Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anando, I Learned from You

22 Januari 2022   08:48 Diperbarui: 22 Januari 2022   08:49 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Anando, I Learned Form You

"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah lah pahala yang besar". (QS. At-Taghabun 64: 15).

"Allah menitipkan kelebihan di setiap kekurangan, dan menitipkan kekuatan di setiap kelemahan".

                                                                *****

Pagi ini, entah apa yang aku pikirkan, aku bersandar di ujung pintu kelas sambil menatap deretan meja dan kursi di ruang kelasku, masih teringat jelas, kamu yang selalu tersenyum dengan caramu yang menurut temamu itu bukan senyuman tapi ejekan. Bola matamu yang menatap tajam seolah kamu merajukku agar aku duduk di bangku mu dan tak hiraukan yang lain.

Ya....setahun sudah kamu meninggalkan ibu karena kamu harus melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi, aku bangga padamu Anando, ibu masih ingat peristiwa setahun yang lalu, ibu kangen suaramu, gurauanmu, dan bahkan gelak tawamu.

                                                    *****

Waktu itu dua tahun yang lalu.

 Lembaga sekolah kami adalah lembaga sekolah inklusi, artinya lembaga kami harus menerima siswa yang berkebutuhan khusus. Memang berat bagi kami yang nota bene biasa menghadapi siswa yang tidak mengalami kelainan/berkebutuhan khusus, tetapi ini tantangan buat kami sebagai pendidik, karena mereka pun sama, karena hak mendapatkan pendidikan di lindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31. Berdasar aturan itu, maka kami menerima siswa yang Berkebutuhan Khusus, di antaranya dia Anando siswa kelas 4.

Anando, adalah siswa pindahan dari kota lain, waktu itu kamu masih kelas 4, aku selalu memperhatikanmu (karena kelasku ada di lantai dua, jadi bisa melihat ke kelas yang ada di bawahnya dengan baik). Dia Anando seorang anak laki-laki yang menurut informasi dari rekan guru yang lain mengalami autis atau bahkan mereka menganggapnya tidak waras, dia yang selalu di olok-olok temannya, kalau sudah marah Anando akan berteriak dan mengejar siapapun yang mengejeknya, sungguh sangat menyakitkan hatiku.

Aku coba pelajari kasusmu, dan itu aku lakukan agar kami bisa menerimamu dan menghadapimu dengan baik tanpa menyakitimu. Anando mengalami tuna laras (tuna laras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial). Individu tuna laras biasanya menunjukkan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya.

Aku tahu anando anaknya baik dan ramah, keadaan ini bisa muncul karena keadaan yang membuat dia merasa nyaman, jangan membuat dia tersinggung. Setiap berpapasan Anando selalu tersenyum manis, dan akhirnya setiap istirahat Anando selalu ke kelasku.

                                                           *****

Tibalah Anando di kelas 6, ini adalah tantangan buatku sebagai pendidik dan sebagai Ibu.

Sebelum masuk ajaran baru, aku mencoba mempelajari kasus Anando, tentang siapa ke dua orangtuanya, bagaimana kehidupan keluarganya, bagaimana pola pengasuhan di rumah, dan bagaimana keadaan lingkungan rumahnya.

Satu per satu aku kumpulkan informasi terkait Anando, kadang kala aku nongkrong dekat rumahnya (kebetulan ada warung kecil depan rumah Anando) sekalian aja aku tanya-tanya sedikit tanpa terlihat menginterograsi, ya hanya basa basi biasa dan tetep tujuan awal aku harus berhasil.

Dari beberapa informasi yang aku dapatkan di ketahuilah kalau keluarga Anando seringkali berpindah tempat tinggal karena mengikuti pekerjaan ayahnya, lalu tingginya percekcokkan di dalam rumah tangga, karena seringnya dia melihat ayah ibunya bertengkar, yang membuat dia merasa tidak ada yang memperhatikan di rumah, dampaknya dia ingin mendapat perhatian dari guru, dan teman-temannya. Sulitnya dia mengendalikan emosi, diakibatkan seringnya dia mendapat bentakan dan teriakan dari ayahnya. Sungguh kenyataan yang sangat memilukan.

                                                                *****

 Pada suatu hari....

 "Selamat pagi Bu.....!" sapa Anando di Senin pagi.

"Selamat pagi Anando...." Jawabku gak kalah ramah dari Anando.

"boleh bertanya ya Bu?........" sahut Anando lagi.

"Silahkan Anando....!" Jawabku sambil menyentuh pundaknya sebagai bentuk kalau aku mengizinkan.

"Bu Guru...ko gak sama dengan guru lain...." Tanya dia.

"Bu Guru gak pernah marah....." lanjut Anando.

Deghhh... (sebenarnya aku ingin marah, tetapi kemarahanku akan membuat suasana semakin keruh, Anando akan sulit mengendalikan emosinya).

"Anando mau bu guru marah .....?" sahutku untuk memancing jawaban dia.

"Tidak Bu.....kayaknya bu guru gak pantes kalau marah..." sahut dia lagi (sambil memegang tanganku untuk meyakinkanku).

Anando anak yang baik, karena dia sulit mengedalikan emosi, energi yang berlebihan inilah aku arahkan dengan cara melibatkan dia dalam setiap kegiatanku, mulai menata buku di meja, menata lemari, menghapus papan tulis, menyiram bunga, piket kelas, dan pastinya aku dampingi (takut berbuat onar/diganggu teman-temannya).

Anando yang tak pernah mengeluh, selalu datang lebih awal dan pulang paling akhir. Dia yang selalu ringan tangan membantuku ataupun sahabat-sahabatnya, satu yang perlu kita hindari membuatnya marah atau tersinggung.

Aaaahhh masa itu, aku rindu sekali, walaupun kamu berbeda tapi kamu sangat istimewa. Ada peristiwa yang sampai saat ini masih aku ingat, kamu yang selalu ada buat teman-temanmu juga ibu (setelah beberapa kali aku beri pengertian ke anak-anak, bahwa Anando anak yang istimewa, maka sedikit banyaknya teman-teman Anando mulai mengerti).

                                                      *****

Seselainya ujian kelas 6 (karena aku mengajar di kelas 6), karena lama waktu libur selepas ujian, Anando datang ke sekolah bersama kakaknya (setelah menghubungi saya dan membuat janji). Anando datang dengan pakaian yang sangat rapi sekali, dia terlihat dewasa sekali.

heeemmmm, andai teman-teman perempuannya masih masuk sekolah mungkin akan beteriak histeris karena penampilannya itu, kami pun merasa terkejut dengan perkembangannya, dulu Anando yang selalu kurang rapi, kacau, kusut kini dia datang dengan penampilan yang rapi, bersih, dan wangi (juga pengaruh pubertas, jadi hormonnya sudah mengubahnya untuk lebih bersih dan rapi).

"Assalamualaikum Bu Guru......" sapanya dengan suara yang tenang

"Waalaikumsalam Anando...." jawabku penuh semangat

Anando menyentuh tanganku dan menciumnya, aku merasakan ada setetes air yang menghangatkan jemari tanganku (ya Allah dia menangis....).

Aku angkat wajahnya kulihat tetesan air mata yang meleleh di pipinya, sungguh mengharukan sekali. Seorang laki-laki yang beranjak remaja menangis memelukku dengan hangat.

Aku merasakan sekali kalau Anando sangat merindukan suasana yang seperti dulu.

"Ibu bagaimana kabar......?" tanyanya dengan suara parau karena menahan tangis yang menderu.

"Alhamdulillah baik Anando...." jawabku sambil ku sentuh bahunya.

"Syukurlah Ibu, semoga Ibu selalu sehat ya.......!" lanjutnya dengan nada penuh harapan.

"Amiin..... kamu juga ya jaga kesehatan....." jawabku (sambil ku ajak Anando duduk di bangku depan Ruang Guru).

Kami mengobrol banyak seperti seorang Ibu dan anak yang lama tidak bertemu dan sedang bercerita apapun. Sampai waktunya kamu kembali ke keluargamu, semoga semua baik-baik saja.

Anando banyak teman-temanmu yang lain, tapi Anando sangat istimewa, Aku banyak belajar dari mu, bagaimana tidak, setelah kamu hadir di tengah-tengah kami warga sekolah, aku jadi jauh lebih belajar tentang seluk beluk ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), dan pastinya merubah sudut pandang Ibu terkait anak Berkebutuhan Khusus.

Kini rekaman tingkah polahmu dengan ibu terukir di deretan bangku taman, di kelas dan di gerbang sekolah, yang menjadi saksi bisu perjalanan hidupmu.

Saksi bisu itu banyak bercerita tentangmu, doa Ibu, jadilah apa pun yang kau harapkan dan cita-citakan. Tetap menjadi Anando yang ramah, ringan tangan, dan istimewa. Negeri kita membutuhkan generasi yang berkarakter dan berakhlaqul karimah. Semangat terus dan terus semangat. Doa Ibu menyertai di sepanjang perjalanan hidupmu. Amin.

Rembang, 22 Januari 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun