Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
 Materi coaching yang diberikan oleh fasilitator menjadi bekal dalam proses penegambilan keputusan. Dengan menerapkan coaching dalam pengambilan keputusan, kita bisa menggali potensi dari coachee sehingga coache bisa menemukan sendiri solusi dari masalahnya. Dengan melakukan coaching berarti kita telah melakukan pengujian dalam pengambilan keputusan karena dalam coaching, kita akan menggali potensi dari coachee termasuk dalam hal pengambilan keputusan, apakah nanti keputusan yang diambil sudah efektif, bagaimana dampak yang ditimbulkan, akankah menimbulkan masalah baru, dan lain-lain yang semua pertayaaan ini bisa diutarakan saat melakukan percakapan coaching. Sehingga kaitan coaching saat erat dengan pengambilan keputusan.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Inilah alasan pentingnya guru dan tenaga kependikan harus menguasai kompetensi sosial dan emosional dalam dirinya. Bukan hanya berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas saja, tetapi juga akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan jika dihadapkan pada sebuah situasi terutama dilema etika. Kemampuan guru dalam mengelola sosial dan emosionalnya akan mempengaruhi kemampuan penagmbilan keputusan. Guru yang menguasai KSE dalam diri tentu akan mengambil keputusan dengan mempertimbangkan tujuan dan dampak yang ditimbulkan dengan sangat matang. Selain itu juga bisa mengelola emosi dengan baik dalam proses pengambilan keputusan dan juga memiliki kesadaran sosial sehingga dalam pengambilan keputusan tidak merugikan pihak manapun. Cara menghadapi masalah pun akan sangat berbeda jika dibandingkan dengan guru yang belum menguasai KSE karena kemampunyaa dalam mengelola emosi.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika dapat melatih  keterampilan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilema etika ataukah bujukan moral. Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Keputusan yang diambil akan semakin tepat dan menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan kebajikan jika nilai-nilai yang dianutnya adalah nilai-nilai yang positif.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Pengambilan keputusan yang tepat tentu akan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman karena semua pihak yang terlibat akan menerima dan melaksanakan keputusan yang diambil. Dengan keputusan yang tepat pula, tidak akan ada pihak yang merasa dirugikan sehingga bisa menciptakan lingkungan yang kondusif.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus yang sifatnya dilema etika adalah perasaan tidak enak yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Namun dengan berpedoman pada 4 paradigma, 3 prinsip serta mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.Â
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?