Mohon tunggu...
Syamsurijal Ijhal Thamaona
Syamsurijal Ijhal Thamaona Mohon Tunggu... Penulis - Demikianlah profil saya yg sebenarnya

Subaltern Harus Melawan Meski Lewat Tulisan Entah Esok dengan Gerakan Fb : Syamsurijal Ad'han

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lelaki Murung Bersapu Pattinra (Serial Burik Cilampakna Kindang)

20 Desember 2017   10:38 Diperbarui: 17 Februari 2018   12:12 975
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maafkan daeng kalau aku membuatmu tidak enak hati". Buru-buru Tompo menimpali.

"Ah...tidak, engkau benar telah mengingatkanku. Tapi ingatanku pada Bunga ini lain. Aku merasa cemas dengan keadaannya. Bukankah hanya berhitung hari Ia akan melahirkan ? Sementara La Tahang tidak ada di rumahnya."

"Dia bersama ibunya daeng"

"Ibunya sudah tua Tompo dan ah....aku tidak mengerti dengan perasaanku ini, rasanya aku ingin melihat keadaan mereka. Lagi pula Bunga masih terhitung sepupuku, aku adalah keluarganya, jika ada apa-apa, aku seharusnya bisa membantunya". Ranrang semakin terlihat cemas. Ia mondar-mandir  di depan Tompo, temannya.

"Aku mau ke rumah Bunga Tompo, aku ingin melihat keadaan mereka". Lanjut Ranrang kemudian.

"Daeng Ranrang pertimbangkanlah baik-baik, sebaiknya biar sepulang dari ladang daeng ke sana, bersama Rannu adik perempuan daeng. Aku pun bisa ikut serta". Timpal Tompo mencoba menghalangi niat Ranrang. Kali ini raut wajahnya terlihat serius.

"Tidak aku mau ke sana saat ini juga". Sahut Ranrang cepat. 

"Ingat dulu saat daeng Ranrang membantu membajak di sawah Bunga, lalu Bunga datang membawakan bekal untuk makan siang, lalu daeng duduk berdua di dangau, setelahnya daeng mengantar pulang". Ucap Tompo sambil menatap dalam-dalam teman karibnya itu.

Dahi Ranrang terlihat berkerut, alisnya seakan mau bertaut mendengar kata-kata Tompo.

"Maksudmu Tompo ?"

"Setelah peristiwa itu bukankah berhembus kabar angin yang kurang sedap, desas-desus bahwa Bunga telah melangkahi apa yang ditabukan adat. Saat suaminya tidak ada malah berduaan dengan lelaki lain,  dirimu daeng"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun