cukup menggambarkan betapa ketidaktahuan aku dalam dunia pendidikan sekolah dasar. Lalu, bagaimana cara aku menghadapi kesulitan-kesulitan tersebut?

1. Mau Belajar

Dimana pun kita berada, kita selalu belajar akan suatu hal. Sama seperti mengikuti program Kampus Mengajar, aku belajar banyak hal baru yang mungkin ga akan kudapatkan di kampus. Aku yang canggung dengan anak kecil, akhirnya mencari buku ilmu parenting untuk anak-anak.

Walau sibuk dan tidak sempat membaca semuanya, aku mendapatkan pelajaran penting bahwa anak-anak itu sangat berkaitan dengan kebebasan. Oleh karena itu, ketika proses pembelajaran, aku selalu memberikan pilihan kepada murid-murid. Misalnya ketika aku membawa beberapa buku bacaan, para murid aku bebaskan memilih buku yang ia mau baca.

Oiya, jangan lupakan kalo anak-anak, terutama kelas I, II, dann III itu tingkat konsentrasi dan fokusnya lebih rendah dibandingkan kelas atasnya. Maka dari itu, sesekali berikanlah waktu istirahat sekitar 5 menit setelah mereka belajar. Lagipula, jika memaksakan untuk belajar, para siswa ini malah tidak akan mau belajar karena pikirannya sudah lelah.

Selain belajar dari buku, aku juga belajar dari guru dan rekan-rekan Kampus Mengajar yang lain. Aku mengamati bagaimana mereka berkomunikasi dengan murid dan bagaimana tindakan mereka dalam mengatasi murid yang bermasalah. Dan akhirnya, aku menarik kesimpulan kalau pertengkaran murid SD itu biasanya disebabkan oleh masalah sepele.

Dengan Murid Kelas I dan II /Dok pribadi
Dengan Murid Kelas I dan II /Dok pribadi

2. Percaya Diri

Serius, ini penting sekali. Pada awal ikut Kampus Mengajar, karena merasa canggung dan tidak percaya diri mengobrol dengan mereka, para murid malah balik canggung ke aku. Akhirnya, sedikit demi sedikit, aku mulai berbicara dengan mereka, mengikuti cara guru dan rekan yang aku dalam menghadapi para murid. Walau cara bicaraku belum bisa seakrab seperti rekan-rekan lainnya, aku berusaha berbicara dengan caraku sendiri. Kebetulan aku suka membuat suara-suara aneh ketika sedang mengejek adikku, hal ini aku gunakan untuk berkomunikasi lucu dengan mereka. Hasilnya mereka malah menerima cara aku. Aku juga sering kali memberikan candaan di kala mereka belajar.

Selain harus percaya diri dalam berkomunikasi, penting sekali juga untuk percaya diri dalam menjelaskan materi. Kuncinya adalah harus memahami materi tersebut sehingga bisa menjelaskannya kepada murid. Apabila murid-murid bertanya pun, kita juga tidak bingung menjawab pertanyaan murid-murid. Memang, awalnya akan sangat gugup. Tapi, percaya deh, lama-lama dirimu akan terbiasa berbicara di depan murid-murid.

Perayaan Lomba Hari Pancasila/Dok pribadi
Perayaan Lomba Hari Pancasila/Dok pribadi

3. Ajarkan Murid-Murid dengan Kekuatan Kalian

Maksudnya kekuatan ini adalah keahlian dan minat kalian di bidang tertentu akan suatu hal. Niscaya, pengetahuan dari hal yang kalian suka, akan lebih mudah tersalurkan ilmunya kepada para murid. Aku sendiri sangat menaruh minat pada hal yang berbau kucing. 

Oleh karena itu, apabila aku melihat seekor kucing liar di sekolah, aku akan memberikan kucing tersebut makanan yang sudah aku bawa dari rumah atau membelinya terlebih dahulu di mini market terdekat. 

Awalnya, aku tidak berakseptasi tindakanku  akan menarik perhatian para murid, ternyata aku salah. Malah, para murid dengan antusias menanyakan dan bercerita tentang banyak hal.

"Kak, ini makanannya harganya berapa? Beli di mana?"

"Kakak tadi beli makanan kucing ya, pas pergi tadi?"

"Kak, aku juga punya kucing tahu. Ada 5 sekarang kucingku."

"Kak, kakak punya kucing apa? Aku punyanya anggora, tapi ada kampung juga. Gemes deh mereka."

Dengan kesempatan inilah, aku mengedukasi mereka soal pentingnya merawat hewan secara bertanggung jawab. Aku mengedukasi dengan cara bercerita. Misalnya, aku bercerita bahwa beberapa hari yang lalu, kucingku sakit sehingga harus dibawa ke dokter. 

Kutunjukkan juga foto-foto sesuai cerita yang aku sampaikan. Jadi teringat, dulu karena terlalu bersemangat karena telah mensterilkan kucing jantan liar di rumah, aku memberikan mereka foto hasil operasi tanpa aku sensor dan filter BMW. Hasilnya para murid berteriak jijik karena geli melihat biji kucing yang dikeluarkan. Maafkan aku, yak, murid-murid.

Dengan hal begitulah, para murid akan menyadari bahwa diri dan kepribadianmu mempunyai keunikannya tersendiri. Memang, berbicara soal kucing ini tidak termasuk dalam meningkatkan pembelajaran literasi dan numerasi dalam kegiatan Kampus Mengajar. Akan tetapi, tidak semua hal harus melulu soal mata pelajaran sehingga melupakan hal-hal yang berada di sekitar lingkungan para murid.

Tips PDKT dan Mengajar dengan Para Murid ala Aku

  • Tanyakan hal yang bersifat personal seperti makanan kesukaan, rasa susu favoritnya, jajanan kesukaannya, dan masih banyak lagi. Alangkah baiknya apabila kalian bisa mengingatnya.
  • Berikan materi yang berkaitan dengan personal mereka karena bisa meningkatkan minat belajarnya. Dari pengalamanku, ketika aku meminta mereka membuat kalimat past tense dalam bahasa inggris, para murid cenderung percaya diri menuliskan contoh kalimat yang berkaitan dengan hal personal mereka seperti games, makanan, atau Bahasa Asing yang sedang mereka pelajari.
  • Menuliskan Kalimat Past Tense/Dok pribadi
    Menuliskan Kalimat Past Tense/Dok pribadi
  • Jika murid tersebut mempunyai latar belakang yang buruk, saranku tidak perlu tanya hal yang terkait pengalaman buruk kepada mereka. Selain karena membuatnya canggung, minat belajarnya akan perlahan meredup.
  • Sesekali berikanlah waktu istirahat setelah 20-30 menit melakukan istirahat. Bisa dengan ice breaking atau hanya berbicara santai.

Lalu, apakah mengikuti kegiatan Kampus Mengajar ini aku mendapatkan kesulitan yang tidak bisa aku tangani? Tentu saja, salah satunya berkaitan dengan masalah terbatasnya ruang kelas dan murid ABK. 

Aku dan rekan-rekan cukup kesulitan dalam menghadapi murid ABK karena tidak ada satu pun dari kami yang mempunyai latar belakang Pendidikan Khusus atau Pendidikan Luar Biasa. Sehingga ketika mengajarkan mereka, kami benar-benar bergerak tanpa arah, tidak tahu apakah cara dan materi yang diajarkan sudah benar atau salah.

Walau menghadapi kesulitan tersebut, aku dan rekan-rekan dapat menghadapinya berkat bantuan dari Dosen Pembimbing Lapanganku, Bu A'yun serta saran dari para guru di SDS Al Barra. 

Aku belajar banyak hal, salah satunya bahwa ternyata kemampuanku tidak seburuk dan sepayah itu ketika mengajar. Aku sangat bersyukur telah mengikuti program Kampus Mengajar ini dan berharap semoga akan ada kesempatan lain kali.

Dok pribadi/ Penulis dengan rekan, DPL dan Kepala Sekolah
Dok pribadi/ Penulis dengan rekan, DPL dan Kepala Sekolah
Dok pribadi/Sosialisasi Kebersihan Lingkungan
Dok pribadi/Sosialisasi Kebersihan Lingkungan
Dok pribadi/Suasana Belajar
Dok pribadi/Suasana Belajar
Dok pribadi/Acara Perpisahan
Dok pribadi/Acara Perpisahan
Dok pribadi/Foto Bersama dengan Murid
Dok pribadi/Foto Bersama dengan Murid

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun