Pujian tentu patut dilayangkan kepada Joaquin Phoenix yang dengan sangat ciamik menghidupkan kembali tokoh Joker setelah sebelumnya saya selalu terkenang dengan bayang-bayang Joker versi almarhum Heath Ledger yang sebelumnya bahkan kurang bisa dieksekusi dengan manis oleh aktor favorit saya Jared Leto.
Phoenix begitu detail dalam menyampaikan transformasi yang dialami Arthur Fleck. Bagaimana ia berubah dari seorang yang berprofesi sebagai badut (yang tidak sukses) tetapi masih memiliki impian menjadi komedian besar dengan niatan mulia untuk membuat orang tertawa dalam bahagia.
Impian sederhana yang diperjuangkan oleh seseorang yang sedari kecil sudah termarjinalkan terpaksa harus kandas menjadi puing-puing sakit hati dan dendam tak berkesudahan karena perilaku masyarakat dan lingkungannya yang tak pernah memberinya kesempatan.
Kebaikan hati dan kenaifan Arthur Fleck terpaksa harus menguap dari dalam dirinya karena seluruh kepercayaan yang dimiliknya musnah dirampas oleh orang-orang yang menganggap dirinya lebih 'normal dan beradab'. Bahkan ibunya sendiri sebagai satu-satunya orang yang dia sayangi dan percayai penuh pun ternyata tak lebih baik dari bocah-bocah perisak yang dia temui di jalanan.
***
Kekecewaan demi kekecewaan, terbiasa direndahkan, segala bentuk pelecehan, prasangka buruk yang tak berdasar, pengkhianatan bertubi-tubi, dipandang sebagai liyan dan segala perilaku buruk yang terus menerus diterima dari sekitarnya akhirnya membangkitkan 'monster' dalam dirinya.
Arthur menjadi Joker, yang berubah memandang hidupnya yang penuh kegetiran sebagai komedi, alih-alih sebagai tragedi.
Arthur yang tak lagi takut kehilangan apapun (karena memang sudah tak punya apa-apa sejak dilahirkan) merasa santai saja ketika ia mulai membunuh orang-orang yang dia anggap pantas untuk dilenyapkan karena perlakuan buruk mereka sebelumnya.
***
Bagi saya, Joker adalah representasi kebanyakan manusia. Ia berada dalam ranah abu-abu.
Betul bahwa akhirnya ia memilih dunia gelap, dunia para villain. Dunia yang tak pernah diinginkan oleh siapa saja yang mengaku 'normal'. Tapi apakah iya orang bisa serta merta dilahirkan dengan jiwa dan raga yang jahat tanpa rentetan sebab yang melatarinya?