Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengapa Muncul Kebiasaan Segelintir Mualaf yang Sibuk Mengolok-olok Agama Lamanya?

11 Juli 2020   10:23 Diperbarui: 11 Juli 2020   10:26 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kecemerlangan Islam justru terlihat dari sifat dasarnya yang menyelamatkan, damai dan santun.  Menjadi Islam, artinya memiliki komitmen untuk menebarkan kedamaian (rahmat) bagi seluruh mayapada ini.

Seseorang yang berikrar memeluk agama Islam seharusnya meninggikan agamanya dengan menunjukkan bahwa agama ini adalah agama yang luhur. Kalau Anda yakin agama ini luhur, tentu tidak perlu mencari objek untuk dijelek-jelekkan. Cukup Anda ikut serta berperan menyingkap keagungan agama ini.

Karena itu, bagi mualaf, bantulah Islam ini untuk menyingkap tirai-tirai yang menutupi kecemerlangannya. Jika Anda memiliki ilmu, amalkan ilmu itu untuk menggali pengetahuan dalam Islam. Cerdaskanlah umatnya dan bangunlah peradabannya.

Jika Anda tidak memiliki cukup ilmu seperti yang saya sebut tadi, cukup tunjukkan kesejukan dan kedamaian agama Islam.  Imam Al-gazali menyantakan: "an-nazhara ila kaffati khalqillah ta'ala bin ain ar-rahmah wa tark al-mamarah" (Tataplah seluruh makhluk Allah dengan mata kasih sayang dan hindarilah perdebatan (olok-olok) dan pertentangan).

Saya hanya heran dengan kebiasaan segelintir mualaf yang hobi mencaci maki agama sebelumnya. Apa sih yang menjadi motivasinya? Bukankah seseorang yang dapat hidayah, seharusnya tidak perlu lagi mengingat masa lalunya.  Kalau hanya ingin mencari Tuhan, bukankah seharusnya setelah berada di rumah yang diyakini Tuhan berada di situ, seharusnya Anda berasyik-masyuk dengan Tuhan. Untuk apa mengingat makhluknya lagi? Apalagi jika ingatan itu hanya menimbulkan kebencian.

Jangan-jangan orang semacam itu tidak sedang mencari Tuhan. Siapa tahu mereka hanya mencari nama, ingin terkenal lalu dapat panggung. Jika itu yang menjadi motivasinya, maka pantaslah jika pindah agama itu tercela dalam semua agama.  

Islam menjuluki mereka murtad. Orang murtad konsekuensinya gawat.  Mereka masuk dalam gerbong dosa-dosa berat. Bahkan di dunia pun, orang murtad bisa dihukum mati, begitu konfirmasi beberapa literatur fikih. Dalam ajaran Kristen orang murtad  akan membuat Allah murka. Dosa mereka tidak terampuni.

Bisa jadi konsekuensi berat terhadap orang pindah agama ini, bukan semata-mata persoalan teologi.  Bahkan mungkin juga  teologi bukan alasan utama. Tetapi konsekuensi berat itu dijatuhkan, karena sering kali motivasi orang pindah agama, bukan karena mencari kesejatian diri. Bukan pula ingin menemukan Tuhan yang sejati. Tetapi pindah agama hanya karena motivasi duniawi. 

Mereka yang pindah agama karena motivasi duniawi, maka orientasinya adalah materi dan panggung ketenaran.  Biasanya mereka dengan orientasi inilah, yang mudah mengejek dan menistakan agama sebelumnya. Ujung dari sikap ini adalah: perbedaan semakin mengeras dan pecah belah umat tidak bisa dihindari.  Kalau begitu akhirnya, masihkah kita akan gembira jika ada yang menjadi mualaf?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun