Mohon tunggu...
Iip  Syarip Hidayat
Iip Syarip Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Blogger, Enterprenuer, Konten Kretor dan penulis

email :iipsyarip1@gmail.com Fb. Iip Syarip Hidayat Telp. 085524657568

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komunikasi Edukatif dalam Kajian Pedagogik Profetik

19 Desember 2019   19:05 Diperbarui: 19 Desember 2019   19:38 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Aisyah ra berkata: Perkataan Rasulullah adalah ucapan yang sangat jelas, jika orang lain mendengarnya, pasti dapat memahaminya." (HR:Abu Daud)

Sejarah Perkembangan Komunikasi

Menurut Naim (2017:24) perkembangan komunikasi sebenarnya sejalan dengan kehidupan dan keberadaan manusia. Ada empat titik penentu dalam sejarah komunikasi manusia:

Perolehan (acquisition) bahasa, yaitu pada saat yang sama dengan lahirnya manusia.

Pengembangan seni tulisan berdampingan dengan komunikasi yang berdasarkan pada bicara.

Reproduksi kata-kata tertulis (written words) dengan menggunakan alat pencetak sehingga memungkinkan terwujudnya komunikasi massa yang sebenarnya.

Munculnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon, radio, televisi, hingga satelit.

Fungsi Komunikasi

Komunikasi yang dilakukan oleh orang tentunya mempunyai fungsi, seperti dinayatakan oleh Onong U. Efenfendi (Oktariana dan Abdullah, 2017:48) bahwa fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi. Didalam dunia pendidikan, tentunya fungsi komunikasi memberikan makna tersendiri yankni mendidik. Hal ini sangat penting sekali bagi para guru untuk memiliki kemampuan komunkasi yang baik untuk mendukung proses kegiatan pembelajaran yang lebih baik. 

      Verdeber (Oktarina dan Abdullah, 2017:46) menyebutkan komunikasi itu memiliki dua fungsi yakni meliputi fungsi sosial dan pengambilan keputusan. Fungsi sosial bertujuan untuk kesenangan, menunjukka ikatan, membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain. Pengambilan keputusan adalah berupa memutuskan melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu, misalnya apakah dirinya harus kuliah atau bekerja di pagi hari, bagaimana mempersiapkan diri menghadapi ujian di kampus atau tes promosi pekerjaan di kantor. Keputusan yang diambil sesoerang sebagian ditetapkan sendiri, sebagian lagi diputuskan setelah orang itu berkonsultasi/membicarakannya dengan orang lain.

  •       Seorang pakar komunikasi lainnya, Harrold D. Lasswell (Oktarina dan Abdullah, 2017:49) menyatakan bahwa fungsi komunikasi adalah:
  • Penjajakan/pengawasan lingkungan (survilence of the information) yakni penyingkapan ancaman dan kesempatan yang memperngaruhi nilai masyarkat.
  • Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya atau beradaptasi.
  • Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya, misalnya bagaimana orang tua mengajarkan tatakrama bermasyarakat yang baik kepada anak-anaknya.
  • Tujuan Komunikasi
  • Verdeber (Oktarina dan Abdullah, 2017:47) menyatakan bahwa seseorang melakukan komunikasi sedikitnya memiliki empat tujuan, yakni:
  • Agar apa yang kiita sampaikan itu dapat dimengerti.
  • Memahami orang lain.
  • Agar gagasan kita dapat diterima oleh orang lain. Seseorang harus berusaha agar gagasannya dapat diterima oleh orang lain dengan pndekatan yang persuasif bukan memaksakan kehendak.
  • Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu. Menggerakan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting yang harus diingat adalah bagaimana cara yang baik untuk melakukannya.
  • Jadi secara singkat dapat dikatakan bahwa komunikasi itu bertujuan untuk mengahrapkan pengertian, dukungan, gagasan, dan tindakan.
  • Jenis-jenis Komunikasi
  • Menurut Devito seorang profesor komunikasi (Oktarina dan Abdullah, 2017:54) menyatakan tentang jenis-jenis komunikasi sebagai berikut:
  • Komunikasi dengan diri sendiri (intrapersonal communication), yaitu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem saraf. Contoh: berpikir, merenung, menggamabr, menulis sesuatu, dalan lain-lain.
  • Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication), yaitu proses komunikasi yang berlangsung dua orang atau lebih secara tatap muka.
  • Komnkasi publik (public communication), yaitu suatu proses komunikasi dimana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar.
  • Komunikasi massa (Mass Communication), yaitu proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film.

