Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[HORORKOPLAK] Nyapu Malam-malam

9 Januari 2017   14:34 Diperbarui: 9 Januari 2017   17:27 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit sudah meremang, matahari segera turun menuju peraduan. Seasaat sebelum kumandang adzan maghrib mengalun dari masjid, iin sudah selesai menunaikan orderan ibu. Sambil cengar-cengir melihat hasil kerjanya yang tumben rapi, iin keluar untuk menyapu pekarangan samping yang tiba-tiba dipenuhi oleh rontokan daun belimbing atas inisiatifnya sendiri.

Di tengah acara menyapu, tiba-tiba datanglah simbah putri yang kemudian berkata “in, nyapunya itu besok saja, sudah gelap ora ilok, nanti juga ndak bersih”

Iin yang sedang dalam euphoria dan berbangga dengan pikiran lantipnya sendiri pun langsung menjawab dengan penuh percaya diri

“tenang mbahyi (panggilan akrab untuk mbah putri) , tetep bersih koq, kan ada lampunya tuh” kata iin sambil tangannya menunjuk ke arah lampu neon

“dasar bocah ngeyelan, moga-moga mbesuk dadi jaksa” gerutu simbah sambil berlalu.

“emang jaksa harus ngeyelan ya, mbah?” iin bertanya dengan nada menggoda, simbah hanya tersenyum sambil berbalik dan perlahan menghilang di balik pintu paviliun samping rumah meninggalkan iin yang masih cengingisan gak jelas.

***

“bu’ lapor!! semua beres, karpet mpun rapi, baki isi aqua sama jajanan juga udah ditata, halaman samping malah tadi tak sapu lagi lho sekarang iin mau mandi” lapor iin pada Ibu yang sudah bersiap di ruang tamu

“iya, ibu’ tahu koq, makasih nggih” jawab ibu senang

“oh ya bu’, tadi mosok to iin dibilang ngeyelan sama mbahyi gara-gara nyapu pelataran malam-malam”

“mbahyi, kapan?” ibu hanya menjawab singkat dengan dahi sedikit berkerut

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun