Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ramadan Terakhir Bersama Abah

4 Mei 2022   11:42 Diperbarui: 4 Mei 2022   11:45 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alhamdulillah, dengan Kemurahan Allah, mas pelayan toko itu bisa menemukan apa yang aku minta tadi.

Tanpa pikir panjang Aku beli, Aku gak peduli harganya yang terpenting permintaan Abah. Dengan rasa bahagia aku pacu sepeda maticku dengan kecepatan tinggi, aku ingin melihat senyum  Abah, Aku ingin membahagiakan Abah,walau apa yang sudah aku lakukan ini tak ada artinya dibanding perjuangan Beliau untukku.

Aku bersyukur masih bisa melihat senyum Abah, Aku peluk Beliau dengan penuh kehangatan, besok lebaran Aku ingin menemani Beliau.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Laailaaha Illallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Walillailham. Gema Takbir bersahutan dari masjid dan musala. Menambah haru, suka, gembira menyambut hari yang fitri.

Keesokkan harinya setelah selesai menjalankan sholat Iedul Fitri, dan Beliau masih diberikan kesempatan untuk menyampaikan sepatah dua patah kata penutup sebelum doa, Beliau mengeluh sakit kepala, dan mulailah beliau sakit yang menurut medis hanya sakit biasa, Beliau hanya ingin di temani oleh kami dan seluruh penghuni rumah, di sela-sela sakit Beliau, Beliau selalu bertanya...

"Kapan pulang?" tanyanya sambil menggenggam jemariku.

Kugenggam tangan yang dulu kokoh, yang dulu selalu menggendongku, yang dulu begitu kuat menuntun bahkan berjuang untuk kehidupanku, airmata tak bisa aku tahan, mengalir deras sederas rasa sedihku, Abah semakin lama suaranya semakin terbata-bata, banyak pesan yang keluar dari bibirnya yang terus menggumamkan tasbih, tahlil, takbir, Aku genggam erat, dan Aku tak tahu kalau itu genggaman tangan Abah yang terakhir, Aku lihat Beliau tersenyum, dan tersenyum, sambil perlahan melepaskan genggamanku, innalillahi wa inna ilaihi raji'un, Beliau kembali ke pangkuan Sang Pemilik, Beliau menghadap-Mu dengan senyuman, tangiskupun pecah melangit, memanggil Abah yang kini sudah kembali.

Hari nan fitri, Abah kembali, disaat sanak saudara sedang berkumpul, menikmati suka cita hari yang fitri, engkau kembali diwaktu yang tepat, ketika semua dosa telah termaafkan, ketika rindu sudah terobati, ketika pesan sudah tersampaikan, ketika engkau kembali, berjuta doa mengantarmu menuju surga-Nya yang abadi, selamat jalan Abah, ilmu dan hikmahmu semoga bisa bermanfaat bagi umat, dan bisa jadi penerangmu sebagai wasilah menghadap Sang Maha Abadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun