Tak pernah ada penyesalanku ketika mengenalmu. Semua dan segala tentangmu adalah pelajaran takdir yang merupa getir, pahit, tapi pernah semenyenangkan itu bagiku, tak pernah ingin berhenti mencecap dan dan mengharapkan rasa itu lagi.
Satu-satunya sesalku usai kehilanganmu adalah, kebahagiaan bersamamu kerap kembali sebagai ingatan palsu, membuat jalan kepulangan menuju diri sendiri dipenuhi duri-duri.
Ah.., cukuplah menitipkan kau pada Tuhanmu, Chy, sebagaimana matamu memejam lalu doa-doa memantera dari bibir dan hatimu. Lalu Juni dapat terlewati, meski sesak namun kita tak boleh mati saat ini. Merestulah wahai bumi.
*Mellifluous: Sebuah suara yang lembut dan menyenangkan saat didengar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H