Mohon tunggu...
Iip  Syarip Hidayat
Iip Syarip Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Blogger, Enterprenuer, Konten Kretor dan penulis

email :iipsyarip1@gmail.com Fb. Iip Syarip Hidayat Telp. 085524657568

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengembalikan Rasa Nasionalisme Anak- anak Indonesia di Malaysia

19 April 2018   18:13 Diperbarui: 19 April 2018   18:19 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto pribadi (Diambil dari dokumen pribadi)

 "Mengindonesiakan orang Indoensia sepertinya terdengar tak biasa terdengar ditelinga bahkan sepertinya hal konyol dan aneh, namun itu nyata dan ada di sini"

Sering saya bertanya kepada para siswa ketika saya mengajar "Siapa diantara kalian yang sudah pernah pergi ke Indonesia? ". Ternyata dalam satu ruangan kelas yang menjawab sudah pernah hanya beberapa orang saja, rata -- rata hampir belum pernah menginjkan kaki di negeranya sendiri. Sungguh sebuah ironi tersendiri ketika ribuan anak -- anak Indonesia justru tidak pernah tahu akan negaranya sendiri.

Anak- anak Indonesia yang berada di sabah memang kebanyakan lahir disabah dan dibesarkan disabah. Sehingga tidak heran banyak yang tidak tahu sama sekali tentang dimana Indonesia, siapa presidennya dan nama- nama kotanya dan sebaginya. Namun justru kebalikannya ketika berbicara tentang Malaysia, mereka malah lebih tahu bahkan lagu kebangsaan Malaysia pun mereka hafal. Bahasa yang mereka gunakan sudah bukan bahasa Indnesia lagi. Tapi percampuran antara Melayu dan Inggris.

Inilah PR terbesar para guru yang dikirm ke Malaysia. Para guru harus bisa memperkenalkan dan bahkan menegmbalikan anak -- anak Indoensia ini. Dalam arti mereka harus benar- benar tahu bahwa mereka adalah warga negera Indoensia dan suatu saat mereka harus pulang membangun Indonesia.

Dalam membangun rasa Nasionalisme merupakan suatau PR terberat dalam melaksnakan tugas di Sabah. Karena faktor lingkungan mereka yang sudah terbentuk di Sabah.

Bahkan ada diantara siswa yang saya tanya "Kamu sudah besar ingin menjdi apa? "  dan siswa tersebut menjawab "Ingin menjadi warga negara malaysia". Waduh jadi bingun saya ketika mendapat jawaban siswa seperti itu. " Apa yang salah dengan Indonesia, sampai -- sampai anak -- anak ada yang bercita- cita ingin menjadi warga negera Malaysia. Apakah memang kecitaan mereka terhadap Indonesia sudah tidak ada lagi ? Atau faktor ekonomi dan orangtua mereka sehingga mereka tidak ingin menjadi warga negera Indonesia ? 

Lantas kenapa mereka mau sekolah di Sekolah Indoensia ?  karena diantara mereka tidak punya dokumen lengkap dan tidak boleh sekolah di Sekolah kerajaan Malaysia jika bukan warga negara Malaysia asli. Jika mereka bisa sekolah pun harus mengeluarkan uang yang cukup banyak karena biaya pendidikan untuk warga negera asing di Malaysia sangat mahal sekali.

Inilah tantangan baru bagi saya ketika harus mengembalikan semangat Nasionalisme kepada anak- anak Indonesia yang ada di Sabah serta bagaimana mengajarkan  tentang sistem pemerintahan Republik Indoensia pada para siswa yang ada di Malaysia. Sebuah tantangan menarik dan memebutuhkan ide -- ide cemerlang untuk mengajarkannya. Tak ayal saya pun mencari berbagai media, sumber dan alat -- alat peraga yang bisa mendukung penyampaian materi tersebut.  Para siswa yang tinggal dan di lahirkan di malaysia mereka tidak mengenal yang namanya RT, RW, lurah, Bupati, Gubernur, bahkan DPR serta MPR pun  mereka sangat kebingungan bagi mereka.

Ide- ide biasanya akan muncul ketika saya sudah masuk kelas dan memulai proses pembelajaran. Secara tiba -- tiba ide itu pun muncul seperti saya mencoba membentuk suatu Negara dimana di dalamnya terdapat sistem pemerintanya kemudian setiap anak ditunjuk untuk menduduki jabatan pemerintah dari mulai presiden sampai RT. 

Setiap jabatan, saya berikan tugas -- tugasnya (job description) sehingga mereka Paham akan tugas dan hak mereka.  Namun saya mempraktekannya tidak cukup dalam satu kali pertemuan. Saya membutuhkan beberapa kali pertemuan karena harus ada yang jadi masyarakatnya. Dan masyaraknya itulah yang harus tau kemana mereka harus pergi ketika butuh bantuan pemerintah.

 Dengan mencoba memperagakan sistem pemerintahan tersebut barulah meraka mengerti bagaimana sistem pemerintahan Indonesia. Dari mulai sistem pemilihan presiden, DPR, DPRD, Bupati, Lurah dan lainsebgainya. Karena wajar selama ini mereka hidup di negara yang sistem pemerintahannya adalah kerajaan. Bagi mereka istilah- istilah itu sangat asing ditelinga mereka.

Itulah bagaimana seorang guru harus pandai -- pandi memunculkan ide, metode dalam melaksankan proses pemebelajaran agar siswa lebih paham tetapi menarik bagi mereka. Seperti halnya mengajarkan meteri pelajaran tentang uang. Mereka akan kesulitan ketika memahami materi ini karena uang yang mereka gunakan sehari -- hari adalah ringgit. 

Sementara dalam uang ringgit tidak terlalu banyak angka nol. Misalnya satu ringgit  yang hanya angka satu saja. Beda dengan uang rupiah yang suda terlalu banyak angka nolnya. Sehingga ketika mencoba mempraktekan transaksi dengan uang rupah mengalami sedikit kesulitan.

Saya pun mencoba dengan beberapa kali melakukan pembelajaran secara langsung transaksi jual beli seperti di pasar dengan menggunakan uang rupah dengan barang barang kebutuhan sehari -- hari.  Dengan begitu mereka sedkit lebih paham bahwa uang dengan nominal sekian bisa mereka gunakan untuk apa saja. 

Kalau tidak menggunakan simulasi atau praktek langsung, mereka akan sangat kebigungan memahami materi tentang uang. Karena yang mereka gunakan sehari- hari adalah ringgit. Ini menarik sekali untuk saya. karena bisa mengenalkan tentang Indonesia kapada orang Indonesia yang laihir di sabah dan  justru tidak pernah tahu sama sekali Indonesia.  Menarik...!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun