"Pintar ada waktunya, karena yang berkembang adalah pusat perasaan, anak usia dini harus menjadi anak yang bahagia, bukan jadi anak pintar."
-Psikolog anak, Elly Risman
Mempunyai anak pintar memang dambaan setiap orangtua, mungkin salah satunya agar bisa dibanggakan ke orang lain.
Kita mengarahkan anak agar bisa berkembang sesuai dengan bakat yang dimilikinya dan bukan untuk memaksa dan bahkan melarang anak untuk menjadi seperti yang kita mau.
Masalah yang banyak terlihat dalam lingkunganku adalah anak yang mempunyai nilai jelek dan selalu rangking terbawah dan orangtua dengan kata-kata yang menyakitkan menjatuhkan semangat si anak.
Yang menjadi pertanyaan penting saat ini, terlebih pada masa pandemi, apakah nilai menjadi hal penting untuk saat ini? apakah dengan nilai sempurna anak benar-benar bisa dikatakan pintar? apakah sesuai dengan kata hati anak? apakah anak merasa bahagia?
Nuzulia Rahma, seorang psikolog mengatakan bahwa bakat adalah kemampuan yang perlu diasah untuk menghasilkan skill atau karya.
Gas dan rem sebagai orangtua sangat perlu untuk dilatih. Jangan terlalu dipaksa atau dilarang, namun juga jangan dibiarkan tanpa adanya stimulasi, terlebih pada saat anak usia dini yang sedang berada pada periode keemasan.
Anak harus bahagia dengan tahapan perkembangannya. Pola asuh harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Terlebih sekarang sangat mudah untuk belajar pola pengasuhan yang baik untuk anak.
Terutama di masa pandemi, berbagai macam kegiatan seperti webinar, poster, video, dan lain sebagainnya tersebar luas di media sosial. Kita hanya harus jeli saja untuk bisa menerapkan model stalker yang kita punya. Karena kita semua tahu bahwa belajar bisa darimana saja dan kapanpun, tanpa terbatas ruang dan waktu.
Memang betul ada beberapa anak yang sejak dini senengnya nyanyi a, b, c, atau menghafal angka atau alfabet. Tetapi ada juga yang senangnya lompat, lari, dan tidak bisa diam.
Oleh karena itu, menjadi orangtua atau calon pendidik perlulah kita mengasah kepekaan kita terhadap tumbuh kembang dan minat anak-anak. Karena kitalah yang mempunyai peranan penting dalam hal tersebut.
Mengembangkan bakat tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh waktu dan latihan yang berulang. Mengetahui bakat anak sedari dini dapat mengasah bakatnya secara lebihh optimal.
Salah satunya dengan membuat berbagai aktifitas yang disukai anak, perbanyak kegiatan yang kaya akan wawasan, sehingga akan muncul kekayaan gagasan yang dimiliki.
Jangan juga terburu-buru memberikan tes bakat kepada anak. Kita gunakan mata hati dan mata fisik kita terlebih dahulu, dimana hal ini lebih mahal harganya dibandingkan mengikutkan anak ke berbagai macam tes bakat yang dapat menguras waktu, pikiran, dan hati kita untuk anak-anak.
Anak dilahirkan sesuai jamannya. Jangan juga memaksa dia harus menjadi seperti pandangan jaman kita. Kita hanya harus punya kepekaan dan kemauan dalam menemani anak-anak menemukan jalan hidupnya dengan sabar dan tidak ada unsur paksaan dan larangan. Tidak perlu menitipkan mimpi kita di jalan hidup anak-anak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H