  • Komunikasi Pendidikan
  • Signifikansi komunikasi pendidikan menurut Naim (2017:28):
  • Dunia pendidikan membutuhkan sebuah pemahaman yang komprehensif, holistik, mendasar, dan sistematis tentang pemanfaatan komunikasi dalam proses pembelajaran.
  • Komunikasi pendidikan akan menunjukkan arah proses konstruksi sosial atas realitas pendidikan.

  • Secara sederhana, komunikasi pendidikan dapat diartikan sebagai komunikasi yang terjadi dalam suasana
  • pendidikan (Naim, 2017:28). Dengan demikian komunikasi pendidikan adalah proses perjalanan pesan atau informasi yang merambah bidang atau peristiwa-peristiwa pendidikan.
  • Signifikansi komunikasi pendidikan menurut Yusuf (Naim, 2017:28):
  • Kegagalan komunikasi pendidikan atau komunikasi instruksional yang sering terjadi di lapangan, tampaknya lebih banyak disebabkan oleh salah satu unsur dalam komponen terjadinya proses pendidikan dan instruksional, yang dalam pandangan psikologi kognitis disebut sebagai struktur kognisi seseorang, baik dalam kedudukannya sebagai komunikator maupun dalam perannya sebagai komunikan, tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
  • Para guru dan praktisi komunikasi instruksional dilapangan sering tidak memahami beragam pendekatan dalam pelaksanaan instruksionalnya. Mereka sering tidak paham akan daasr-dasar teori belajar yang sudah teruji seacara ilmiah bisa meningkatkan prestasi belajar jika digunakan secara tepat.
  • Aspek-aspek psikologis, seperti kemampuan dan/atau kapasitas kecerdasan yang dimiliki manusia, minat, bakat motivasi, perhatian, sensasi,persepsi, ingatan, retensi, faktor lupa, kemampuan menstransfer, dan berpikir kognitif, sering tidak mendapat perhatian dalam kegiatan komunikasi pendidikan, terutama oleh komunikator instruksional. Akibatnya, hasil proses komunikasinya pun menjadi tidak optimal.
  • Model komunikasi terbuka tampaknya lebih cocok untuk diterapkan dalam kegiatan pendidikan, termasuk didalamnya kegiatan instruksional karena sifatnya yang lebih dapat memberi peluang untuk saling mengontrol keslahan-kesalahan yang mungkin ada, baik bagi komunikator sendiri maupun bagi komunikan belajar (sasaran). Sifat model komunikasi terbuka ini antara lain adaalh dialogis, persuasif, dan edukatif.
  • Dalam pandangan psikologi belajar kognitif, proses komunikasi bisa berjalan lancar dan mempunyai arti yang jelas jika antara informasi yang satu dan informasi yang lain terdapat kaitan atau rangkaian yang terikat dalam struktur kognitif seseorang. Karenanya, belajar adalah proses perubahan dalam struktur kognitif orang yang bersangkutan.   
  • Komunikator pendidikan ata komunikator instruksional jika ingin menjalankan fungsinya denhan sebaik-baiknya, diisyaratkan menggunakan logika berpikir yang sama dengan logika berpikir yang dimiliki oleh pihak komunikan belajar (sasaran). Dengan begitu, pelksanaan instruksionalnya akan berhasil dengan baik.
  • Para komunikator praktisi lapangan sering tidak memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di pusat sumber belajar bersama yang dikelola oleh perpustakaan.
  • Pemanfaatan multimedia instruksional. Para komunikator pendidikan dan instruksional belum banyak yang memanfaatkan meultimedia untuk tujuan instruksional.
  • Pendekatan information literacy dan media literacy dalam setiap praktik instruksional. Siapapun yang bertindak sebagai komunikator instruksional di zaman sekarang, sangat relevan jika menggunakan beragam pendekatan yang melibatkan keterlibatan dan pengetahuan teknologi informasi dan media.

  • Filsafat Komunikasi
  • Pengertian Filsafat Komunikasi
  • Menurut Onong Uchjana Effendy, filsafat komunikasi merupakan suatu disiplin yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis dari teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, dan metodenya. Dengan demikian, filsafat komunikasi menelaah pemahaman-pemahaman secara mendalam sebagai terjemahan dari istilah verstehen mengenai teori dan proses komunikasi (Naim, 2017:40). Aspek yang dicoba untuk dipahami adalah pesan yang disampaikan oleh manusia. Oleh karena itu, dalam telaah filsafat komunikasi, aspek mendasar yang seyogianya dipahami terlebih dahulu adalah tentang manusia.
  •      Naim (2017:40) mengemukakan bahwa dalam perkembangannya, pemahaman terhadap manusia telah melahirkan beberapa paham, diantaranya:
  • Materialisme. Paham ini berpandangan bahwa manusia pada prinsipnya hanyalah materi, atau benda: lain tidak.
  • Idealisme. Idealisme berasal dari perkataan eidos, "pikiran". Manusia adalah manusia karena ia berpikir, mempunyai idea, dan sadar akan dirinya. Manusia mungkin saja belum pernah ke bulan, tetapi ia mengerti bulan.
  • Eksistensialisme. Secara bahasa, eksistensialisme berasal dari kata "eks"yang berarti keluar dan "sintensia" yang berarti berdiri. Kalau digabungkan, eksistensia berarti berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari diri sendiri. Sedangkan yang dimaksudkan dengan eksistensi adalah cara manusia berada di dunia, dan cara ini untuk manusia, tidak untuk yang lainnya. Adanya manusia di dunia berbeda dengan beradanya makhluk yang lainnya.   
  •  
  • Pikiran sebagai isi pesan komunikasi
  • Menurut Naim (2017:44) secara elementer, komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain, atau oleh seorang komunikator kepada komunikan. Isi pesan komunikasi yang utama adalah pikiran. Proses berpikir dapat didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk mencari arti bagi realitas yang muncul dihadapan kesadarannya dalam pengalaman dan pengertian. Pengertian ini bermakna bahwa komunikasi merupakan kemampuan manusia untuk mengutarakan pikirannya kepada orang lain. Fungsi berpikir menyangkut dua aspek yang penting dalam diri manusia, yaitu wissen 'mengetahui' dan verstehen 'mengerti/memahami'.
  •      Dalam kehidupannya, manusia sebagai mahluk sosial berpikir mengenai bentuk realitas sosial. Proses berpikir ini berlangsung dalam bentuk-bentuk sebagai berikut  (Naim, 2017:44):
  • Secara horizontal atau sensitivio-rasional, yaitu berpikir mengenai suatu realitas dengan dilandasi pengalaman sebagai rekaman dan penginderaan selima hidupnya, rekaman dari fungsinya sebagai komunikan dalam setiap proses komunikasi yang melibatkan dirinya.
  • Secara vertikal/berpikir metarasional. Manusia tidak puas hanya dengan sekadar mengetahui (wissen), tetapi juga ingin memahaminya secara mendalam. Dalam kondisi ini, manusia tidak lagi memandang suatu realitas sosial dengan indera mata, tetapi dengan mata batiniah yang terdapat di seberang realita (beyond reality), secara metafisik.     
  • Berpikir memecahkan masalah. Manusia mulai berpikir pada waktu ia mencoba mengenaluntuk kemudian menguasai suatu situasi. Tingkatan ini merupakan suatu kelanjutan dari cara berpikir deduktif dan induktif. Prosesnya secara kronologis dimulai dari analysis, sysnthesis, evaluation, dan selection.
  • Berpikir kausatif (causative thinking). Manusia tidak perlu menunggu berhadapan dengan sebuah persoalan yang rumit jika ia mau menggambarkan situasi yang akan dihadapinya. Titik berat causative thinking ialah membentuk peristiwa mendatang dan prestasi daripada menunggu nasib yang akan menimpa.
  • Berpikir kreatif (creative thinking). Ini merupakan suatu tingkatan berpikir yang tinggi berupa kesanggupan seseorang untuk menciptakan ide baru yang berfaedah. Kunci berpikir ini adalah keseimbangan antara sains dan imajinasi yang tepat.
  • Berpikir filsafati. Kegiatan filsafati merupakan kegiatan perenungan, yaitu suatu jenis pemikiran yang meliputi kegiatan meragukan segala sesuatu, mengajukan pertanyaan, menghubungkan gagasan yang satu dengan yang lainnya, menanyakan mengapa, dan mencari jawaban yang lebih baik daripada jawaban pada padangan pertama.
  • Implementasi dalam pembelajaran
  • Komunikasi edukatif merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi para pendidik.terlebih lagi kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu dari kemampuan yang harus dikuasai dalam aspek pedagogi. Komunikasi yang efektif dan bermakna menjadi sebuah kemampuan yang harus dikuasai oleh setiap pendidik. Naim (2017:46) mengemukakan tentang Lima hukum komunikasi efektif (The 5 Inevitable Laws of Effective Communication) yang terangkum dalam kata REACH yang bermakna merengkuh atau meraih.
  •  
  • Respect. Komunikasi yang efektif harus dibangun dari sikap menghargai terhadap setiap individu yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan. Guru harus memperlakukan siswa sebagai manusia yang memiliki hati dan perasaan untuk dihormati dan dihargai. Dengan kata lain, guru harus memperlakukan siswa sebagai subjek belajar sehingga lahir sinergi antara guru dan siswa dalam meraih tujuan bersama melalui proses pembelajaran.    
  • Emphaty. Empati adalah kemampuan seseorang dalam menempatkan dirinya sesuai dengan situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati dalah kemampuan untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain. Di dalam proses pembelajaran, sebelum guru mengirimkan pesan atau menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa, guru harus mengerti dan memahami dengan empati terhadap calon penerima pesan (siswa) sehingga pesan tersebut akan sampai tanpa ada halangan psikologis atau penolakan dari penerima. 
  • Audible. Makna audible antara lain adalah dapat didengarkan atau dimengerti dengan baik. Pesan yang disampaikan dapat diterima oleh penerima. Hukum ini mengacu pada kemampuan menggunakan berbagai media maupun perlengkapan bantu audio visual yang akan membantu agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik. Kemampuan memanfaatkan dan menggunakan media merupakan sutau kelebihan tersendiri dalam menunjang kesuksesan pembelajaran, seperti komputer, LCD, dan lain-lainnya.
  • Clarity. Selain pesan harus dapat dimengerti dengan baik, kejelasan pesan juga harus mendapatkan perhatian sehingga tidak menimbulkan multi-interpretasi. Dalam melakukan komunikasi, perlu dikembangkan sikap terbuka sehingga dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan. Di dalam proses pembelajaran, keterbukaan guru terhdap siswa merupakan bentuk sikap yang positif.
  • Humble. Sikap rendah hati, sikap ini pada intinya antara lain adalah sikap penuh melayani (customer first attitude), sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong, tidak memandang rendah orang lain, berani mengakui kesalahan, rela memaafkan, lemah lembut, penuh pengendalian diri, dan mengutamakan kepentingan yang lebih besar.

  • KESIMPULAN
  • Kesimpulan
  • Komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian makna dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui media tertentu. Didalam komunikasi terdapat suatu proses atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang yang berusaha menyampaikan maksudnya kepada orang lain, dalam hal ini yang disampaikan adalah pesan yang bermakna.
  • Setiap pendidik diharuskan memiliki kemampuan berkomunikasi edukatif yang efektif. Komunikasi edukatif merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi para pendidik. Terlebih lagi kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu dari kemampuan yang harus dikuasai dari aspek pedagogi. Komunikasi yang efektif dan bermakna menjadi sebuah kemampuan yang harus dikuasai oleh setiap pendidik. Lima hukum komunikasi efektif (The 5 Inevitable Laws of Effective Communication) dapat menjadi acuan untuk dapat berkomunikasi dengan efektif: komunikasi yang dibangun dari sikap menghargai, komunikasi yang dibangun dengan menempatkan dirinya sesuai dengan situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain, sikap mau mendengarkan atau mengerti dengan baik. Kejelasan pesan harus mendapatkan perhatian sehingga tidak menimbulkan multi-interpretasi. Sikap rendah hati, yakni sikap penuh melayani, mendengar dan menerima kritik yang membangun.
  •  
  • Implikasi
  • Komunkikasi edukatif menjadi kajian dalam pedagogik profetik. Kemampuan berkomunikasi dengan baik dan efektif menjadi salah satu syarat bagi pendidik untuk memiliki dan melaksanakannya. Komunikasi edukatif yang dibangun berdasarkan sikap yang tulus dan ikhlas menunjukkan adanya usaha yang secara tidak langsung bersifat membina dan melatih baik diri sendiri ataupun orang lain. Komuniaksi edukatif yang diimplementasikan dalam pembelajaran berdampak positif dan memberikan pengaruh yang baik terhadap para pembelajar.
  •  
  • Rekomendasi
  • Pembahasan mengenai komunikasi edukatif dalam tulisan masih memerlukan kajian yang lebih dalam lagi. Oleh karena itu, penulis berharap ada penulis-penulis lain yang dapat mengambil topik atau permasalahan yang serupa dan mengkaji lebih dalam sehingga menemukan hal-baru yang berguna bagi kehidupan manusia, khususnya dibidang pendidikan.
  •  
  • DAFTAR PUSTAKA

Afroni, S dan Triana R (2018) Komunikasi Pembelajaran Berbasis Al-Qur'an. Edukasi Islmi: Jurnal Pendidikan Islam, Vol: 07 No.02 DOI: 10.30868/ei.v7i2.264.03-09-2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun