Anak cenderung akan meniru perilaku orangtua karena menurut anak itu adalah hal yang normal dalam kehidupan sosial di luar rumah.
Efek ini berlangsung secara stabil atau tertanam di dalam benak si kecil. Alhasil, ini merupakan awal mula terjadinya masalah, terutama pada remaja.
Seiiring dengan bertambahnya usia, anak akan tergantung pada sifat orangtua dan mencontoh kebiasaan-kebiasaanya, termasuk cara bersikap, beretika, cara sopan santun, dan berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam sebuah kisah diceritakan, Suatu hari, seseorang menghadap Khalifah Umar bin Khattab dengan membawa anak lelakinya. Ia mengadukan betapa durhaka dan kurang ajar anaknya. Khalifah mendengar dengan seksama pengaduan orang tua itu. Umar mengingatkan beberapa hak anak, seperti, memilihkan ibu si anak dari golongan baik-baik, memberi nama yang baik, memberi nafkah sepantasnya, mendidik dengan akhlak yang baik, dan mengajari ilmu untuk bekal hidupnya.
Seketika itu juga si anak menyahut uraian Umar. ''Tak satu pun dari hak-hak itu yang diberikan. Ibu saya itu tidak jelas asal-usulnya dan berperangai sangat buruk. Dari kecil saya dipaksa mencari nafkah dengan menggembala ternak, dan saban hari diberi contoh akhlak yang buruk, dengan pertengkaran yang tiada henti, perkataan yang kotor, dan tindak kekerasan.''
''Jangankan diajari ilmu, yang ada hanya dampratan dan perlakuan kasar. Dalam hatiku hanya ada dendam dan menunggu saat bisa membalasnya,'' kata si anak. ''Apa benar demikian,'' tanya Umar dengan wajah marah. ''Jika demikian, sungguh engkau telah merusak anakmu dengan tanganmu sendiri. Engkaulah yang pantas mendapat hukuman atas kesalahan ini,'' tegasnya.
Saya ingatkan lagi puisi fenomenal sepanjang sejarah dari seorang pendidik dan ahli konseling keluarga bernama Dorothy Law Nolte, Ph.D asal Amerika Serikat dengan judul puisi “Children Learn What They Live” (Anak-anak Belajar dari Kehidupannya), yang isi puisinya seperti ini:
Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri.