Mohon tunggu...
Inovasi

Penerapan Program TIBAS (Tidak Bakar Sampah) Pada Daerah Gattereng Toa

20 November 2016   15:00 Diperbarui: 20 November 2016   15:33 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebutuhan infrastruktur sanitasi senantiasa sejalan dengan perkembangan peradapan manusia, walaupun dalam perkembangannya tersebut belum mendapat perhatian secara cermat sesuai dengan tingkat pengetahuan peradapan dimaksud. Seiring dengan itu, pembangunan nasional yang menuntut ketersediaan segala aspek kebutuhan rakyat mulai dari prasarana dan sarana dasar sampai kepada pemenuhan kebutuhan yang lain harus dilaksanakan secara merata diseluruh wilayah. Salah satu perwujudan pembangunan nasional tersebut adalah pelaksanaan pembangunan sanitasi yang terpadu dan berkelanjutan.

Secara global 2,4 miliar orang tidak memiliki akses ke sanitasi, dan 946 juta akses kurangnya untuk setiap fasilitas sanitasi dan praktek open defecation (OD) (WHO / UNICEF 2015). Sanitasi yang buruk dan kebersihan menyebabkan sekitar 577.000 kematian setiap tahunnya (Pruss-Ustun et al., 2014), dan setengah dari anak-anak terjadi pengerdilan yang dapat dijelaskan oleh OD (Spears, 2013). Sanitasi dapat menyebabkan peningkatan status sosial dan martabat (Jenkins dan Curtis, 2005; Jenkins dan Scott, 2007), manfaat persamaan gender (Mahon dan Fernandes, 2010).

Selain dengan hal tersebut, sejumlah kebijakan nasional telah ditetapkan untuk mendukung program pengembangan suatu wilayah, khususnya peningkatan kinerja pembangunan sarana air minum dan sanitasi. Kebijakan nasional yang dimaksud, antara lain Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bodang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang serta Surat edaran Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional No. 0445/M/PPN.11.2010 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Aksi Daerah Percepatan Pencapaian Target Milinnium Developmen Goals (RAD-MDGs). Bedasarkan kebijakan tersebut, peningkatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi menjadi salah saru prioritas nasional.

Seiring dengan pencapaian target tersebut, Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan mengalokasikan anggaran untuk kegiatan sanitasi terdiri dari drainase, pengelolaan limbah dan persampahan selama 5 tahun terakhir memiliki proporsi yang hanya bekisar di 1,24 %. Pada tahun 2009, proporsinya menurun diangka 0,94%. Proporsi tersebut sangat menurun di tahun 2010 yang hanya mencapai 0.46% dari total belanja dengan pengalokasian anggaran terbesar di dinas PU sebesar 61,2% dari total menganggaran sanitasi di tahun 2010. Proporsi tersebut meningkat di tahun 2011 dengan capaian 1,98% dari total belanja dan ini adalah persentase tertinggi dari proporsi belanja sanitasi terhadap belanja total. Peningkatan tersebut diakibatkan adanya pembangunan peningkatan sarana TPA dan juga pembanunan IPAL pada Rumah sakit Kabupaten Soppeng. (Buku Putih Sanitasi Kab. Soppeng, 2012)

Kabupaten Soppeng merupakan salah saru bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki wilayah administrasi dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan, 49 desa, 39 Lingkungan, 124 Dusun, 428 Rukun Kampung, dan 1.163 Rukun tetangga. Salah satu desa di Kabupaten Soppeng adalah Gattareng Toa yang terletak di Kecamatan Marioriwawo.

Marioriwawo berbatasan lansung dengan kabupaten Barru dan di sebelah barat dan utara berbatasan lansung dengan kabupaten bone. sedangkan untuk wilayah timurnya berbatasan dengan kecamatan liliriaja, kab. soppeng. Sebagian besar wilayah dari kecamatan ini adalah daerah pegunungan, jadi tidak salah kalau daerah ini terkenal dengan suhu yang dingin dengan pemandangan alam.

Dikarenakan kondisi lingkungan di Gattereng Toa yang berbukit banyak masyarakat yang melakukan kegiatan membakar sampah yang berakibat timbulnya zat Dioxin yang dapat memicu kanker dan kerusakan genetik. Program Tibas (Tidak Bakar Sampah) dapat seiring dengan misi sanitasi Kabupaten Soppeng yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat seta partisipasi mengenai pengelolaan persampahan secara mandiri dan ramah lingkungan.

Misi pemerintah dalam peningkatan sanitasi di masyarakat telah diwujudkan dengan program PAMSIMAS yaitu program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia dengan dukungan Bank Dunia yang dilaksanakan di wilayah perdesaan dan pinggiran kota. Program Pamsimas bertujuan untuk meningkatkan jumlah fasilitas pada warga masyarakat kurang terlayani termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah perdesaan dan peri-urban. Dengan Pamsimas, diharapkan mereka dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan serta meningkatkan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Penerapan program ini dalam rangka mendukung pencapaian target MDGs (sektor air minum dan sanitasi) melalui pengarusutamaan dan perluasan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat. (PAMSIMAS.ORG)

Gambar Peta Sebaran Kepadatan Penduduk Kabupaten Soppeng

Perhatian terhadap sektor persampahan masih rendah. Walapun dari sektor air bersih dan air limbah, persampahan mendapatkan porsi dana yang lebih besar namun dari total belanja APBD Daerah tahun 2011, sektor persampahan hanya mendapatkan Rp. 6.146.551.000 (1,07%) dari total belanja daerah. Rendahnya penarikan retribusi dari sektor persampahan. Sehingga biaya pengelolaan sampah oleh pemerintah semakin besar.

Desa Gattereng Toa merupakan desa perbatasan Kabupaten Soppeng yang letaknya jauh dengan daerah administratif. Sehingga program PAMSIMAS tersebut belum tersentuh oleh masyarakat. Program PAMSIMAS pada keseluruhan Kabupaten Soppeng baru mencapai akses air bersih, cuci tangan menggunakan sabun, dan bebas BABS (Buang Air Besar Sembarangan) yang terkadang hal tersebut masih dikesampingkan oleh masyarakat dikarenakan masih tingginya penyakit disebabkan sanitasi buruk di masyarakat.

Untuk mengatasi permasalahan sampah sendiri Kabupaten Soppeng belum memiliki dokumen perencanaan seperti masterplan persampahan, business plan persampahan, yang dibutuhan untuk merencanakan program peningkatan pengelolaan persampahan sesuai dengan visi dan misi daerah serta arah pemgenbangan pembangunan Kabupaten Soppeng.

Program Tibas( Tidak Bakar sampah) merupakan program untuk mencegah masyarakat untuk tidak membakar sampah organik dan sampah anorganik di pekarangan rumah dan tidak juga membuang sampah pada jurang atau sungai. Karena dapat merusak lingkungan, estetika, dan menjadi vektor penyakit.

Kerangka konseptual meliputi tiga kategori "hasil sasaran," yang berhubungan dengan tujuan utama program pelatihan. Program ini menggunakan jangka target penyampaian bahwa program pelatihan harus dievaluasi terhadap hasil sasaran (Tujuan) dari pelatihan, dan hasil dari pelatihan dapat terjadi. Gambar dibawah merupakan gambaran tentang alur kerja dari Program Tibas, dimana ada tahanpan: learning, Individual performance Improved Programming.

Program ini menyertakan enam pengaruh dalam rangka: sikap dan motivasi, kemampuan, berbagi pengetahuan, desain pelatihan, organisasi faktor, dan faktor eksternal. Tiga yang pertama "trainee Influences" berupa masukan secara teori dan tiga terakhir adalah "context  influences" (karakteristik program pelatihan dan lingkungan kerja).

Gambar Rencana konseptual program TIBAS

Membangun persepsi masyarakat

Gambar: Bulu Dua, Desa Gatareng Toa (Sumber: www.panoramio.com)

Di Negara maju, Teknologi pengolahan air limbah semakin maju, semua serba canggih dan instan. Namun hal ini berbanding terbalik dengan negara-negara berkembang. Permasalahan sanitasi masih menjadi berita utama, sanitasi yang buruk dapat menyebarkan banyak penyakit. Terkadang teknologi yang canggih bukan menjadi solusi yang terbaik dalam mengatasi masalah tersebut oleh karena itu perlunya waste management. Dengan waste management yang baik tentunya meningkatkan kesehatan, kenyamanan masyarakat, dan tentunya menjaga masyarakat dari penyakit sanitasi yang buruk.

Komposisi sampah pada daerah rural memiliki presentasi sampah organik lebih banyak dibandingkan dengan sampah anorganik. Namun, seiring perkembangan jaman kebanyakan manusia menyukai kepraktisan jadi tidak heran bila ditemui sampah anorganik sebanding komposisimya dengan sampah organik.

Oleh karena itu diperlukan fasilitator yang bertugas memberi wawasan tentang pentingnya sanitasi dan pengelolaan sampah. Sebagai fasilitator, hal utama yang dilakukan adalah mengajak para pemuka desa, pemuda, dan pihak pemerintah untuk melakukan diskusi informal yang dapat dilakukan di rumah warga dan diselingi tentang permasalahan sampah di lingkungan pemukiman.

Membangkitkan Minat dan Kesadaran Warga

Membangkitkan kesadaran masyarakat dilakukan dengan cara memperaktekan langsung proses pengolahan sampah. Dari proses pemilahan hingga pengumpulan menjadi produk lain seperti kompos atau kerajinan tangan dari plastik. Masyarakat ditanamkan benefityang diperoleh dari pengolahan sampah mandiri yang dilakukan. Pengolahan sampah mandiri adalah pengolahan sampah yang dilakukan oleh masyarakat di lokasi sumber sampah seperti di rumah-rumah tangga. Masyarakat perdesaan yang umumnya memiliki ruang pekarangan lebih luas memiliki peluang yang cukup besar untuk melakukan pengolahan sampah secara mandiri. Model pengelolaan sampah mandiri akan memberikan manfaat lebih baik terhadap lingkungan serta dapat mengurangi beban TPA. (Nitikesari, 2005).

Dengan Melakukan praktek langsung jauh lebih efektif ketimbang hanya memberikan pelatihan secara lisan atau tertulis. Warga bisa langsng mengetahui proses pengolahan sampah dan praktek langsung didampingi fasilitator yangbenar-benar menguasai proses pembuatan kompos,

Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat

Fasilitator sebagai pendamping masyarakat, sedangkan masyarakat sebagai penggerak. Pemuka desa ditunjuk sebagai pengembang yaitu masyarakat/ orang yang terlibat dalam perencanaan bersama fasilitator. Sedangkan pemuda desa ditunjuk sebagai pengawas, hal ini dikarenakan pemuda harus berperan aktif dekat dengan masyarakat dan memiliki semangat membangun desa. Yang dilakukan para pemuda yaitu turut membantu peningkatan program TIBAS dengan mengawasi dan menilai dari tercapainya program TIBAS.

Kemudian masyarakat secara keseluruhan berperan aktif dalam melakukan pengoprasian, pemeliharaan, pengaturan, dan melaksanakan program tersebut. Hal ini harus sejalan dengan program TIBAS.

Adanya Tanda Tangan Kesepakatan

Masyarakat yang sudah melakukan Program TIBAS dan sudah tergerak keinginannya untuk hidup dengan sanitasi yang sehat dan lingkungan yang bersih. Bersama fasilitator dan dilihat oleh seluruh masyarakat membuat tanda tangan persetujuan untuk tidak lagi melakukan kegiatan membakar sampah dan membuang sampah sembarangan. Dan masyarakat harus menerapkan kegiatan pengelolaan sampah di lingkungan mereka.

Meningkatkan Perekonomian

Dilihat dari tingginya timbulan sampah makanan seperti sayur dan buah-buahan. Tiap masyarakat dapat memanfaatkan sampah tersebut menjadi kompos. Kondisi lingkungan di Desa Gattareng Toa yang berbukit dan kaya akan hasil pertanian, kompos tersebut dapat dijadikan subtitusi pengganti pupuk kimia yang mahal bagi masyarakat disekitarnya. Pupuk kimia yang mahal disebabkan karena langkanya pupuk dan faktor hama. Tanpa kita sadari kita dapat membangkitkan sektor pertanian dari sampah tersebut.

Sampah organik selain dimanfaatkan untuk kompos, masyarakat juga diajarkan memanfaatkan sampah organik tersebut sebagai pakan ternak seperti ayam, sapi, dan ikan. Dikarenakan lokasi Desa jauh dari pesisir pantai, masyarakat diajarkan untuk membuat kolam ikan air tawar dengan memanfaatkan sampah organik dengan cara memanfaatkan larva lalat Black Soldier Fly sebagai pakan ternak dan pengurai alami sampah organik.

Untuk sampah anorganik dilakukan dengan cara pemanfaatan sampah dengan pembuatan barang-barang yang memiliki nilai jual. Seperti tas, kotak pensi, dompet dll. Pelatihan tersebut diberikan kepada komunitas ibu-ibu Desa Gattareng Toa dan remaja putri. Sehingga ibu-ibu pada desa tersebut memiliki aktivitas lain selain berladang dan berternak.

Gambar: Pemanfaatan sampah

Dampak Sosial Masyarakat

Penanaman edukasi kepada masyarakat tentang merubah kebiasaan membakar sampah sangat sulit dikarenakan masyarakat perlu mengganti kebiasaan yang lama dengan kebiasaan yang baru. Oleh karena itu selaku kepala desa harus melakukan penyuluhan kepada masyarakat, dengan cara pemasangan banner, sticker. Tidak hanya kepada orang dewasa, anak-anak di sekolah perlu diikut sertakan.

Konflik sosial yang akan terjadi dimasyarakat mungkin terjadi, dalam mengatasi masalah tersebut fasilitator dan kepala desa perlu turun tangan dengan cara pendekatan secara individu ke individu. Penyampaian yang diberikan selain tujuannya mengajak, harus juga mengayomi masyarakat dengan pandangan visioner tentang pentingnya menjaga lingkungan agar memperoleh lingkungan yang nyaman dihuni.

Perencanaan Pengelolaan Sampah Terpusat

Program TIBAS bersama masyarakat Desa Gattareng Toa memiliki misi dan rencana kedepan dalam melakukan pembangunan Desa Gattareng Toa sebagai desa wisata dan desa percontohan bebas sampah. Misi tersebut sudah dituliskan dalam buku harian yang telah dibuat oleh pemuda desa. Hal ini dilakukan akan dapat menaikan perekonomian masyarat dari sektor wisata beriringan dengan pengelolaan sampah yang telah direncanakan sebelumnya.

LOKASI TPA

ZONA I :peningkatan cakupan layanan hingga 100% (RT-TPS-TPA) + penyapuan jalan àjangka pendek ke menengah (2010 – 2013)

ZONA III :  pengembangan sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat + pemilahan dan pengolahan sampah berbasis RT, pengakutan secukupnya (TPS-TPA)àjangka menegah kepanjang

ZONA II: peningkatan cakupan layanan hingga min. 70% (TPS-TPA) + pemilahan sampah berbasis RTàjangka menengah

Rencana TPST
RENCANA TPST
RENCANA TPST

Seiring dengan program pemerintah Kabupaten Soppeng dalam pengembangan persampahan, Desa Gattareng Toa termasuk dalam Zona III yaitu pengembangan sistem pengelolaan samapah berbasis masyarakat + pemilahan dan pengolahan sampah berbasis RT.

Ganbar Peta Pengembangan Persampahan Kabupaten Gattareng Toa

Dengen Program TIBAS, Masyarakat sudah memahami tentang pentingnya pengelolaan sampah yang seiring dengan misi kabupaten Soppeng. Dalam Pelaksanaan Program TIBAS berkelanjutannya, masyarakat sudah tidak perlu lagi melakukan sistem TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpusat). Dikarenakan  Desa Gattareng Toa sudah menerapkan sistem pengolahan sampah secara “Zero Waste” yaitu pengolahan sampah tanpa timbulan sampah.

Kesimpulan

TIBAS
TIBAS

Dalam membangun Dedsa Gattereng Toa, perlu adanya peran masyarakat dan fasilitator demi terwujudnya program TIBAS tersebut. Tahapan tersebut dilalui melalui proses learning, individual performance dan inproved programming. Diharapkan pada tahap terakhir masyarakat sudah bisa melakukan prilaku tidak membakar sampah, pengolahan sampah, dan pemanfaatan sampah. Sehingga dapat mendorong program pemerintah di Kabupaten Soppeng.

Daftar Pustaka

WHO/UNICEF, 2015. Progress on Sanitation and Drinking Water: 2015 Update and MDG Assessment (Geneva, Switzerland).

Prüss-Ustün, A., Bartram, J., Clasen, T.F., Colford, J.M., Cumming, O., Curtis, V.A.,Bonjour, S., Dangour, A.D., De France, J., Fewtrell, L., Freeman, M.C., Gordon, B.,Hunter, P.R., Johnston, R.B., Mathers, C., M€ausezahl, D., Medlicott, K., Neira, M.,

Stocks, M., Wolf, J., Cairncross, S., 2014. Burden of disease from inadequate water, sanitation and hygiene in low- and middle-income settings: a retrospective analysis of data from 145 countries. Trop. Med. Int. Heal 19, 894e905.

Spears, D., 2013. How Much International Variation in Child Height Can Sanitation Explain (No. 6351), Policy Research Working Paper. Washington, DC.

Jenkins, M.W., Scott, B., 2007. Behavioral indicators of household decision-making and demand for sanitation and potential gains from social marketing in Ghana. Soc. Sci. Med. 64, 2427e2442.

Mahon, T., Fernandes, M., 2010. Menstrual hygiene in South Asia: a neglected issue for WASH (water, sanitation and hygiene) programmes. Gend. Dev. 18, 99e113.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun