SURAT CINTA
Ini bukan surat cinta yang kutulis macam lagu Vina Panduwinata
Surat cinta yang membuatku gembira
Serasa melangkah di udara
Karena ada kabar manis dari sana
Ini surat cinta yang kubuat untuknya
Dia yang dulu pernah memberi tanda mata
Yaaa, meski janji sekedarnya
Yang penting terucap kata-kata
Surat ini kutulis ketika fajar terbangun
Yang malamnya baru aku begadang karena terompet akhir tahun
Di antara deras hujan, petir, dan suara-suara langit, juga
Gemuruh yang tidak berujung
Mendung yang menggantung
Membuat langit tampak abu
Kutulis di sini dengan tinta warna hitam,
Bukan merah karena aku masih bersikap sopan
dengan dada membuncah
Ingin kutulis di sini bahwa kau sungguh pecundang
Tapi tidak, karena aku masih merasa sopan
CukupÂ
Ini saja yang ingin kusampaikan padamuÂ
tentang sebuah pertanyaan
Masihkah kau ingat, bahwa kau pernah memberi tanda mata
Berupa janji sekedarnya
 Dengan sesak yang perih
Ingin kutulis di sini bahwa kau sungguh pengecut
Tapi tidak, karena aku masih merasa sopan
Cukup
Ini saja yang ingin kukabarkan padamu
Di saat aku menunggu janjimu
yang sekedarnya itu
Hai dikau yang sedang membaca suratku ...
Di sini,  banyak  orang tua kebingungan,
para remaja kehilangan harapan,
Anak-anak, menangis,
bayi bayi meronta karena kering susu mereka
Tak ada tanya
Tentang ibu atau bapaknya yang di-PHK
Tak banyak meminta, Ketika harta dan nyawa di sekeliling sudah terengut paksa
Semesta meminta mereka bungkam,
Ketika tangan-tangan para perampas
merampok tanah, hutan, juga warisan
Meringsek masa depan
Hai dikau yang sedang menikmati almond brulle
Kopi hangat dengan almond di atasnya,
yang menjadi mendadak muda oleh karena kekinian
Juga karena seorang perempuan  ranum bersisian
Di sini banyak gadis seusia dia yang sudah tenggelam
Dalam kebingungan, kegaguan, tak sanggup membaca cita-cita
Oleh gaya, membuat mereka buta akan budaya gadis di negerinya
Bagaimana bisa mereka merajut sisa-sisa benang masa lalu
Sementara dirimu di sana, dengan almond brulle -- mu itu
Kau sudah lupa segala
Hai dikau
Apakah kau masih di sisinya?
Perempuan ranum yang baru saja berulang tahun
persis seperti putrimu yang sedang tumbuh sekuntum
Aku ingin memberi tahumu
Bahwa mereka bisa menenggelamkanmu
Bersama air bah, longsoran tanah-tanah belah,
virus yang  merajalela mewabah
Tapi kau masih di situ
Dengan almond brulle yang menggoda
Lupakan rumahmu yang sudah porak-poranda
Lupakan kekasih sejatimu yang selalu menunggu hingga saat makan malam tiba
Lupakan semua, hingga kau sendiri lupa
Janji-janjimu padaku meski sekedar sebuah kata
===
Kunjungi link:Â
dan ikuti, kisah gratis.
https://karyakarsa.com/dashboard/posts?reload=true&slug=kembang-pelakon-10-269438
Ada seorang gadis pemain sandiwara di zaman kemerdekaan yang dihadapkan pada dua lelaki, serang prajurit sejati, juga lelaki mantan serdadu Jepang yang baik hati.Â
Mari berkelana ke kehidupan di masa silam, sekaligus menyusuri sejarah tentang kehidupan teater di masa itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI