Mohon tunggu...
Iis SuarsihWihanda
Iis SuarsihWihanda Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Aku hanya seorang yang masih berusaha bersyukur atas segala kesempatan yang Dia berikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Buka Mindsetmu, Menjadi Tetap Natural

18 Januari 2022   11:50 Diperbarui: 18 Januari 2022   12:02 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buka Mindsetmu. Menjadi Tetap Natural.

Hidup adalah rahasia Ilahi. Begitu para pujangga langgamkan. Bukan sembarang snada tapi fakta yang berbicara. Selama ada kesempatan, hidup membentang. Apapun yang terjadi, senang, bahagia, sedih, cobaan. Segala hal, sesuai keinginankah, mengancam jiwakah. Tetap harus dihadapi. Terkecuali jika akhir dari hidup yakni kematian. Kematian menjadi pintu akhir dunia, tapi bagi yang meyakini kematian menjadi pintu awal perjalanan panjang tak terperi. Tak berepisode.

Seperti yang terjadi saat ini. Pandemic covid 19. Salah satu sikap, kunci agar tetap stabil, kondisi tubuh atau badan adalah tetap bersikap tenang. Jangan cemas. Kenapa? Karena yang diserang virus adalah imun tubuh manusia. 

Jadi jika terjadi kepanikan ataupun kecemasan. Maka akan memicu reaksi pada imun kita. Yakni menurun. Dan itu menjadi celah besar bagi virus, merangsek dengan mudah ke tubuh. Menembus daya tahan tubuh. Mengobrak abrik system dan kerja tubuh. Hingga virus menguasai atau mengendalikan ketahanan tubuh menjadi tak berdaya, lemah. Tentu saja bukan itu yang kita inginkan.

Salah satu sikap untuk beroleh ketenangan adalah menumbuhkan, menanamkan, memupuk keyakinan. Aksesnya pun sangat mudah. Bisa melalui offline, online, membaca, mendengarkan ceramah. 

Tentu melalui guru yang menguasai ilmu di dalamnya. Bahwa semua yang terjadi termasuk saat ini adalah atas seizin Nya. Tidak mungkin terjadi suatu musibah kalau Dia tidak menghendaki. Dan pasti terjadi suatu kejadian atau peristiwa kalau Dia sudah menghendaki. Semaksimal apapun kita menghindar. Dan sikap demikian sangat penting sebagai asupan atau gizi rohani kita.

Berkat peristiwa yang terjadi sekarang ini. Ini bisa menjadi kesempatan besar bagi kita, sebagai hamba Nya untuk bertafakur, menata pikiran tentang bagaimana menyikapi keadaan ini agar kita mampu menghadapi. Agar tubuh kita dapat tetap stabil ditengah pandemic. Karena itu merupakan salah satu upaya kita berikhtiar. Pun menjaga pola makan, mengkonsumsi vitamin dan suplemen yang aman bagi tubuh kita agar tidak ada efek samping yang mengganggu kerja system tubuh.

Jika proses itu berusaha kita ikuti, terapkan. Lama-lama akan menjadi pola dengan sendirinya. Mindset kita akan terbuka, teraktualisasi dengan keadaan, bagaimanapun. Terutama keadaan yang tidak biasa seperti saat ini. Penerimaan pun akan terlebur dalam alam bawah sadar untuk tetap bersikap seperti biasa, natural.

Terbukti sampai dengan saat ini, berjalan dua tahun kita masih diberikan kesehatan, keberlangsungan hidup. Walaupun kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sudah berapa semester kita lalui secara daring. Nahas? tidak juga tapi karena adanya pandemic berapa banyak momen yang terlewat begitu saja, walaubegitu tetap ada sisi positifnya. 

Selain dapat berkumpul bersama keluarga dekat, quality time. Kita juga telah membantu mensukseskan program pemerintah untuk stay at home. Tidak banyak keluar rumah atau beraktivitas di luar rumah.

Adapun dampak dari berpikir terbuka, open minded, dalam melaksanakan berbagai aktivitas. Kita tidak merasa bahwa ini beban, tidak. Justru berjalan seperti sedia kala, santai saja, menutup peluang kekhawatiran untuk bersemayam dalam dada kita. Memang sebagai manusia adakalanya merasa was-was, itu wajar. Namun perlu untuk dikontrol agar tidak berlarut dalam perasaan tak menentu. Ditakutkan akan meleburkan keyakinan kita yang begitu rapuh kepada Allah swt.,

Seperti yang pernah disampaikan Ustadzah Halimah Alaydrus “Kita masing-masing telah diberi urusan untuk menjadi hamba Allah dan kelak dimintai pertanggungjawaban atas urusan kita tersebut. Jadi, kenapa mesti sibuk mengurusi orang lain yang kita tak akan dimintai pertanggungjawaban atas hal itu. Mari belajar mem-bodoamat-kan urusan yang bukan urusan kita”

Quote tersebut pun dapat kita berlakukan pada apa yang tengah kita hadapi saat ini. Yakni tidak usah sibuk memikirkan sampai kapan akan berakhirnya pandemic ini. Karena ini jelas bukan urusan kita. Justru yang mesti kita tanyakan pada diri kita sendiri adalah sampai kapan kita begini-begini saja. Maka, tidak ada istilah berhenti belajar, ibarat pepatah. ”Carilah Ilmu hingga ke Negeri Cina” atau “Kewajiban mencari ilmu yakni mulai dari buaian hingga ke liang lahat.” Apalagi jika statusnya sebagai pelajar. Itu berarti sangat wajib. Tidak terbatas pada keadaan, tidak terganggu atas alasan karena pandemic. Karena belajar itu wajib.

Terlebih di zaman yang sudah mulai serba instan dan efisien serta efektif. Belajar bisa melalui apa saja. Media sosial, buku digital, bertanya kepada guru, berdiskusi dengan teman via grup, skype, zoom, google meet. Dan masih banyak aplikasi layanan lainnya yang dapat kita akses dan kita pergunakan.

Adalah semenjak dari sekarang, semenjak dari saat ini, kita me-restart. Jangan tunggu. Karena kematian takkan pernah mau menunggu apalagi memberi waktu. Jika sudah saatnya. Kita takan mampu menghindar. Sebagai seorang pembelajar, ini adalah kesempatan tentang apa yang dapat kita lakukan yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

Konten yang berisi aktivitas yang produktif, bisa kita sharing di media sosial. Selain berlaku bagi diri sendiri, bisa jadi juga bermanfaat bagi orang lain. Atau mungkin dapat memulai bisnis. Saat ini tengah menjamur-jamurnya kegiatan perniagaan via online. Tapi perlu kiat kehati-hatian agar tidak terjebak pada penipuan. Karena tidak sedikit yang memotori cyber crime dalam dunia maya. Aparat pun dibuat kelimpungan menghadapi kejahatan di dunia maya ini. Terutama yang berhubungan dengan uang.

Kita mulai belajar bagaimana beradaptasi dengan manusia maya. Bagaimana membangun trust agar terjalin bisnis yang sehat. Saling menguntungkan. Syukur-syukur dapat membantu. Baik dari segi penafkahan, maupun kesehatannya. Atau bahkan dapat ikut andil dalam komunitas yang bergerak dalam kepedulian sosial yang membantu saudara kita masyarakat Indonesia khususnya, dunia umumnya.

Pungkasnya. Tidak ada lagi alasan untuk memulai aktivitas kebaikan. Karena alasan hanya membuat seseorang akan semakin jauh dari orang yang sudah mulai melangkah. Terima kasih.

Iis Suarsih Wihanda. SMA IT BUDEJMAK Tanjungsiang-Subang. 085720910370. Facebook Iis Suarsih Wihandha El Rahman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun