Mohon tunggu...
iip syafrudin
iip syafrudin Mohon Tunggu... Relawan - Warga negara RI. Penikmat pegunungan, matahari senja, pantai dan langit malam penuh Cahaya. Sungguh tak menyukai keributan !.

Hobby travelling, belajar, bekerja, berteman, pecandu kata-kata, puisi, musikalisasi puisi, film dan kesenian lainnya. Bagian dari penyuka physical touch, act of service, quality time dan words of affirmation.

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Resonansi Untukmu Puan Cahaya

27 Mei 2023   17:30 Diperbarui: 31 Mei 2023   10:42 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selepas dia pergi dari hidupku bersama segala kondisi dan permasalahan yang mengiringinya, maka yang tertinggal dan bisa dilakukan saat ini adalah membiasakan diri. 

Ya, membiasakan diri hidup atas ketiadaannya, membiasakan diri kehilangan bentuk perhatian dan kasih-sayangnya, membiasakan diri untuk tak lagi mencari kontak tlp/WA/Line atau semua media sosialnya. Lalu segera hadir perasaan keterasingan lainnya. Berat kah..?. Berat, sangatlah berat.

Kadang dalam berbagai kondisi, secara tak sadar anggota badan refleks mengotorisasi dia dan keberadaanya. 

Mulut sering refleks menyebut namanya, jari sering mengkondisikan sedang menggenggam atau mengelus tangan serta rambutnya yang sebahu, hidung sudah teradiksi kepada body lotion yang dipakainya sehingga selalu berasumsi mencium wangi kulitnya, hati selalu berhasil memalingkan segala hanya untuk menujunya, yang kesemuanya itu berujung pada dua mata yang hampir selalu berderai air. Sakit sekali..

Pada akhirnya terjadilah. Rinai gerimis yang menyaru permasalahan kecil kukira akan semakin menebalkan rasa cinta, ternyata bagimu merupa badai, meluluhlantakan segala rasa, meninggalkan kenangan yang tercatat dalam takdir kehidupan kita.

Dalam Nama Yang Maha Baik, semoga yang hilang akan dapat segera kembali meski dalam bentuk yang berbeda, meski sejuta rasa masih menjadi dilema.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun