Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Haji Bawakaraeng", Sekudung Cerita dari Orang-orang Kaki Langit

13 Agustus 2019   14:53 Diperbarui: 14 Agustus 2019   16:31 2816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Esok hari, ketika matahari sudah muncul sepenggalah, biasanya mereka melaksanakan salat Idul Adha. Kadang ada khatibnya, tetapi sering pula mereka hanya salat sunat dua rakaat. Apakah ada tawaf mengelilingi 'Bakkah' atau sai, semacam di Makkah? Tak ada. Mereka memang tidak melaksanakan syariat haji, sebagaimana syariat haji di Makkah.

Lalu mengapa mereka disebut Haji Bawakaraeng?

"Saya juga tidak tahu," Jawab lelaki berkulit sedikit legam itu.

"Tetapi apakah ada orang yang sering naik ke Bawakaraeng yang menganggap ini sama dengan naik haji?" Tanyaku ngotot, mirip intel melayu yang sedang menginterogasi..

"Soal pendapat dalam hati orang, manalah saya tahu anak muda, tetapi sejauh ini, saya bersama rombongan tidak ada yang menyandingkan kebiasaan kami naik ke Bawakaraeng dengan naik haji ke Makkah. Tetapi dari sisi batiniah, apakah yang kami laksanakan ini bisa dianggap haji oleh Allah atau tidak? Itu hak Allah untuk menilainya.

Sepintas jawabannya terkesan diplomatis, tetapi begitu saya ingat kisah-kisah para sufi terkait dengan haji, prasangka saya bahwa jawabannya itu sekadar retorika, saya benamkan dalam-dalam. Bukankah dalam kisah Rabiatul Adawiyah, dia tidak naik haji ke Makkah, tetapi Kabah yang datang mengunjunginya. Satu tanda bahwa Al-Adawiyah justru mendapatkan pahala haji melebihi para orang-orang yang berkunjung ke Makkah. 

Saya terkenang pula kisah Ali Al-Muwaffaq, ia tak bisa naik haji karena ongkos hajinya harus diserahkan pada orang yang lebih membutuhkan. Tetapi justru dialah yang dimimpikan oleh seorang ulama besar yaitu Abdullah Ibnu Mubarak, bahwa Ali Al-Muwaffaqlah satu-satunya yang diterima hajinya.

Ingatan saya buyar seketika, manakala lelaki berkulit sedikit legam ini melanjutkan penjelasannya.

"Sebagian ada yang dari tanah suci, naik lagi ke Bawakaraeng. Tanggapan orang luar, mereka menyempurnakan hajinya. Padahal dari pengalaman saya bertemu dengan orang-orang tersebut mereka sedang melepas nazar. Mereka telah berjanji akan naik ke Bawakaraeng melakukan salat Idul Adha, jika pulang dengan selamat dari tanah suci.

Bukankah janji harus ditunaikan anak muda? Lelaki berkulit sedikit gelap itu menutup penjelasannya dengan nada tanya, meski jelas pertanyaannya itu tidak membutuhkan jawaban.

ulinulin.com
ulinulin.com
Kembali ke pertanyaan semula, mengapa mereka digelari haji Bawakaraeng?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun