Halo PT. KAI, apa kabar? Semoga selalu sehat dan menjadi yang nomer satu dalam persaingan usaha layanan jasa perkeretaapian Indonesia.
Nganu , maaf saya ndak pakai dear sebagai kalimat sapaan. Takutnya nanti dituduh sok kenal lagi sama yang lain.
Oh ya, sebenarnya tadi mau mbikin tulisannya yang agak serius, tapi ternyata gagal total. Ndak pa pa kan ya saya mbikin surat gini buat PT. KAI. Maafkan susunan bahasa dan kalimatnya yang sangat menyimpang dari kaidah penggunaan bahasa Indonesia. Tapi sungguh ini saya lakukan semata biar lebih akrab gitu. Dan biar kelihatan kalau sebenarnya saya itu sayang sama PT. KAI.
Jadi begini lho. Sebenarnya saya ndak mau protes-protes, lha wong pelayanan PT. KAI sekarang sudah hebat dan luar biasa. Reformasi besar-besaran yang dilakukan selama kurang lebih 5 tahunan telah memberi dampak yang signifikan. Perbaikan pelayanan dan fasilitas yang dulu cuma bisa diimpikan sekarang sudah menjadi kenyataan.
Semua gerbong dari segala kelas sudah berpendingin udara. Hawa yang mak nyes tentu saja membuat para penumpang bisa beristirahat dengan nyaman. Tiket berdiri juga sudah ditiadakan. Toilet pun dijaga tetap bersih selama perjalanan dengan bantuan para petugas yang selalu sigap. Kemanan juga relative terjaga, karena ada petugas khusus yang mengawasi. Serbuan para pedagang ke dalam gerbong di tiap stasiun pemberhentian juga tinggal kenangan.
Saya sebagai pecinta kereta api khususnya untuk relasi jarak jauh, sangat mengapresiasi dengan segala kemajuan yang telah dicapai. Berkat usaha dan kerja keras seluruh elemen yang ada, kereta api menjelma menjadi moda transportasi masal andalan yang selalu jadi rebutan semua kalangan.
Njenengan ndak percaya? Tengok saja laman resminya. Bahkan tiket untuk H-90 saja seringkali ludes dalam tempo yang sesingkat-singkatnya koq. Apalagi di musim liburan, siap-siap saja baper karena tidak kebagian tiket.
Tiket kereta memang sangat mudah didapatkan. Bagi yang males repot, cukup modal gawai pintar, buat yang sedikit konvensional bisa beli di minimarket tertentu yang lokasinya tersebar dimana-mana. Jadi ndak perlu lagi desak-desakan bersimbah peluh sampai bedaknya luntur karena beli tiket di stasiun.
Sayangnya, kemudahan fasilitasi dalam pembelian tiket koq berbanding terbalik dengan pembatalan tiket ya. namanya juga manusia to, kadang rencana tak bisa sesuai dengan kenyataan. Akibatnya tiket yang sudah dibeli terpaksa dibatalkan.
Masalahnya, untuk urusan pembatalan tiket ini harus dilakukan di stasiun tertentu saja yang jumlahnya tidak seberapa. Padahal dulunya, pembatalan tiket bisa dilakukan di seluruh stasiun yang sudah online. Saya sendiri pernah punya pengalaman membatalkan tiket di stasiun kecil Ngrombo beberapa waktu lalu. Tapi entahlah apa yang mendasari kebijakan PT. KAI sehingga meniadakan jasa pembatalan tiket di seluruh stasiun online-nya.
Nah, kemarin ceritanya saya berniat mbatalin tiket buat balik. Pengalaman yang sudah-sudah, kalau di Stasiun Gambir, antrian tak seberapa dan pelayanannya cepat. Tapi ternyata seperti lagunya mbak Ruth Sahanaya, saya keliru. Begitu memasuki pintu masuk utara, mak jegagik, ratusan orang sudah terlihat memadati loket.