Mohon tunggu...
Indri Permatasari
Indri Permatasari Mohon Tunggu... Buruh - Landak yang hobi ngglundhung

Lebih sering dipanggil landak. Tukang ngglundhung yang lebih milih jadi orang beruntung. Suka nyindir tapi kurang nyinyir.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

PT KAI, Kenapa Mengurus Pembatalan Tiket Hanya Bisa di Stasiun Tertentu?

26 Juni 2016   21:29 Diperbarui: 27 Juni 2016   11:03 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Halo PT. KAI, apa kabar? Semoga selalu sehat dan menjadi yang nomer satu dalam persaingan usaha layanan jasa perkeretaapian Indonesia.

Nganu , maaf saya ndak pakai dear sebagai kalimat sapaan. Takutnya nanti dituduh sok kenal lagi sama yang lain.

Oh ya, sebenarnya tadi mau mbikin tulisannya yang agak serius, tapi ternyata gagal total. Ndak pa pa kan ya saya mbikin surat gini buat PT. KAI. Maafkan susunan bahasa dan kalimatnya yang sangat menyimpang dari kaidah penggunaan bahasa Indonesia. Tapi sungguh ini saya lakukan semata biar lebih akrab gitu. Dan biar kelihatan kalau sebenarnya saya itu sayang sama PT. KAI.

Jadi begini lho. Sebenarnya saya ndak mau protes-protes, lha wong pelayanan PT. KAI sekarang sudah hebat dan luar biasa. Reformasi besar-besaran yang dilakukan selama kurang lebih 5 tahunan telah memberi dampak yang signifikan. Perbaikan pelayanan dan fasilitas yang dulu cuma bisa diimpikan sekarang sudah menjadi kenyataan.

Semua gerbong dari segala kelas sudah berpendingin udara. Hawa yang mak nyes tentu saja membuat para penumpang bisa beristirahat dengan nyaman. Tiket berdiri juga sudah ditiadakan. Toilet pun dijaga tetap bersih selama perjalanan dengan bantuan para petugas yang selalu sigap. Kemanan juga relative terjaga, karena ada petugas khusus yang mengawasi. Serbuan para pedagang ke dalam gerbong di tiap stasiun pemberhentian juga tinggal kenangan.

Saya sebagai pecinta kereta api khususnya untuk relasi jarak jauh, sangat mengapresiasi dengan segala kemajuan yang telah dicapai. Berkat usaha dan kerja keras seluruh elemen yang ada, kereta api menjelma menjadi moda transportasi masal andalan yang selalu jadi rebutan semua kalangan.

Njenengan ndak percaya? Tengok saja laman resminya. Bahkan tiket untuk H-90 saja seringkali ludes dalam tempo yang sesingkat-singkatnya koq. Apalagi di musim liburan, siap-siap saja baper karena tidak kebagian tiket.

Tiket kereta memang sangat mudah didapatkan. Bagi yang males repot, cukup modal gawai pintar, buat yang sedikit konvensional bisa beli di minimarket tertentu yang lokasinya tersebar dimana-mana. Jadi ndak perlu lagi desak-desakan bersimbah peluh sampai bedaknya luntur karena beli tiket di stasiun.

Sayangnya, kemudahan fasilitasi dalam pembelian tiket koq berbanding terbalik dengan pembatalan tiket ya. namanya juga manusia to, kadang rencana tak bisa sesuai dengan kenyataan. Akibatnya tiket yang sudah dibeli terpaksa dibatalkan.

Masalahnya, untuk urusan pembatalan tiket ini harus dilakukan di stasiun tertentu saja yang jumlahnya tidak seberapa. Padahal dulunya, pembatalan tiket bisa dilakukan di seluruh stasiun yang sudah online. Saya sendiri pernah punya pengalaman membatalkan tiket di stasiun kecil Ngrombo beberapa waktu lalu. Tapi entahlah apa yang mendasari kebijakan PT. KAI sehingga meniadakan jasa pembatalan tiket di seluruh stasiun online-nya.

