Tidak ada yang bisa menafikan, bahwasanya pembangunan apapun bentuknya tentu saja akan ada yang tergusur. Berawal dari maintenance yang cukup panjang, yang seringkali berdampak pada kegagalan log in, membuat satu per satu penghuni mundur perlahan.
Munculnya iklan yang besar-besar dan cukup mendistraksi penglihatan ketika sedang membaca juga turut andil pada orang-orang yang dianugerahi penglihatan rabun seperti saya untuk mundur teratur. Dan ketika proses pengembangan akhirnya selesai dengan baik, dan kompasiana tumbuh besar seperti sekarang, semangat untuk kembali sudah terlanjur padam.
Kompasiana sekarang sudah menjelma menjadi raksasa. Entah berapa ribu member yang sudah bergabung di dalamnya, dan juga berapa ribu tulisan yang terbit setiap harinya. Traffic yang sangat padat tentu saja tidak memungkinkan untuk tiap-tiap anggotanya bertegur sapa.
Apalagi banyaknya event menulis berhadiah yang rutin diselenggarakan cukup mampu untuk menjaring member baru. Meskipun mungkin hanya digunakan untuk menulis sekali saja.
Eh mungkin lho ya, oom tante admin ndak bole marah.
***
Akhirnya, setelah kritikan panjang, tibalah saat yang berbahagia dengan selamat sentosa untuk memberikan kesan terhadap kompasiana yang sedang merayakan hari jadinya.
Bagi saya pribadi, kompasiana adalah jembatan. Sebuah jembatan besar yang menghubungkan saya dengan teman-teman, bahkan temannya teman. Jembatan yang mengantarkan saya menuju banyak tempat dan bertemu dengan lebih banyak orang baik, lingkaran pergaulan yang baik, dan melakukan banyak hal baik. Sungguh, seperti itulah peran kompasiana bagi saya.
Selain itu kompasiana juga adalah akar bagi saya. Akar saya bertumbuh dan belajar menulis. Sebagai orang yang nol bahkan minim pengalaman menulis, sebagai mantan siswa yang sangat tidak menyukai pelajaran Bahasa Indonesia karena ada kegiatan mengarang di dalamnya, kompasiana menyediakan wadah yang kaya nutrisi untuk sebuah akar kecil supaya bertumbuh dengan subur.
Pelan tapi pasti, saya mulai suka menulis setelah menjadi penghuni kompasiana. Meskipun tulisan saya tetap saja ambyar hingga saat ini, tapi jika menilik ke belakang, mau tak mau saya berani berkata bahwa tulisan saya ada sedikit perkembangan. Bahkan saya berani menulis fiksi juga setelah ikut berenang bersama-sama di telaga luas nan teduh bernama kompasiana.
Jadi, sampai kapan pun saya tetap merasa terhubung dan berhutang dengan kompasiana. Bukan hendak melebih-lebihkan, tetapi kompasiana sudah menjadi bagian dari perjalanan hidup dari saya muda usia hingga paruh baya, dari masih ingusan sampai saya ubanan.