A. Â Penyakit Psikologis
  Keterbatasan diri sering dijadikan alasan seseorang untuk tidak berkarya dan tidak berprestasi. Tindakan tersebut kurang bijaksana. Mengapa? Karena merasa diri mempunyai keterbatasan itulah yang menjadikan seseorang tidak mampu menggali bakat dan potensinya bahkan dia tidak mampu untuk menafkahi dirinya sendiri. Jika sudah demikian, dia hanya akan menjadi "benalu" bagi dunia ini.
  Keterbatasan diri adalah penyakit psikologis sebenarnya jika keberadaannya terlalu berlebih. Hal ini akan berdampak negatif bukan saja bagi dirinya sendiri, melainkan juga bagi orang lain yang berada dekat dengannya. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa seseorang yang merasa memiliki keterbatasan yang berlebih akan menjadi "benalu", dalam artian dia akan menjadi beban bagi orang lain yang berada. Beban itu harusnya ditanggung oleh dirinya sendiri bukan dilempar pada orang lain. Bukankah ketika manusia itu diciptakan segalanya sudah dijamin oleh Sang Pencipta? Dia hanya menginginkan usaha kita sebagai manusia.
Tidak suatu binatangpun (termasuk manusia) yang bergerak di atas bumi yang tidak dijamin oleh Allah rijekinya. (Alquran, surat Hud ayat 6)
: : Â : . Â
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan, "Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani (nuthfah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah ('alaqah) selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging (mudhgah) selama empat puluh hari.
 Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan diperintahkan untuk ditetapkan empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain-Nya.Â
Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta. Akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga  maka masuklah dia ke dalam surga." (HR. Bukhari, no. 6594 dan Muslim, no. 2643)
B. Stimulus
  Sebenarnya manusia dapat mengusahakan hal-hal yang sudah dijaminkan-Nya, seperti yang tertulis pada ayat dan hadist di atas. Keterbatasan hanyalah perspektif manusianya sendiri. Di sinilah diperlukan usaha untuk membangkitkan rasa percaya diri. Kepercayaan diri bisa distimulus dari lingkungan, misalnya dari motivasi yang diberikan individu lain.
  Motivasi untuk menyamarkan keterbatasan dari individu lain seperti dukungan untuk melalukan pekerjaan yang bersifat fisik dan nonfisik. Pekerjaan fisik bisa berupa makan, minum,  mencuci, menyetrika, dan kegiatan sehari- hari lainnya. Biarkan seseorang yang menurut kasat mata kita mempunyai keterbatasan fisik atau mental melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan sebagai manusia normal, tetapi dengan mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki oleh orang tersebut. Perlu diingat mulailah dari pekerjaan yang sederhana.
  Setelah itu,  berikan dukungan kembali bagi mereka agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, misalnya dengan memberikannya pelatihan-pelatihan keterampilan yang dapat menghasilkan. Tumbuhkan terus motivasi dengan kalimat-kalimat sederhana yang bisa menggugah semangat sehingga kepercayaan dirinya bangkit.
C. Percaya Diri
  Tidak semua orang beruntung memiliki orang-orang yang dekat dan peduli dengan hidup kita. Ada juga orang-orang yang ditinggalkan bahkan lebih parah diabaikan oleh orang tuanya sendiri. Andai keadaan ini terjadi, yang harus dilakukan adalah menumbuhkan rasa kepercayaan pada diri sendiri, khususnya bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik.Â
Pada dasarnya orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik secara mental mereka sempurna sehingga dapat berpikir rasional. Gerakan anggota tubuh atau fisik yang menjadi motornya adalah otak. Biarkan otak bekerja untuk meniru tindakan-tindakan yang biasa dilakukan oleh manusia lainnya.
Yang utama dibenakkan adalah bahwa semua manusia dilahirkan sama dan Sang Khalik tidak mungkin menempatkan kita di dunia ini tanpa modal dasar. Pasti ada kelebihan yang diberikan-Nya di balik kekurangan yang kita miliki karena Tuhan Mahabaik. Renungkan apa yang bisa kita lakukan, terus berusaha untuk mencapai tujuan yang kita inginkan, dan jangan pernah menyerah baik sebelum mencoba maupun di tengah jalan.Â
Coba dan coba lagi hingga berhasil. Jika usaha pertama dianggap belum membuahkan hasil itu bukan karena keterbatasan, tetapi karena salah arah panah. Arahkan kembali anak panah ke tempat yang berbeda.
 Terus mencoba hingga apa yang diharapkan terwujud. Label keterbatasan hanya kata hati yang tidak bernyali. Orang lain menganggap kita terbatas karena kita sendiri yang sengaja membuat keterbatasan itu begitu nyata. Samarkan keterbatasan itu sampai akhirnya menghilang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI