Awalnya, aku tidak berakseptasi tindakanku  akan menarik perhatian para murid, ternyata aku salah. Malah, para murid dengan antusias menanyakan dan bercerita tentang banyak hal.
"Kak, ini makanannya harganya berapa? Beli di mana?"
"Kakak tadi beli makanan kucing ya, pas pergi tadi?"
"Kak, aku juga punya kucing tahu. Ada 5 sekarang kucingku."
"Kak, kakak punya kucing apa? Aku punyanya anggora, tapi ada kampung juga. Gemes deh mereka."
Dengan kesempatan inilah, aku mengedukasi mereka soal pentingnya merawat hewan secara bertanggung jawab. Aku mengedukasi dengan cara bercerita. Misalnya, aku bercerita bahwa beberapa hari yang lalu, kucingku sakit sehingga harus dibawa ke dokter.Â
Kutunjukkan juga foto-foto sesuai cerita yang aku sampaikan. Jadi teringat, dulu karena terlalu bersemangat karena telah mensterilkan kucing jantan liar di rumah, aku memberikan mereka foto hasil operasi tanpa aku sensor dan filter BMW. Hasilnya para murid berteriak jijik karena geli melihat biji kucing yang dikeluarkan. Maafkan aku, yak, murid-murid.
Dengan hal begitulah, para murid akan menyadari bahwa diri dan kepribadianmu mempunyai keunikannya tersendiri. Memang, berbicara soal kucing ini tidak termasuk dalam meningkatkan pembelajaran literasi dan numerasi dalam kegiatan Kampus Mengajar. Akan tetapi, tidak semua hal harus melulu soal mata pelajaran sehingga melupakan hal-hal yang berada di sekitar lingkungan para murid.
Tips PDKT dan Mengajar dengan Para Murid ala Aku
- Tanyakan hal yang bersifat personal seperti makanan kesukaan, rasa susu favoritnya, jajanan kesukaannya, dan masih banyak lagi. Alangkah baiknya apabila kalian bisa mengingatnya.
- Berikan materi yang berkaitan dengan personal mereka karena bisa meningkatkan minat belajarnya. Dari pengalamanku, ketika aku meminta mereka membuat kalimat past tense dalam bahasa inggris, para murid cenderung percaya diri menuliskan contoh kalimat yang berkaitan dengan hal personal mereka seperti games, makanan, atau Bahasa Asing yang sedang mereka pelajari.
- Jika murid tersebut mempunyai latar belakang yang buruk, saranku tidak perlu tanya hal yang terkait pengalaman buruk kepada mereka. Selain karena membuatnya canggung, minat belajarnya akan perlahan meredup.
- Sesekali berikanlah waktu istirahat setelah 20-30 menit melakukan istirahat. Bisa dengan ice breaking atau hanya berbicara santai.
Lalu, apakah mengikuti kegiatan Kampus Mengajar ini aku mendapatkan kesulitan yang tidak bisa aku tangani? Tentu saja, salah satunya berkaitan dengan masalah terbatasnya ruang kelas dan murid ABK.Â
Aku dan rekan-rekan cukup kesulitan dalam menghadapi murid ABK karena tidak ada satu pun dari kami yang mempunyai latar belakang Pendidikan Khusus atau Pendidikan Luar Biasa. Sehingga ketika mengajarkan mereka, kami benar-benar bergerak tanpa arah, tidak tahu apakah cara dan materi yang diajarkan sudah benar atau salah.