Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Halo Apa Kabar? Masih Sehat kan? [Sebuah Rasan-rasan]

29 September 2020   10:14 Diperbarui: 29 September 2020   10:20 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Persepsi indah itu pun akhirnya ambyar seketika. Belum ada sehari saya menjejak tanah Batavia, tempat saya harus kembali bergiat menjadi pekerja ditutup sementara. Beberapa rekan terkonfirmasi positif Covid 19. Hal ini membuka alam kesadaran bahwa ya benar pandemi ini nyata dan benar-benar ada di hadapan saya. Sialnya, jumlah tak semakin menurun meski masih tetap harus bersyukur karena semua kenalan yang pernah terinfeksi perlahan berangsur pulih dari sakitnya. Meski tetap saja ada yang harus pergi untuk selamanya.

Bukan hendak menyalahkan keadaan, tetapi untuk diketahui saja beberapa rekan yang terkena justru adalah orang-orang yang terkenal patuh menjaga diri. Hanya saja akibat keegoisan orang-orang di sekitar yang terlampau abai dan meremehkan penyakit ini, mereka pun ikut menanggung dampaknya. Dampak yang nyata dirasakan tak hanya oleh orang yang sakit, tetapi juga keluarga, dan orang-orang yang berada pada lingkar pergaulan mereka.

Mau tak mau saya harus setuju, bahwa Covid-19 bukanlah penyakit individual, melainkan penyakit komunal. Tak ada dampak tunggal akibat penyakit ini. Ia serupa pin bowling yang Ketika jatuh akan menyenggol pin-pin di sekitarnya, dan strike semua pun berhamburan.

***

Kembali pada waktu sekarang. Kebetulan saya tinggal tak jauh dari sebuah rumah sakit daerah yang menjadi rujukan pasien Covid-19. Suara sirine ambulans yang meraung terdengar lebih sering, apalagi jika kondisi sekitar sedang sepi. Bukan hendak menebar terror dan menciptakan keresahan, hanya saja ini serupa alarm yang mengingatkan saya bahwa virus ini masih ada, ia masih sama bahayanya dengan ia 7 bulan yang lalu.

Musuh kita belum kalah, tetapi kita sudah mencoba melupakannya begitu saja. ublic lagi semangat mencuci tangan dengan sabun seperti dulu, bahkan wastafel portable yang dulu disediakan hampir di tiap-tiap rumah tangga dan fasilitas umum pun sudah mulai mangkrak dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Jangan bilang tentang jaga jarak, karena toh keadaannya di beberapa ruang ublic masih jamak ditemukan manusia yang berjubel. Dan poin memakai masker, sepertinya harus dikembalikan pada hati Nurani masing-masing pemakainya. Apakah masker sekadar aksesori, atau masker diibaratkan sebagai perisai yang melindungi diri dari operasi yustisi, atau masker memang mutlak diperlukan untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan orang lain yang berinteraksi dengan kita. Pertanyaan ini hanya bisa dijawab masing-masing dan tidak ada contekannya.

Saya tidak tahu pasti apakah penerapan PSBB jilid kesekian yang diarahkan bisa mengendalikan laju pertumbuhan penyakit itu benar-benar efektif sebagai langkah mitigasi. Di saat kondisi kesehatan masyarakat berada dalam kondisi kepasrahan, ekonomi pun tak nampak bertambah dan bertumbuh dengan baik. Sebagai awam saya hanya bisa bergumam. Mana yang lebih penting, menyelamatkan kesehatan manusia sebagai asset sumber daya yang nantinya akan menggerakkan roda ekonomi, atau memaksa roda ekonomi terus berjalan meski sangat tertatih dan cenderung mundur karena motor penggeraknya perlahan dan pasti terus berjatuhan. Mungkin hanya para cerdik cendekia yang mulia yang bisa menjawabnya.

***

Sudah seribu karakter. Sebaiknya saya sudahi saja semua rasan-rasan ini. sebelum undur diri, izinkan saya bertanya kabar. Masih sehat-sehat kan semua? Semoga kita senantiasa diberi waktu dan tenaga untuk terus menjaga kesehatan kita dan orang-orang di sekitar kita. Semangat dan harapan memang harus terus dipupuk di tengah deraan coba yang bertubi-tubi, tetapi jangan pernah kebablasan hingga menjadi ilusi memabukkan yang kelak membunuh semuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun