Komunikasi sebagai ilmu.
Struktur ilmu (pengetahuan) mencakup aspek epistemologis, ontologis, dan aksiologis. Epistemologi adalah teori pengetahuan, yaitu membahas bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari objek yang ingin dipikirkan. Ontologi adalah teori tentang "ada", yaitu tentang apa yang dipikirkan, yang menjadi objek pemikiran.
Sedangkan aksiologi adalah teori tentang nilai yang membahas tentang manfaat, kegunaan, maupun fungsi dari objek yang dipikirkan itu. Oleh karena itu, ketiga subsistem ini biasanya disebutkan secara berurutan , mulai dari ontologi, epistemologi, kemudian aksiologi.
Komunikasi sebagai kiat atau keterampilan.
A.S. Achamd (Naim, 2017:23) menyebut komunikais sebagai technical knowhow. Komunikasi dipandang sebagai kecakapan yang oleh individu dipergunakan untuk melakukan profesi komunikasi. Perkembangan dunia komunikasi di Indonesia menunjukkan gejala yang semakin menjanjikan terhadap profesi yang berkaitan dengan komunikasi. Hal ini menjadi semakin menarik minat masyarakat untuk mempelajari, mendalami, dan akhirnya menjadikan dasar keterampilan untuk pengembangan profesi. Â
Dari beberapa pengertian yang diungkapkan oleh para ahli tentang komunikasi, terdapat pengertian lain yang dapat dijadikan sebagai sumber rujukan terutama bagi seorang muslim. Sumber rujukan yang dimaksud adalah Al-qur'an. Dahlan (2014) mengungkapkan bahwa Al-Qur'an memberikan kata kunci yag berhubungan dengan komunikasi. Al-Syaukani, misalnya mengartikan kata kunci al-bayan sebagai kemampuan berkomunikasi. Selain itu, kata kunci yang dipergunakan Al-Qur'an untuk komunikasi ialah al-qaul. Dari al-qaul ini, Jalaluddin Rakhmat menguraikan prinsip qaulan sadidan yakni kemampuan berkata benar atau berkomunikasi dengan baik.
Dahlan (2014) juga mengungkapkan bahwa Al-Qur'an menyebut komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. Dalam QS. Al-Rahman (55) / 1-4yang terjemahannya sebagai berikut:
(tuhan) yang Maha pemurah,
Yang telah mengajarkan Al-Qur'an.
Dia menciptakan manusia.
Mengajarnya pandai berbicara