Hmm...kalau sudah begini, hal paling mudah dilakukan ya tinggalkan saja beliau dengan pemikiran-pemikiran yang sudah diyakininya. Daripada njelasin panjang lebar hanya berbuah lapar dan dahaga.
***
Sekarang, mari kita kembali lagi ke komen ngaco di awal kalimat pembuka. Kalau pun toh hal itu benar, ya emang kenapa sih. Tidak bolehkah saya mengagumi six pack seorang artis atau siapapun itu sebagai sebuah bentuk apresiasi betapa kerasnya dia menjalani workout yang gila-gilaan demi pencapaian  tubuh yang terlihat bugar.
Lha kamu kira mbentuk body itu semudah order  ayam geprek di aplikasi ojek online po? Banyak hal yang harus dilewati untuk sampai pada tahapan itu. Kemudian kamu ngeyel lagi (biasanya cowok yang komen gini) "Gampang koq biar bisa bikin body bagus, tinggal konsumsi steroid aja". Duh ngana pikir tu hormon sama dengan sega kucing harga seribuan yang bisa didapati di tiap kedai angkringan. Tapi ya terserah aja lah. Bilang aja kamu ndak punya tekad kuat, semangat baja dan konsistensi kalau ndak boleh dibilang malas untuk berlatih dan membentuk tubuhmu menjadi lebih bagus.
Sekali lagi, memangnya kenapa kalau saya suka dengan body bagus mereka jal, njuk terus kemudian harus ditakut-takuti dengan preferensi seksualnya segala. Lha emang yang bodynya ndak bagus itu mesti semuanya dijamin straight. Lagian kan saya ini mengagumi para manusia bersix-pack itu agar terus terinspirasi untuk kembali rutin berolahraga, bukannya mengagumi meraka karena pingin dijadiin pacar.
Dan sampai disini biasanya kejulidan semakin di up-grade menjadi "Wah berarti kamu pendukung eljibiti ya" Â
Duh Gusti paringana mercy sing lawange siji........................
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H