Wali songo dalam menghadapi tradisi masyarakat yang berbasis Hindu itu tidak serta merta langsung membangun tembok pemisah, kita dan mereka. Apalagi sibuk mengumbar kata-kata siapa yang mengikuti tradisi Hindu maka dia adalah bagian dari mereka. Sebaliknya Wali Songo malah mendialogkan Islam dengan tradisi itu. Wayang yang merupakan tradisi Hindu ditransformasi menjadi bagian dari tradisi Islam.
Sambil menghormati tradisi yang sudah berjalan dan mendatangkan kebaikan, pelan-pelan Wali Songo juga mentransformasi tradisi yang dianggap buruk. Al-hasil  ketika abad 6 M, Islam belum dipeluk oleh masyarakat lokal, seperti dikabarkan dalam catatan Dinasti Tang. Demikian pula saat Marco Polo singgah pada tahun 1200, masih segelintir orang yang memeluk Islam.  Kejadian ini berlangsung hingga tahun 1433 M.  Namun setelah kedatangan Sunan Ampel dan kemudian terbentuk dewan Wali bernama Wali Songo, hanya berselang 50 tahun Islam sudah menjadi agama mayoritas.Â
Akhir kata, merayakan tahun baru Masehi bagi umat Islam, tidaklah akan merusak akidah, sejauh perayaan itu mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan bagi diri pribadi dan masyarakat. Â Maka songsonglah tahun baru Masehi sebagaimana kita menyongsong tahun baru Hijriah. Â Semarakkanlah keduanya untuk kepentingan kemaslahatan umat manusia. Toh baik Hijriah (yang berdasar pada penanggalan qamariah) maupun Masehi (yang berbasis penanggalan syamsiah) adalah model penentuan waktu yang sama-sama mendapat legitimasi dalam Al-Qur'an: Â Â
"Dia yang menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, serta menjadikan matahari (syamsiah) dan bulan (qamariah) untuk perhitungan (waktu). Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui (QS. Al-An'am : 96)Â Â
Wassalam.
Selamat Tahun Baru, semoga Rahmat Allah senantiasa tercurah pada kita semua Aminn.... Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H