Untuk mengatasi permasalahan sampah sendiri Kabupaten Soppeng belum memiliki dokumen perencanaan seperti masterplan persampahan, business plan persampahan, yang dibutuhan untuk merencanakan program peningkatan pengelolaan persampahan sesuai dengan visi dan misi daerah serta arah pemgenbangan pembangunan Kabupaten Soppeng.
Program Tibas( Tidak Bakar sampah) merupakan program untuk mencegah masyarakat untuk tidak membakar sampah organik dan sampah anorganik di pekarangan rumah dan tidak juga membuang sampah pada jurang atau sungai. Karena dapat merusak lingkungan, estetika, dan menjadi vektor penyakit.
Kerangka konseptual meliputi tiga kategori "hasil sasaran," yang berhubungan dengan tujuan utama program pelatihan. Program ini menggunakan jangka target penyampaian bahwa program pelatihan harus dievaluasi terhadap hasil sasaran (Tujuan) dari pelatihan, dan hasil dari pelatihan dapat terjadi. Gambar dibawah merupakan gambaran tentang alur kerja dari Program Tibas, dimana ada tahanpan: learning, Individual performance Improved Programming.
Program ini menyertakan enam pengaruh dalam rangka: sikap dan motivasi, kemampuan, berbagi pengetahuan, desain pelatihan, organisasi faktor, dan faktor eksternal. Tiga yang pertama "trainee Influences" berupa masukan secara teori dan tiga terakhir adalah "context  influences" (karakteristik program pelatihan dan lingkungan kerja).
Gambar Rencana konseptual program TIBAS
Membangun persepsi masyarakat
Gambar: Bulu Dua, Desa Gatareng Toa (Sumber: www.panoramio.com)
Di Negara maju, Teknologi pengolahan air limbah semakin maju, semua serba canggih dan instan. Namun hal ini berbanding terbalik dengan negara-negara berkembang. Permasalahan sanitasi masih menjadi berita utama, sanitasi yang buruk dapat menyebarkan banyak penyakit. Terkadang teknologi yang canggih bukan menjadi solusi yang terbaik dalam mengatasi masalah tersebut oleh karena itu perlunya waste management. Dengan waste management yang baik tentunya meningkatkan kesehatan, kenyamanan masyarakat, dan tentunya menjaga masyarakat dari penyakit sanitasi yang buruk.
Komposisi sampah pada daerah rural memiliki presentasi sampah organik lebih banyak dibandingkan dengan sampah anorganik. Namun, seiring perkembangan jaman kebanyakan manusia menyukai kepraktisan jadi tidak heran bila ditemui sampah anorganik sebanding komposisimya dengan sampah organik.
Oleh karena itu diperlukan fasilitator yang bertugas memberi wawasan tentang pentingnya sanitasi dan pengelolaan sampah. Sebagai fasilitator, hal utama yang dilakukan adalah mengajak para pemuka desa, pemuda, dan pihak pemerintah untuk melakukan diskusi informal yang dapat dilakukan di rumah warga dan diselingi tentang permasalahan sampah di lingkungan pemukiman.
Membangkitkan Minat dan Kesadaran Warga