Mohon tunggu...
iin nuraeni
iin nuraeni Mohon Tunggu... Guru - seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar sepanjang hayat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bersahabat dengan Luka

4 Januari 2022   20:49 Diperbarui: 4 Januari 2022   21:17 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kupandangi ketiganya, aku bangga pada kalian, kalian yang membuat mama bisa berdiri kokoh, menjadi manusia tegar.

Marah, kecewa, merasa diri paling baik, selalu menyalahkan suami, cemburu, iri, ini perasaan yang selalu menggangguku. Aku berusaha untuk tidak menceritakan masalahku dengan siapapun, karena poligami bukan suatu kesalahan, bukan suatu dosa. Tinggal bagaimana aku menerima ketentuan ini dengan lapang dada.

Sampai detik ini, setelah sekian purnama suamiku poligami, aku tidak tahu beliau menikah dengan siapa, dimana, seperti siapa orangnya, atau bahkan tinggal dimana?, aku takut sekali. Justru aku merasa nyaman ketika aku tidak tahu, aku takut di bayang-bayangi oleh wajahnya, dan itu menyakitkan. Banyak teman yang bertanya,

"Bu, apa benar suaminya poligami..? tanyanya dengan nada penuh penasaran dan tidak percaya.

"Ya betul....memang ada apa........? jawabku dengan suara tenang (berusaha menenangkan gejolak dalam jiwaku).

"Ibu tidak marah, atau minta bercerai...? tanyanya dengan nada merendah (seolah merayuku agar aku berpisah dengan suamiku, ayah dari ketiga putra-putri kami).

"Tidak Bu, aku biasa saja Bu ....." aku memberikan jawaban yang membuat dia semakin penasaran hemmmm.

"Ibu luar biasa, kalau saya bu akan minta cerai, biarlah anak-anak ikut saya..." sahutnya dengan penuh keyakinan.

"Bu, tidak segampang itu kita mengambil keputusan dalam sebuah perceraian, perceraian akan menambah bebanku, aku harus membesarkan, mendidik sendiri, dan mereka akan jauh dari ayahnya, itu aku tidak mau" jawabku memberikan pendapatku.

Aku tetap menjalankan kewajibanku sebagai istri, sebagai partner, dan sebagai ibu dari ketiga putra-putri kami. Aku menjalaninya, seolah tidak terjadi apa-apa pada keluarga kami.

Perlahan aku menenangkan diri, walaupun prosesnya sangat lama. Aku kembalikan masalah ini kepada Yang Memberi Masalah, Aku yakin DIA akan memberikan solusi yang terbaik dan akan segera mengobati luka dalam hati ini. Banyak cara untuk mengisi dan mengobati luka dalam hati ini, mengisi waktu luang dengan amal jariyah menebar tulisan yang bermanfaat, mengikuti kegiatan yang positif, dan yang terpenting datang lebih dekat dengan Sang Maha Kuasa. Aku serahkan semuanya, dan aku yakin ini yang terbaik. Dari pengalaman rohani ini, kini banyak dari teman dan sahabat yang sering minta pendapat terkait problematika dalam sebuah pernikahan. Aku bersyukur bisa berbagi pengalaman, karena pengalaman adalah guru yang terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun