Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benarkah Agama Musuh Pancasila?

28 Februari 2020   17:06 Diperbarui: 28 Februari 2020   17:47 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persis di titik ini, kata Gusdur,  berlaku kaedah fiqih:  "ma la yudraku kulluh, la yatruku julluh (Apa yang tidak bisa berlaku seluruhnya, tidak boleh ditinggalkan yang terpenting).   

Jika NU dan Muhammadiyah bisa menerima kesepakatan Pancasila sebagai Dasar Negara, tidak demikian dengan halnya dengan kelompok Islam Politik tadi. Sejak diputuskan di sidang Konstituante bahwa Pancasila adalah Dasar Negara, sejak saat itu pula mereka mulai menantangnya.

 Sebagian dari faksi ini melawan terang-terangan dengan mendeklarasikan Negara Islam Indonesia (NII) atau Darul Islam Indonesia (DII). Sementara yang lainnya menantang lebih halus dengan terus menerus mempermasalahkan 'Tujuh Kata' di Piagam Jakarta yang dihilangkan. 

Gerakan ini terus berlanjut, bahkan ketika Orde Baru begitu kuat dan dikenal sangat represif terhadap kelompok Islam Politik. Sebagian besarnya bergerak di bawah tanah. Senyap, tapi tidak berarti diam. Mereka terus membangun jaringan dan menunggu momentum untuk kembali menggugat terang-terangan.

Sebagiannya lagi nekat melakukan aksi teror dan kekerasan. Mereka ini sayap sayap DI/TII dan NII yang merasa gerakan nyata harus terus dipertunjukkan.

Hingga hari ini, kelompok-kelompok Islam Politik ini tidak pernah surut dalam mempersoalkan Pancasila sebagai Dasar Negara. Ketika Reformasi baru bergulir dan UUD 1945 di amandemen, kelompok ini lagi-lagi mengangkat isu Piagam Jakarta. Begitu pun dalam politik elektoral, isu semacam ini tanpa kenal lelah terus digelindingkan.  

Sementara itu  sayap radikal dari kelompok Islam Politik ini terus menerus berupaya mendirikan Negara Islam Indonesia. Untuk kepentingan yang terakhir ini mereka memiliki titik temu dengan agenda organisasi luar yang juga menginginkan hal serupa, misalnya HT dan ISIS.

Dalam kacamata Greg Fealy dan Bubalo (2007), ada tiga arus utama gerakan islam global yang memiliki kepentingan sama dengan Islam Politik di Indonesia. 

Pertama, Ikhawanul Muslimin. Kelompok ini bekerja lebih soft dan bermetamorfosa menjadi Post-Islamisme. Mereka cenderung menerima Modernisme dan menjadi bagian di dalamnya tanpa melepas cita-cita negara Islam.  

Kedua, kelompok salafi. Kelompok ini sebagian besar berbasis lembaga dakwah dan pendidikan.

Ketiga, kelompok jihadi. Kelompok ini adalah kelompok paling ekstrem dari gerakan islamisme global. Mereka mengesahkan kekerasan dan membenarkan bom bunuh diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun