Guru harus siap menjadi teman curhat, tak jarang (seringnya) di saat guru itu sendiri sedang punya masalah yang lebih berat.
Begitu kompleksnya persoalan yang kerap dihadapi siswa yang juga menjadi tanggung jawab penanganan guru. Dalam hal ini bahkan guru mendadak lupa dengan kesulitan hidupnya sendiri. Bagaimana mungkin guru membiarkan siswa bermasalah menyelesaikan masalahnya sendiri.Â
Maka sejak pagi (bahkan sebelum jam kantor hingga sore yang tidak pernah dihitung lembur) guru siap bergerak ke kelas-kelas. Persoalan yang dihadapi itu mulai persoalan pribadi siswa dengan temannya, masalah orang tuanya, masalah ekonomi keluarga, masalah pembiasaan buruk yang sulit dihindari karena latar belakang keluarganya, seperti merokok.Â
Ditambah lagi masalah narkoba, pergaulan bebas, dan pengaruh media sosial yang menggurita. Ini berimbas pada prilaku siswa di sekolah yang menjadi sajian sehari-hari guru di samping harus mengajar. Â
Tapi terkadang itu dilupakan. Kompleksitas persoalan siswa yang layaknya gunung es seolah-olah hanya ditimpakan pada guru. Karena terlihat, seakan-akan guru lebih tahu persoalan siswa dibanding orang tuanya sendiri. Ini terbukti pada setiap kasus pasti sekolah memanggil orang tua, bukan sebaliknya.Â
-Guru dalam pandangan orang tua
Sangat jarang, pada saat penerimaan raport orang tua yang menanyakan, bagaimana nilai karakter anak mereka. Bagaimana perubahan prilaku anak mereka. Atau bagaimana sikap anak mereka. Pasti yang mereka tanya adalah berapa jumlah nilai berupa rangkaian angka.Â
Bagaimana mereka bisa menguasai bidang ilmu tertentu. Apakah anak mereka bisa memungkinkan masuk perguruan tinggi negeri pavorit (jika itu SMA). Tak pernah ada orang tua yang menanyakan, sudah jujurkah anak mereka, sudah disiplinkah mereka, sudah menjadi manusia yang bertanggung jawabkah anak mereka?Â
No! Jika ada, sudah pasti yang berkelindan antara guru dan orang tua adalah melakukan kontrol yang manis berkaitan dengan akhlak anak-anak mereka di rumah.
Persoalan nilai yang dipertanyakan orang tua berimplikasi pada usaha anak mereka di sekolah. Siswa "tertentu" ada yang hanya mulai mengejar angka-angka di raport, sehingga tidak jarang mereka menghalalkan segala cara, seperti menyontek, atau melakukan kecurangan ketika ujian.Â
Dalam hal ini guru harus bekerja keras. Pertama ketika mengawas ujian. Tak jarang siswa yang membawa lebih dari satu HP untuk cadangan. Karena yang satu dimasukkna ke dalam tas untuk dikumpulkan. Harap tahu, di HP tidak saja mereka mencari jawaban atau menyimpan jawaban untuk disebarkan, tapi terkadang juga info-info bocoran jawaban ujian.Â