Dan...byadalaaaa, angka yang tertera cukup membuat saya mengernyit. Sungguh saya tak menyangka kalau berat badan saya bisa menembus angka sekian.
Wah, sampai sekarang pun saya masih merinding kalau mengingat momen itu. Hantaman kenyataan itu akhirnya membawa kesadaran diri bahwa ada yang salah dengan pola hidup yang saya anut selama ini.
Sangat benar bahwasanya saya masih dan akan tetap setuju dengan ajakan mencintai diri sendiri meski bagaimanapun bentuk tubuhmu. Tetapi menjadi perempuan dalam rentang kegemukan menuju obesitas jelas bukan tujuan hidup yang hendak saya capai.
Mengubah pola makan dan menambah porsi olahraga adalah satu-satunya jalan ninja hatori yang harus saya tempuh untuk bisa keluar dari kemelut ini. Apakah mudah?Â
Tentu saja tidak kisanak dan nisanak sekalian. Disiplin dan konsisten adalah koentji. Wis pokokmen seluruh keringat dan air mata tertumpah untuk bisa kembali pada angka normal pada timbangan.
Balik lagi ke inti masalah. Jadi, apakah menurut saya perempuan yang gemuk kemudian menjadi tidak cantik?
Woo, yo tentu saja tidak begitu my dear. Bisa dikepruki para perempuan sesemesta raya tercinta nek saya berani nyebut gitu.
Nganu, sebelum berlanjut izikanlah saya mengutip. Berdasarkan data riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2018, prevalensi obesitas Indonesia mencapai 21,8%.Â
Angka ini meningkat pesat karena di tahun 2013 hanya 14,8%. Hal yang sama juga terlihat pada kasus kegemukan dari 11,5% di tahun 2013 dan menjadi 13,6% di tahun 2018.
Hal ini menjadikan Indonesia masuk dalam posisi 10 besar kasus obesitas tertinggi di dunia. Wah, jebul negara kita lumangyan berprestasi juga.