Mohon tunggu...
Iis Susiawati Abdullah
Iis Susiawati Abdullah Mohon Tunggu... Dosen - Dosen - Praktisi Pendidikan

Pendidikan dan Lingusitik

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kritik Sastra Berbasis Teori Psikologi Sastra

25 Januari 2025   14:35 Diperbarui: 25 Januari 2025   14:35 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Selain itu, teori psikologi sastra tidak hanya berkutat pada karakter dalam karya, tetapi juga dapat mengeksplorasi psikologi penulis itu sendiri. Misalnya, jika kita mengaitkan kondisi psikologis Dostoevsky dengan tokoh-tokoh dalam karyanya, kita dapat melihat adanya kesamaan antara pergolakan batin sang penulis dengan banyak karakter yang dia ciptakan. Dostoevsky sendiri menghadapi depresi dan kecemasan, yang tercermin dalam tokoh-tokoh yang dilanda pertanyaan eksistensial dan moral (Jung, 1968; Wellek & Warren, 1993). Dengan pendekatan ini, kita bisa lebih memahami bagaimana pengalaman hidup penulis memengaruhi penciptaan karakter-karakter yang mendalam dan kompleks.

Pada sisi lain, teori psikologi sastra juga memungkinkan kita untuk mengeksplorasi hubungan antara karya sastra dan pembaca. Setiap pembaca membawa latar belakang psikologis dan emosionalnya sendiri saat berinteraksi dengan sebuah teks. Oleh karena itu, pembaca dapat merespons karya sastra dengan cara yang berbeda-beda, tergantung pada kondisi psikologis mereka (Luxemburg et al., 1984). Misalnya, pembaca yang sedang menghadapi krisis pribadi atau emosional mungkin akan merasakan kedekatan yang lebih besar dengan karakter yang mengalami perasaan serupa. Melalui teori psikologi sastra, kita dapat memahami bagaimana karya sastra dapat berfungsi sebagai cermin bagi pembaca, menggugah emosi dan pikiran mereka, serta memungkinkan mereka untuk merefleksikan kondisi psikologis mereka sendiri.

Dengan demikian, aplikasi teori psikologi sastra membuka berbagai perspektif baru dalam menganalisis karya sastra, baik dari sudut pandang karakter, penulis, maupun pembaca. Hal ini memperkaya pemahaman kita terhadap sastra sebagai cermin kehidupan manusia yang penuh dengan kompleksitas psikologis.

Relevansi Teori Psikologi Sastra di Era Kontemporer

Di era kontemporer, teori psikologi sastra semakin relevan karena kemampuan pendekatan ini untuk menggali dan memahami tema-tema kompleks yang banyak dijumpai dalam karya sastra modern. Salah satu tema yang sering muncul dalam karya sastra kontemporer adalah trauma, baik yang bersifat individu maupun kolektif. Karya sastra yang menggambarkan pengalaman traumatik, seperti dalam novel The Road karya Cormac McCarthy atau Beloved karya Toni Morrison, dapat dianalisis dengan pendekatan psikologi sastra untuk menggali dampak psikologis dari peristiwa traumatis pada individu dan masyarakat (Freud, 1919; Jung, 1968). Dalam analisis ini, teori psikologi membantu menjelaskan bagaimana trauma memengaruhi perilaku, hubungan interpersonal, dan perkembangan karakter dalam cerita. Dengan memahami proses psikologis yang terjadi pada tokoh-tokoh yang mengalami trauma, kita bisa lebih mendalam dalam mengapresiasi bagaimana trauma tersebut membentuk narasi dan karakter.

Selain trauma, tema lain yang semakin relevan dalam sastra kontemporer adalah kecemasan dan alienasi, dua konsep yang sangat sering dieksplorasi dalam karya sastra pasca-modern. Karya-karya seperti The Catcher in the Rye oleh J.D. Salinger atau No Exit oleh Jean-Paul Sartre menggambarkan kecemasan eksistensial dan perasaan terasing yang dialami oleh individu dalam dunia yang tampak semakin tidak terjangkau dan terpecah. Teori psikologi sastra membantu mengidentifikasi dan mengartikan perasaan-perasaan ini, dengan menghubungkan emosi dan tindakan karakter dengan teori-teori psikologis, seperti teori kecemasan atau teori alienasi dari Sigmund Freud atau Karl Marx (Luxemburg et al., 1984; Wellek & Warren, 1993). Pendekatan ini memberi wawasan yang lebih dalam mengenai bagaimana tema-tema universal ini tetap relevan dalam menghadapi tantangan mental yang dihadapi masyarakat kontemporer.

Implikasi dari pendekatan psikologi sastra tidak hanya terbatas pada penguraian tema-tema dalam karya sastra, tetapi juga mencakup pemahaman yang lebih luas tentang budaya dan masyarakat masa kini. Sastra selalu berfungsi sebagai cermin sosial, yang mencerminkan perubahan, krisis, dan dinamika kehidupan masyarakat. Dalam konteks ini, teori psikologi sastra memungkinkan kita untuk melihat bagaimana kondisi mental individu, kelompok, atau bahkan seluruh bangsa dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi. Misalnya, dalam karya sastra yang menggambarkan ketegangan sosial atau politik, psikologi sastra dapat membantu menghubungkan perasaan ketakutan, kebingungan, atau resistansi yang dihadapi oleh individu dengan faktor-faktor yang lebih besar seperti ketidakpastian global atau perubahan sosial (Abrams, 1999; Pradopo, 2007).

Melalui teori psikologi sastra, kita juga dapat lebih peka terhadap perubahan nilai-nilai budaya dalam masyarakat kontemporer. Misalnya, dalam era digital ini, banyak karya sastra yang menggambarkan dampak psikologis dari teknologi, media sosial, atau globalisasi terhadap individu. Teori psikologi sastra dapat membantu menganalisis bagaimana teknologi memengaruhi identitas, hubungan antar individu, dan kesehatan mental, serta bagaimana sastra merefleksikan perubahan-perubahan ini. Dengan demikian, teori psikologi sastra membuka ruang bagi pemahaman yang lebih mendalam tentang transformasi psikologis yang dialami oleh individu di tengah tuntutan zaman yang semakin kompleks (Bennett & Royle, 2004).

Dengan demikian, teori psikologi sastra memberikan alat analisis yang sangat berharga untuk menginterpretasikan karya sastra dalam konteks masa kini, di mana tema-tema psikologis seperti trauma, kecemasan, dan alienasi semakin menjadi bagian integral dari narasi manusia. Teori ini juga memungkinkan kita untuk menelaah lebih dalam bagaimana sastra mencerminkan dan memengaruhi budaya serta masyarakat, menjadikannya relevan sebagai alat untuk memahami dinamika kehidupan di dunia modern.

Tantangan dan Masa Depan Psikologi Sastra

Meskipun teori psikologi sastra menawarkan pendekatan yang mendalam dalam analisis karya sastra, terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapannya. Salah satu tantangan utama adalah kurangnya pemahaman tentang psikologi di kalangan kritikus sastra, yang bisa menghambat efektivitas penerapan teori ini. Kritik sastra yang lebih berfokus pada unsur-unsur formal atau struktural dalam teks sering kali mengabaikan aspek-aspek psikologis yang tersembunyi dalam karakter atau hubungan antara penulis, karakter, dan pembaca. Untuk menggunakan psikologi sastra secara maksimal, kritikus sastra perlu memiliki pemahaman dasar tentang teori-teori psikologi, seperti teori perkembangan psikologis atau analisis kepribadian (Freud, 1919; Jung, 1968). Tanpa pengetahuan yang memadai dalam bidang ini, interpretasi psikologis terhadap sebuah karya bisa menjadi dangkal atau bahkan keliru. Hal ini menjadi kendala utama dalam mendorong adopsi psikologi sastra secara luas dalam kritik sastra kontemporer (Wellek & Warren, 1993).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun