Ternyata perubahan wajah gerakan Jamaah Tabligh akhir-akhir ini bermula dari konflik internal mereka. Â Kelompok yang sebelumnya tidak ingin mempermasalahkan mazhab dan mengakomodir semua kalangan, akhirnya justru terbelah dua. Â Dan sayangnya, Â konflik ini bermula dari persoalan kekuasaan. Hal yang justru dihindari selama ini oleh Jamaah Tabligh.
Bermula ketika Maulana Saad naik ke tampuk Amir/Hadratji  Jamaah Tabligh, perpecahan pun di mulai. Ia dianggap secara sepihak mengangkat dirinya sebagai Amir pada tanggal 23 Agustus 2015. Pada November 2015 dalam Ijtimak Bopal, Syekh Saad memang ditabalkan kembali sebagai Amir, tetapi beberapa kalangan tidak setuju. Dikomandoi oleh Abdul Wahab dari Pakistan,  kalangan yang tidak menyetujui Maulana Saad  menjadi amir memilih membentuk sendiri Jamaah Tabligh yang bernama Majelis Syura Alami.
Perpecahan ini pun merembet ke seantero negeri, termasuk menyusup di Indonesia dan bahkan hawanya terasa sampai ke Makassar. Di Indonesia ada kubu Cecep Firdaus bermarkas di Masjid Jami Kebon Jeruk. Kubu ini pendukung Syekh Saad. Sementara kelompok lainnya adalah faksi Muslihudin Ja'far.  Markasnya di masjid Al-Muttaqien, Ancol.  Faksi kedua  ini adalah pendukung Syura Alami. Adapun yang akan melaksanakan Ijtima' Ulama di Pakatto Gowa, tetapi akhirnya batal, adalah kubu Syura Alami.
Perdebatan soal kekuasaan dan ajaran tidak bisa lagi dihindari. Jamaah Tabligh menjadikan media sosial sebagai sarana berdebat. Untuk memperlihatkan siapa yang paling otoritatif, maka Jamaah Tabligh tidak bisa lagi menghindar dari liputan media. Â Tak ada lagi cerita tentang jalan sunyi seorang pendakwah. Siapa yang terlihat paling sering muncul di media, dialah paling eksis.
Salah seorang pengikut kelompok Jamaah Tabligh Maulana Saad (tidak dizinkan mengutip namanya) mengaku, mereka masih konsisten dengan ajaran sebelumnya. Kegiatan dakwah masih dilakukan dengan jalan senyap tanpa publikasi yang hingar bingar. Ijtimak Ulama yang mereka pernah adakan di Maros, begitu katanya, sangat minim, kalau tidak mau dikatakan tidak ada pemberitaannya.
Benar atau tidaknya pernyataan salah satu anggota Jamaah Tabligh Maulana Saad ini, memang masih perlu diverifikasi. Soalnya saat ini di media sosial, debat-debat kelompok Maulana Saad dan Syura Alami sudah sering terjadi. Â
Ternyata sikap terbuka Jamaah Tabligh menerima berbagai mazhab dan kelompok ke dalam tubuhnya, ternyata memakan dirinya sendiri. Berbagai kelompok yang sebelumnya sudah memiliki preferensi ideologi keagamaan, ketika bergabung dengan Jamaah Tabligh tampaknya mulai ikut memberi impresi.Â
Pengaruhnya mulai terlihat ketika mereka sudah mulai mempersoalkan kekuasaan. Tidak menutup kemungkinan, dan sepertinya sudah terlihat, gerakan Jamaah Tabligh pun nantinya tidak lagi murni dakwah dan gerakan asketisme religius. Jamaah Tabligh bisa jadi akan bermetamorfosis menjadi kelompok salafi haraqi (salafi gerakan) yang tidak lagi apolitis. Tetapi, bukankah jika demikian, Jamaah Tabligh sudah menyalahi khitahnya. Entahlah... semuanya kini berpulang ke Jamaah Tabligh sendiri.
Tayang di suaraislam.co
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H