Ah...pandangan pertama yang syahdu sekali, hatiku berdesir, namun segera aku tepis, aku langsung masuk untuk menemui tante Rima, mamanya Tania.
Sejak pertemuan itu, mengapa bayangan Damar terus menghantuiku, apalagi kalau kita jalan bertiga,Tania yang tidak canggung mengajakku berjalan bertiga, dan diam-diam aku tertarik dan bahkan aku jatuh cinta kepada Damar.
Ketika aku mengingatnya bahkan aku membayangkan Damar menjadi kekasihku, segera aku tepis bayangan itu, bahkan aku berusaha menghilangkan dia dari bilik hatiku, namun semakin aku melupakannya, aku  semakin tersiksa, akhirnya aku biarkan saja cinta itu tumbuh dan bersemi di hatiku, sampai akhirnya kamipun dapat menyelesaikan kuliah.
Aku putuskan untuk melanjutkan kuliah ke magister di kota Jojgakarta, tak lain dan tak bukan, kalau aku ingin melupakan Damar, aku ingin melupakan demi Tania sahabat terbaikku, aku tak mau Tania terluka karena cinta.
Ketika itu, sepulang dari rumah Tania, hujan deras, dan Tania menawarkan aku untuk pulang diantar oleh Damar, karena arah kami sama, di balik hujan yang sangat deras, jendela kaca yang berembun, memanggilku agar aku segera mengusap jendela agar pandangan ke depan bisa terlihat jelas, Damar menepikan mobilnya sambil mengusap embun yang ada di kaca mobil bagian depan. Damar yang menyentuh lenganku dan dia mengeluarkan ponselnya dan mengajak ku untuk berfoto, aku tak sanggup menghindari ketika Damar merengkuh bahuku, dan bahkan helaan nafasnya yang menyetuh pipiku, sentuhan dan dekapannya melambungkan anganku,  udara yang membuat suasana semakin dingin, ketika dekapan Damar semakin kuat, dan cekrek-cekrek beragam pose foto kami lakukam, aku hanyut dalam dekapan  Damar, kamipun berpelukkan,  nafasnya yang lembut menambah gairah asmaraku, dan aku terbuai dalam gairah asmara.
"Vania, aku mencintamu  sejak pandangan pertama" sahut Damar sambil memelukku.
Aku terperanjat, sontak  aku teringat kalau Damar adalah kekasih sahabatku Tania, aku lepaskan pelukan Damar, dan aku tertunduk malu, terbayang senyum manis Tania.
"Aku tak bisa Damar, aku tak ingin menyakiti perasaan Tania" jawabku sambil aku rapikan rambut dan pakaianku.
"Cinta tak pernah salah, aku mencintaimu dalam diam Vania, aku akan berusaha untuk bertemu kamu, lewat Tania" sahut Damar.
"Aku akan putuskan Tania demi kamu, Vania" lanjut damar
"Tidak Damar, cukup aku yang sakit dengan mencintaimu" lanjutku dengan suara lemah.