Nah, kemarin ceritanya saya berniat mbatalin tiket buat balik. Pengalaman yang sudah-sudah, kalau di Stasiun Gambir, antrian tak seberapa dan pelayanannya cepat. Tapi ternyata seperti lagunya mbak Ruth Sahanaya, saya keliru. Begitu memasuki pintu masuk utara, mak jegagik, ratusan orang sudah terlihat memadati loket.

Dengan jiwa yang masih shock, saya segera mengisi formulir pembatalan, kemudian clingak-clinguk hunting tempat duduk. Tapi mendadak saya ingat, bahwa saya belum ngambil nomor antrian yang mesinnya tertutup sempurna oleh kerumunan massa. Begitu dapat nomor, saya tambah bengong, dengkul mendadak lemas dan hati gundah gulana. Bagaimana tidak, lha wong antrian saya 250 sekian, yang dipanggil sekarang baru 120 sekian. Wah bisa langsing saya kalau nunggu kaya gini.

Bersyukurlah, mungkin karena berkah puasa, saya mendapat tempat duduk. Sebenarnya saya mau pulang saja, tapi karena kepalang tanggung, saya harus tegar dan tetap fokus pada tujuan. Setelah entahlah berapa jam saya menunggu, tiba juga giliran saya. Dan Alhamdulillah, semua urusan bisa terselesaikan.

Jadi, begitu curhatan saya wahai PT. KAI. Mungkin kemarin itu pihak stasiun ndak bakal menduga kalau yang mau mbatalin tiket bisa segitu banyaknya. Sayangnya, dengan kondisi yang demikian, para petugas disana seperti kalah greget dengan kerumunan. Tidak semua yang datang untuk membatalkan tiket itu sudah tahu bagaimana prosedur yang harus dijalani. Mbok ya mas-mbak nya itu proaktif dan agak galakan dikit biar semua lebih tertib.

Sebagai contoh, ya itu tadi. Harusnya begitu masuk ke sana, orang-orang itu ditanya keperluannya, kemudian diarahkan untuk mengambil nomor antrian di tempat yang disediakan. Kemudian diberitahu juga untuk mengisi formulir dan persyaratan lain berupa fotokopi identitas. Karena ada beberapa orang sebelum saya yang ternyata hanya mengambil nomor saja. Akibatnya ketika sudah mendapat giliran maju ke loket masih harus mengisi formulir. Dan itu lama sekali saudara, dan itu artinya kasihan yang dapat giliran setelahnya.

Okay, sebenarnya mbak petugas sudah tidak kurang-kurang dalam memberitahukan prosedur, baik pembelian maupun pembataan tiket lewat corong pengeras suara. Tapi PT. KAI pasti mengerti kan, kalau kebiasaan orang-orang itu suka cuek dengan sesuatu yang tidak secara langsung berdampak pada dirinya sendiri.

Saya sempat mengobrol dengan salah satu calon penumpang. Beliau datang jauh-jauh dari depok sejak pagi. Tapi gara-gara ndak tahu mesti ngambil nomor antrian, akhirnya ya dapat nomor lebih buntut dari saya. Kata beliau sih, untung masih suasana ramadhan, jadi orang-orang masih kulakan stock sabar, kalo ndak, widih saya ndak bisa mbayangin, mesti jadi agak ruwet deh.

Akhir kata, surat cintanya tak cukupkan sekian ya. buat PT. KAI, kalau bisa mbok dipertimbangkan lagi untuk mengaktifkan seluruh stasiun on-line nya sebagai tempat pembatalan tiket seperti yang sudah pernah dilakukan dulu. Mbak-mas nya di loket ndak kerepotan sampai keringetan dengan klien yang membludak, calon penumpang juga ndak repot antri panjang dan jauh ke stasiun. Lha syukur-syukur kalau bisa dilakukan lewat internet gitu hehehe.

Sudah dulu ya, semoga PT. KAI ndak marah dengan kritik dan saran tak bermutu saya. Semoga pelayanan perkeretaapian Indonesia semakin maju dan membuat semakin banyak orang mencintai sepur dan PT. Kereta Api Indonesia tentunya.

Salam semboyan 35, tabik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun