Esok harinya, setelah pengajian subuh, aku mendekati Abah, dan
"Abah, selain hadiah tadi malam, Abah mau beli apalagi?" tanyaku sambil duduk memegang tangan Abah.
"Abah sudah punya sorban merah, beli di Mekkah waktu haji dulu" cerita abah.
"Abah mau koko dan sarung merah tua seperti sorban" pintanya sambil beranjak ke arah lemari untuk mengambil sorban merah tua.
"Siap Abah" jawabku penuh semangat, kini jelas sudah permintaan Abah.
                       ***
Setelah pekerjaan membersihkan rumah tuntas, Aku bergegas mengambil motor matic kepunyaan Abah, Abah masih jago mengendarainya, terutama buat menghadiri pengajian, Masya Allah ta barakallah, semangatnya yang luar biasa dalam mengembangkan syiar  Islam di zaman yang sudah seperti ini, perlu diacungkan dua jempol, luar biasa sekali.
Dengan berbekal foto sorban merah tua, Aku berkeliling mengelilingi pasar sampai pertokoan mencari dua benda pesanan abah, koko dan sarung merah tua, sangat sulit sekali, demi Beliau sang Maha Guru, dengan rasa haus yang menggelitik kerongkonganku, tak Aku hiraukan, tujuan utamaku menemukan baju koko dulu. Keluar masuk toko busana muslim, dan akhirnya aku menemukan, dengan penuh semangat Aku lanjutkan  berburu sarung merah tua, setiap kotak Aku buka, hampir semua toko Aku telusuri dan bahkan Aku bongkar demi sebuah sarung merah tua, dengan doa yang terus aku panjatkan semoga Allah memudahkan urusanku ini, setelah kesabaran dan Aku sangat letih sekali, Aku bersandar di sebuah toko terakhir, walau aku sudah pasrah, dan berencana nanti malam aku pergi keluar kota mencarinya, sedangkan besok sudah hari raya.
"Mbak mencari apa?" sapa seorang pelayan kepadaku.
"Sarung warna merah tua mas" jawabku dengan suara ogah-ogahan karena aku sudah capek dan menyerah.
"Baik mbak, saya carikan ya, mbak duduk saja disini" pintanya sambil menyodorkan kursi plastik.