"Jadi kamu belum tahu kalau orang tuamu kecurian?"
"Apa yang mereka curi?" suara Sarkawi tetap santai karena itu memang biasa di kampungnya.
"Televisi, radio..."
"Aku tahu pencurinya kalau hanya mengambil itu. Si Engkoh kan?"
"Iya."
"Memangnya aku tidak mau bayar, apa? aku sudah bilang, tv dan radio kuambil dulu..."
"Katanya uang mukanya juga belum kau bayar."
Sarkawi mulai terlihat kesal. Berarti di rumahnya tidak ada tv sekarang. Bagaimana mungkin bapaknya bisa hidup tanpa acara tv. Dia tidak bisa menonton acara bola, panggung lawakan, dagelan politik meskipun tidak dipahaminya. Terutama tidak bisa menonton artis idolanya, Iis Dahlia.Â
Begitu juga dengan ibunya. Dia tidak bisa lagi menikmati acara sinetron kesayangannya. Padahal hanya dengan sinetron ibunya bisa terhibur. Dari sinetron remaja yang menampilkan artis-artis muda cantik dan ganteng, hingga sinetron yang menampilkan pemain-pemain tua.Â
Dari tema yang dibuat sedih, hingga dagelan yang tidak lucu. Nyaris seluruh detiknya diisi dengan gambar hidup itu. Sebagai tontonan yang dianggap penting dan berwawasan, ibunya tak pernah ketinggalan dengan informasi selebriti. Jadilah dia sangat tahu apa pun tentang kehidupan para artis, mulai artis baru melek hingga artis bangkotan.Â
Dari kehidupannya di ruang ganti, toilet, lokasi syuting, panggung, hingga kehidupan percintaan. Ibunya sangat tahu siapa saja artis yang sedang berselingkuh.