Oleh : Iip Syarip Hidayat,M.Pd
Dalam pendidikan guru penggerak, kita mengenal dengan istilah pembelajaran berdiferensiasi. Tidak semua guru akrab dengan istilah ini, karena masih asing dengan pembelajaran satu ini. sebelumnya  jarang sekali mendengar istilah ini. lalu, apa dan bagaimana  pembelajaran berdiferensiasi  itu ? mari kita simak lebih lanjutnya di bawah ini.
Seperti dikemukakan oleh Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Jadi, Pembelajaran Berdiferensiasi adalah sebuah pembelajaran yang lebih  mengupayakan untuk memenuhi kebutuhan belajar murid.  Dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi di dalam kelas para guru perlu memikirkan tindakan yang masuk akal yang nantinya akan diambil, karena pembelajaran berdiferensiasi tidak berarti pembelajaran dengan memberikan perlakuan atau tindakan yang berbeda untuk setiap murid, maupun pembelajaran yang membedakan antara murid yang pintar dengan yang kurang pintar. Pembelajaran ini mempertimbangkan 3 aspek kesiapan belajar dalam memetakan kebutuhan murid, yaitu : kesiapan belajar, minat belajar dan profil belajar murid.
Ciri-ciri atau karakteristik pembelajaran berdiferensisi antara lain; lingkungan belajar mengundang murid untuk belajar, kurikulum memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, terdapat penilaian berkelanjutan, guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar murid, dan manajemen kelas efektif.
Berikut adalah contoh kelas yang menerapkan pembelajaran berdiferensisi adalah ketika proses pembelajaran guru menggunakan beragam cara agar murid dapat mengeksploitasi isi kurikulum, guru juga memberikan beragam kegiatan yang masuk akal sehingga murid dapat mengerti dan memiliki informasi atau ide, serta guru memberikan beragam pilihan di mana murid dapat mendemonstrasikan apa yang mereka pelajari.
Lalu bagaimana strategi yang kita lakukan dalam pembelajaran berdiferensiasi ini ?
Ada tiga strategi pembelajaran diferensiasi yang bisa kita lakukan berdasarkan tiga pemetaan kebutuhan murid di atas. Setelah kita mengidentifikasi kebutuhan belajar murid kita, maka kita kemudian dapat menentukan apa strategi diferensiasi yang ingin kita lakukan yaitu :
 Diferensiasi konten yaitu ragam materi yang akan diajarkan kepada siswa berdasarkan kesiapan, minat, dan profil belajar siswa.
 Diferensiasi proses yaitu skenario pembelajaran yang kita rancang supaya murid bisa memahami atau memaknai apa informasi atau materi yang dipelajari saat kita telah memetakan kebutuhan belajar murid tersebut.
Ada beberapa cara untuk menentukan diferensiasi proses, di antaranya :
Melaksanakan kegiatan berjenjang
Menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan
Membuat agenda individu
Memvariasikan durasi waktu pengerjaan tugas
Mengembangkan kegiatan pembelajaran berdasarkan profil belajar siswa
Menggunakan kelompok yang fleksibel sesuai dengan kesiapan, kemampuan, dan minat siswa.
Diferensiasi produk yang mengacu pada tagihan apa yang kita harapkan dari murid sebagai hasil dari proses belajarnya, bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, perekaman, diagram, dan sebagainya. Yang paling penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Diferensiasi produk bisa kita lakukan dengan berbagai cara sama seperti jenis- jenis diferensiasi yang lain. Akan tetapi lagi – lagi kita juga harus mempertimbangkan kebutuhan belajar murid kita terlebih dahulu.
Diferensiasi produk meliputi dua hal : yang pertama memberikan tantangan dan keragaman atau variasi, yang kedua memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan
Lingkungan belajar yang mendukung pembelajaran berdiferensiasi, yaitu :
Setiap orang dalam kelas akan menyambut dan disambut dengan baik
Setiap orang di dalam kelas saling menghargai
Murid akan merasa aman secara psikis dan fisik.
Ada harapan dari pertumbuhan murid
Guru mengajar untuk mencapai kesuksesan murid
Ada keadilan dalam bentuk nyata
Guru dan siswa berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan bersama.
Pembelajaran berdiferensiasi bisa dilaksanakan jika terdapat komunikasi yang terencana dengan baik antara guru, orangtua, serta komite sekolah. Guru harus memperhatikan beberapa aspek dalam belajar dan pembelajaran.
 3 jenis perspektif penilaian, yaitu :
Assessment for learning - Penilaian yang dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran, berfungsi sebagai penilaian formatif.
Assessment of learning - Penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. berfungsi sebagai penilaian sumatif
Assessment as learning - Penilaian sebagai proses belajar dan melibatkan murid-murid secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Penilaian ini juga dapat berfungsi sebagai penilaian formatif.
Bagaimana penilaian formatifnya ?
Penilaian formatif memegang peranan yang sangat penting. Berikut ini adalah beberapa contoh strategi penilaian formatif, selain yang mungkin telah sering dilakukan guru dalam bentuk tes tertulis: Tiket keluar, Tiket masuk, Berbagi 30 detik, Nama dalam toples, 3-2-1 Refleksi, Pojok pemahaman, Strategi 5 jari
Seorang guru dituntut untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa, Karena serial siswa memiliki kebutuhan belajar yang berbeda. Jika hari ini belajar hanya menggunakan satu metode artinya guru tersebut belum bisa memenuhi kebutuhan belajar siswa secara keseluruhan. Maka di sinilah seorang guru harus pandai- pandas menyiasati pembelajaran di kelas.
Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa konsep pembelajaran berdifrensiasi untuk bisa diterapkan di kelas dalam rangka memenuhi kebutuhan belajar murid. Seperti yang sudah diterangkan di atas, bahwa Pembelajaran berdiferensiasi merupakan usaha penyesuaian proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu masing-masing murid. Melalui pembelajaran berdiferensiasi inilah kita sebagai guru harus pandai – pandai memetakan kebutuhan belajar siswa karena pada dasarnya setiap siswa adalah berbeda akan kebutuhan belajar, cara belajar, dan juga kemampuan  dalam menerima pelajaran. Jadi sebetulnya sebelum ada istilah pembelajaran ini, para guru tentunya sudah melakukan pembelajaran seperti ini dikelasnya masing- masing hanya saja istilah ini mulai ramai terdengar setelah ada pendidikan guru penggerak.
Sekian semoga bermanfaat !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H