Mohon tunggu...
Immanuella IreneAngella
Immanuella IreneAngella Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Univesitas Atma Jaya Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Film

Ouw Peh Tjoa Membuka Pasar Film Horor Indonesia

17 September 2023   21:07 Diperbarui: 17 September 2023   21:12 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masyarakat Indonesia saat ini sudah tidak asing lagi dengan film horor, mulai dari Suzanna hingga KKN di Desa Penari. Ouw Peh Tjoa yang juga dikenal dengan judul Doea Siloeman Oeler Poeti en Item (1934) tercatat sebagai film horor pertama yang ditayangkan di Indonesia.

Ouw Peh Tjoa atau Doea Siloeman Oeler Poeti en Item (Dua Siluman Ular Putih dan Hitam) yang disutradarai oleh keturunan Tionghoa, The Teng Chun, diproduksi oleh perusahaannya yang bernama Cino Motion Pictures dan dirilis pada tahun 1934. Film ini diangkat dari Legenda Siluman Ular Putih, sebuah cerita rakyat Tiongkok, menceritakan tentang ular ajaib yang berubah menjadi manusia.

Merangkum dari cnnindonesia.com, film ini mengisahkan tentang dua siluman ular putih dan hitam yang menjelma menjadi wanita cantik setelah bersemedi selama ratusan tahun lamanya. Kedua siluman itu memperebutkan hati pemuda miskin yang baik hati dan jujur bernama Khouw Han Boen dan perebutan tersebut dimenangkan oleh ular putih. Ular putih dan Khouw menikah meskipun sebelumnya Khouw berusaha membatalkan karena mengetahui identitas aslinya sebagai ular putih.

Film horor hitam putih ini dibawakan dalam bahasa Melayu dan ditayangkan ke berbagai layar lebar yang ada kala itu. Film Ouw Peh Tjoa menuai tanggapan positif dan dibawa ke negeri sebrang seperti Singapura yang mayoritas penduduknya adalah masyarakat Tionghoa.

Sayangnya, Ouw Peh Tjoa tidak memiliki jejak digital hingga saat ini. Disebutkan bahwa kesuksesan film ini membuat The Teng Chun sebagai sutradara memutuskan untuk membuat sekuel yang berjudul Anaknja Siloeman Oeler Poeti (1935) yang mengisahkan tentang anak sang wanita ular putih dan Khuow.

Film horor lain bertema siluman yang dibuat oleh The Teng Chun tahun selanjutnya yaitu Tie Pat Kai Kawin atau Siloeman Babi Perang Siloeman Monjet (1935) dan Lima Siloeman Tikoes (1836). 

Perkembangan Film Horor Indonesia Setelah Ouw Peh Tjoa

Pada dasarnya film adalah gambar bergerak yang dalam perkembangannya dilengkapi dengan warna, suara, dan kecanggihan efek audio visual (Astuti, 2022, h. 15).

Melihat sejarahnya, film horor di Indonesia hanya terpaut 38 tahun dari film horor pertama di dunia yang dibuat oleh Georges Mlis, Le Manoir du diable (Rumah Iblis) pada 1896.

Masa keemasan film Indonesia diikuti dengan masa keemasan film horor Indonesia. Loetoeng Kasaroeng (1926) merupakan film hitam putih dan film bisu Indonesia pertama yang mengangkat kisah legenda rakyat Jawa Barat. Film horor Indonesia pertama, Doea Siloeman Oeler Poeti en Item pun diangkat ke layar lebar pada 1934.   

Joko Anwar, sutradara film horor Indonesia menyebutkan masa keemasan film horor Indonesia terjadi dalam beberapa rentang waktu. 

(Sumber: Tribun News)
(Sumber: Tribun News)

Pada 1940, sebelum Indonesia merdeka. Saat itu banyak film termasuk film horor yang dibuat dan memberi pemasukan cukup besar. Java Industrial Film, perusahaan milik The Teng Chun memproduksi 15 film, salah satunya Tengkorak Hidoep (1941) yang meledak di pasaran.

Dalam rentang waktu 1970-1980, banyak film horor yang mendapat perhatian khusus dari masyarakat, salah satunya film yang disutradarai Awaludin  dan Ali Shahab, Beranak dalam Kubur (1971).

1980 adalah masa keemasan untuk film Indonesia dan film horor. Sejumlah film ikonik seperti Dikejar Dosa, Cincin Berdarah, Pengabdi Setan, Ratu Ilmu Hitam, Sundel Bolong, dan Malam Jumat Kliwon.

Film horor sempat redup pada 1990an  karena banyaknya film yang rilis asal-asalan tanpa memperhatikan kualitas.

Pada 2001, film Jaelangkung sempat menghidupkan kembali perfilman Indonesia yang sempat redup dan kembali mencapai masa keemasan pada 2017. Diikuti dengan Danur, Pengabdi Setan, dan Sebelum Iblis Menjemput yang dibuat dengan cerita yang baik sehingga dapat kembali di tengah masyarakat lokal hingga internasional. 

Referensi 

Astuti, R. A. V. (2022). Filmologi Kajian Film. Yogyakarta: UNY Press.

Kintoko, I. (2019, Oktober 26). Film Perempuan Tanah Jahanam Tembus 1 Juta Penonton, Joko Anwar: Genr3 Apapun Ada Kesempatan Sukses. https://wartakota.tribunnews.com/2019/10/26/film-perempuan-tanah-jahanam-tembus-1-juta-penonton-joko-anwar-genre-apapun-ada-kesempatan-sukses

Nurjanah, R. (2017, Oktober 26). Film Horor Indonesia: Dulu, Kini, dan Kelak.

https://kumparan.com/kumparanhits/film-horor-indonesia-dulu-kini-dan-kelak

Priherdityo,E. (2017, September 9). Siluman Ular Buka Pasar Film Horor Indonesia pada 1934. https://www.cnnindonesia.com/hiburan/20170908210036-220-240495/siluman-ular-buka-pasar-film-horor-indonesia-pada-1934.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun