Mohon tunggu...
Iis WKartadinata
Iis WKartadinata Mohon Tunggu... Guru - guru dan pencinta buku

guru dan pencinta buku

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memanusiakan Guru

18 Mei 2022   09:54 Diperbarui: 18 Mei 2022   10:24 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Guru harus siap menjadi teman curhat, tak jarang (seringnya) di saat guru itu sendiri sedang punya masalah yang lebih berat.

Begitu kompleksnya persoalan yang kerap dihadapi siswa yang juga menjadi tanggung jawab penanganan guru. Dalam hal ini bahkan guru mendadak lupa dengan kesulitan hidupnya sendiri. Bagaimana mungkin guru membiarkan siswa bermasalah menyelesaikan masalahnya sendiri. 

Maka sejak pagi (bahkan sebelum jam kantor hingga sore yang tidak pernah dihitung lembur) guru siap bergerak ke kelas-kelas. Persoalan yang dihadapi itu mulai persoalan pribadi siswa dengan temannya, masalah orang tuanya, masalah ekonomi keluarga, masalah pembiasaan buruk yang sulit dihindari karena latar belakang keluarganya, seperti merokok. 

Ditambah lagi masalah narkoba, pergaulan bebas, dan pengaruh media sosial yang menggurita. Ini berimbas pada prilaku siswa di sekolah yang menjadi sajian sehari-hari guru di samping harus mengajar.  

Tapi terkadang itu dilupakan. Kompleksitas persoalan siswa yang layaknya gunung es seolah-olah hanya ditimpakan pada guru. Karena terlihat, seakan-akan guru lebih tahu persoalan siswa dibanding orang tuanya sendiri. Ini terbukti pada setiap kasus pasti sekolah memanggil orang tua, bukan sebaliknya. 

-Guru dalam pandangan orang tua

Sangat jarang, pada saat penerimaan raport orang tua yang menanyakan, bagaimana nilai karakter anak mereka. Bagaimana perubahan prilaku anak mereka. Atau bagaimana sikap anak mereka. Pasti yang mereka tanya adalah berapa jumlah nilai berupa rangkaian angka. 

Bagaimana mereka bisa menguasai bidang ilmu tertentu. Apakah anak mereka bisa memungkinkan masuk perguruan tinggi negeri pavorit (jika itu SMA). Tak pernah ada orang tua yang menanyakan, sudah jujurkah anak mereka, sudah disiplinkah mereka, sudah menjadi manusia yang bertanggung jawabkah anak mereka? 

No! Jika ada, sudah pasti yang berkelindan antara guru dan orang tua adalah melakukan kontrol yang manis berkaitan dengan akhlak anak-anak mereka di rumah.

Persoalan nilai yang dipertanyakan orang tua berimplikasi pada usaha anak mereka di sekolah. Siswa "tertentu" ada yang hanya mulai mengejar angka-angka di raport, sehingga tidak jarang mereka menghalalkan segala cara, seperti menyontek, atau melakukan kecurangan ketika ujian. 

Dalam hal ini guru harus bekerja keras. Pertama ketika mengawas ujian. Tak jarang siswa yang membawa lebih dari satu HP untuk cadangan. Karena yang satu dimasukkna ke dalam tas untuk dikumpulkan. Harap tahu, di HP tidak saja mereka mencari jawaban atau menyimpan jawaban untuk disebarkan, tapi terkadang juga info-info bocoran jawaban ujian. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun