Ketika anak-anak merasa dilihat, dihargai, dan dicintai, mereka mengembangkan ketahanan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan hidup. Kita tidak bisa selalu melindungi anak-anak dari konflik sosial yang dia hadapi, cara ia menghadapi konflik sosial justru akan mejadi pembelajaran bagi anak-anak dalam mencari solusi untuk menyelesaikan masalah yang ia hadapi tersebut. Tugas kita sebagai orangtua adalah menguatkan mental dan memberikan dasar kecerdasan emosional agar anak-anak siap menghadapi setiap masalah yang ada secara sehat dan solutif.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi dengan cara yang sehat. Anak-anak yang memiliki kecerdasan emosional tinggi lebih mampu menghadapi tekanan, membangun hubungan yang positif, dan merasa puas dalam hidup. Apa yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk mendukung perkembangan kecerdasan emosional anak?.
Seorang psikolog dan peneliti terkenal yang Bernama John Gottman, menyajikan pendekatan berbasis penelitian untuk membantu orangtua membangun hubungan yang sehat dengan anak mereka. Dalam bukunya yang berjudul "Raising an Emotionally Intelligent Child", Gottman memperkenalkan konsep orangtua sebagai Emotion Coach, yakni pembimbing emosional untuk anak. Adapun langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh orangtua adalah sebagai berikut:
1: Menyadari Emosi Anak
- Orangtua harus peka terhadap tanda-tanda emosi anak, baik yang jelas maupun tersirat.
- Perhatikan perubahan perilaku anak sebagai indikasi adanya emosi tertentu.
2: Menggunakan Emosi Sebagai Kesempatan untuk Mendekat
- Pandang emosi anak sebagai peluang untuk membangun koneksi dan mengajarkan keterampilan emosional.
- Hindari mengabaikan atau meremehkan perasaan anak, terutama saat mereka sedang marah, sedih, atau takut.
3: Mendengarkan dengan Empati dan Memvalidasi Emosi Anak
- Dengarkan cerita anak tanpa menghakimi atau langsung memberikan solusi.
- Validasi perasaan mereka dengan mengatakan, “Aku mengerti kamu merasa sedih/marah/frustrasi.”
4: Membantu Anak Menamai Emosi
- Ajarkan anak untuk mengenali dan memberi nama pada emosi mereka, seperti marah, takut, atau kecewa.
- Dengan mengenali emosi, anak lebih mudah mengendalikannya.
5: Menetapkan Batas dan Membantu Menyelesaikan Masalah
- Tetapkan batasan perilaku yang dapat diterima, sambil tetap menghormati perasaan anak.
Contoh: “Aku tahu kamu marah, tapi memukul bukan cara yang baik untuk mengatasi perasaanmu.” - Ajak anak mencari solusi bersama untuk mengatasi masalah mereka.
Dalam bukunya Gotman juga menjelaskan tentang panduan praktis yang bisa dilakukan oleh orangtua saat anak-anak menghadapi masalah emosional:
- Saat anak mengalami amarah: Tetap tenang, bantu anak mengenali emosinya, dan arahkan untuk mengekspresikan kemarahan dengan cara yang sehat.
- Saat anak merasa sedih: Berikan dukungan emosional, pelukan, dan ruang untuk berbicara.
- Saat anak menghadapi konflik dengan teman: Ajarkan keterampilan komunikasi, seperti berbicara dengan sopan dan mendengarkan orang lain.
Menjadi pembimbing emosional membantu mereka memahami dan mengelola emosi dengan bijak. Dengan menerapkan langkah-langkah ini, orangtua dapat membantu anak mengembangkan kecerdasan emosional yang akan mendukung kesehatan mental sepanjang hidup mereka.
"Your children need your presence more than your presents."