Jadi kalau adek belum sanggup mencintai manusia lain yang adek anggap berbeda alias liyan, mungkin saja karena adek belum utuh mewujud dalam sosok manusia, masih embrio berkecambah, gitu aja wis. Kemudian diserbu dedek-dedek gemez, terus kasih peluk cium pakai parutan kelapa.
***
Sebenarnya masih banyak yang bisa diceritakan tentang indahnya toleransi. Tapi karena tadi terlalu banyak intro basa-basi yang ndak mutu, maka saya cukupkan dulu sampai disini. Mungkin lain kali bisa saya sambung lagi kalau tulisan saya yang ini dimenangkan oleh dewan juri yang terhormat. Nyengir dulu.
Meski ndak tergolong dalam mahluk yang relijiyes, perkara berdoa bukanlah hal yang asing bagi saya. Namun begitu, berdoa untuk kebaikan negeri tetap saya rasa sebagai hal yang terlalu hiperbola. Tetapi, menillik kondisi sekarang, doa itu selalu saya sertakan hampir dalam setiap kesempatan. Terserah orang lain menganggap saya lebay, katrok, paranoid, paranormal bahkan parabola sekalipun saya tetap berpendapat bahwa bangsa dan negara kita sudah krisis toleransi.
Saya tak akan membatasi saja terhadap toleransi beragama, Karena kenyataan sekarang kita mudah sekali tersulut dengan segala sesuatu hal hingga yang remeh temeh sekalipun. Pokoknya saat manusia lain berbeda dengan kita (apapun itu perbedaannya) maka dia tak masuk dalam golongan kita. Jika manusia itu sudah tidak masuk dalam golongan kita, maka manusia itu boleh kita eliminir, kita kasih koper naik panggung kemudian kita suruh dadah-dadah ke penonton. Sebagai penutup, agar terkesan sebagai kaum kenthir bermartabat, maka akan saya panjatkan sebuah munajat panjang.
Semoga semua kekhawatiran saya tidak akan terjadi, semoga Indonesia tetap akan merawat kebhinekaan hingga akhir zaman. Semoga toleransi tidak hanya berhenti dalam ucapan lisan, namun diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan. Semoga kenangan kejayaan nusantara yang termasyhur berabad lampau mampu menjadi nostalgia indah untuk tetap mempertahankan ibu pertiwi dengan segala keindahan dan keberagamannya. Semoga Garuda Pancasila tetap tegar, kukuh dan kuat mencengkeram pita putih yang makin lama makin terasa memberatkan dan Semoga Gusti Allah Sang pemilik jagad semesta ini selalu melindungi langkah negeri ini…aamiin.
***
Akhir kata semoga planet kenthir lain kali mikir panjang kalau bikin tema lomba, jangan sulit-sulit gini duonk, bikin jiper ngokkk…. Terus diglundhungke juri ke got.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H